Mohon tunggu...
Sony Hartono
Sony Hartono Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pria Yang Hobi Menulis

Kutulis apa yang membuncah di pikiranku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengabdi di Tapal Batas, Nunukan Kalimantan Utara

14 Desember 2014   21:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:19 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_382549" align="aligncenter" width="300" caption="Peta Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik (Sumber: Peta TNI AL)"]

14185425251612207865
14185425251612207865
[/caption]

Realita-realita di atas tidak bisa diabaikan begitu saja oleh Pemerintah, harus ada perlakuan khusus untuk para abdi negara di perbatasan. Jangan hanya menuntut pengabdian  dan rasa nasionalisme mereka saja, Pemerintah sudah seharusnya:

1. Tingkatkan Kesejahteraan Mereka

Kami sebagai masyarakat pembayar pajak rela jika uang pajak kami dipakai untuk menggaji dua, tiga kali lipat untuk para abdi negara di perbatasan baik itu personel TNI POLRI, Bea Cukai, Guru, dan para abdi negara lainnya yang jelas keberadaan mereka sangat diperlukan demi kedaulatan negeri ini dan kemajuan di daerah perbatasan. Dengan gaji yang tinggi jelas tidak ada alasan bagi mereka untuk mengkhawatirkan lagi tentang kesejahteraan keluarga dan pada akhirnya mereka bisa fokus bekerja dengan lebih optimal.

Ironisnya Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai dengan pangkat, golongan, dan jabatan yang sama antara di Nunukan dan di Pulau Jawa adalah sama, padahal biaya transportasi dan biaya hidup jauh lebih mahal di Nunukan. Pemerintah sudah selayaknya bertindak adil, dengan memberikan gaji dan tunjangan yang lebih besar untuk pegawai di perbatasan. Jangan sampai mereka beranggapan ditempatkan di daerah perbatasan adalah sebagai hukuman ataupun ketidakberuntungan, stigma ini harus segera dihapus. Dengan penghasilan yang lebih tinggi diharapkan produktivitas kerja mereka tetap bagus meskipun jauh dari keluarga. Sudah selayaknya mereka mendapatkan penghasilan yang lebih besar, karena sudah mengorbankan kenyamanan berbagai fasilitas dan kehangatan keluarga nun jauh di sana.

2. Berikan mereka tempat tinggal yang layak

Jika pemerintah tidak sanggup membangunkan rumah dinas atau mess yang layak, berikan mereka tunjangan tempat tinggal agar bisa menyewa tempat tinggal yang layak huni. Masak pemerintah tega membiarkan mereka berdesak-desakan menghuni mess yang hampir roboh tanpa keberadaan air yang memadai.

3. Memperbaiki sistem mutasi

Kurang jelasnya tentang penerapan sistem mutasi seringkali menjadi faktor demotivasi bagi para pegawai Bea dan Cukai.  Misalkan sistem mutasi yang jelas setiap dua tahun sehingga para pegawai tidak dipenuhi rasa ketidakpastian tentang berapa lama mereka harus menunggu mutasi yang pada akhirnya bisa menurunkan produktivitas kinerja mereka. Kalau jelas kapan harus mutasi, atau jika mempunyai prestasi tertentu jelas akan membantu mereka dalam membuat planning kehidupannya dan tentu akan memotivasinya untuk bekerja dengan optimal. Karena salah satu hal yang bisa meruntuhkan motivasi adalah ketidakpastian dan ketidakadilan.

[caption id="attachment_382552" align="aligncenter" width="300" caption="Pulau Sebatik dilihat dari Pulau Nunukan (dok. pribadi)"]

1418543158493186999
1418543158493186999
[/caption]

Melihat berbagai kenyataan di atas, sudah selayaknya Pemerintah berterima kasih pada Bea Cukai, disamping sebagai Revenue Collector yang menyumbangkan sekitar 10% dari pendapatan negara, keberadaan Bea Cukai terutama yang di perbatasan juga sangat vital peranannya sebagai community protector yang melindungi masyarakat kita dari penyelundupan narkoba, barang-barang berbahaya dan terlarang lainnya. Tidak ada alasan pemerintah untuk mengabaikannya.

Referensi:

Data Realisasi Penerimaan Bea Masuk Tahun 2013 KPPBC TMP C Nunukan

Note: Tidak ada pihak tertentu yang menyuruh saya untuk menulis artikel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun