Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sudahi Perseteruan "Lokal Pride" dan "Pemuja STY"

7 Januari 2024   07:17 Diperbarui: 7 Januari 2024   07:17 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pecinta sepakbola nasional pasti sudah paham dengan judul artikel yang saya unggah di Kompasiana ini. Sangat miris jika kita mengamati perseteruan yang terjadi di media sosial saat ini, yang melibatkan sesama fans Timnas Indonesia.

Dua kubu ini tidak ada yang mau mengalah, kubu yang satu punya argumen dan pendapat sendiri, sementara kubu lainnya juga mempunyai alasan yang sama. Sehingga, kedua kubu ini saling menjatuhkan satu sama lain di akun media sosial. Entah itu di akun youtube, Instagram, facebook maupun twitter.

Kubu yang pertama biasa disebut Lokal Pride, namun oleh kubu yang berseberangan biasa diplesetkan menjadi "Lokal Pret". Sementara kubu satunya biasa disebut sebagai "Pemuja STY". Entah kapan, perseteruan ini akan berakhir? Yang jelas komentar pedas atau nyinyiran julid dari kedua kubu ini, membuat kuping panas bagi pihak yang berseberangan.

Tak aneh jika peribahasa "Mulutmu Harimaumu" telah bergeser menjadi "Jempolmu Harimaumu", karena dari ketikan-ketikan jempolnya-lah muncul kalimat-kalimat pedas yang saling menjatuhkan satu sama lain.

Lalu, dari mana sebenarnya awal mula munculnya perseteruan yang melibatkan kubu "Lokal Pride" dan "Pemuja STY" bisa terjadi.

Menurut kubu "Pemuja STY", selebrasi berlebihan yang dipertontonkan jajaran tim pelatih Timnas U-16, ketika meraih gelar juara Piala AFF U-16 2022 jadi penyebabnya. Ketika itu, Markus Horison dengan lantang meneriakkan kata "Local Pride", yang disinyalir untuk menyindir kebijakan Coach Shin Tae-yong (STY) soal program naturalisasi.

Saat itu STY memang sedang mengamati pemain keturunan yang bermain di luar negeri, untuk ditawari membela Timnas Indonesia. Akhirnya ada 3 pemain naturalisasi yang bisa di proses untuk berpindah kewarganegaraan menjadi WNI, yaitu Jordi Amat, Sandy Walsh dan Shayne Pattynama.

Dalam perkembangannya muncullah, pengamat Sepakbola Bung Towel, Bung Yuke dan Akmal Marhali, serta ada mantan pelatih Timnas U-19 Fakhri Husaini, yang dianggap oleh "Pemuja STY" sebagai pendukung Lokal Pride.

Posisi STY kian tersudut, ketika Indra Sjafri berhasil mempersembahkan medali emas Sea Games 2023. Dengan bermaterikan skuad pemain lokal dan tim kepelatihan lokal, Indra Sjafri dianggap pahlawan karena berhasil mengakhiri dahaga panjang selama 32 tahun. Ketika itu, bahkan ada tagar #styout dan #indrasjafriin.

Pada tahun yang sama, yaitu tahun 2023 diajang Piala AFF U-23, STY gagal mempersembahkan Piala AFF U-23. Setelah kalah secara dramatis di laga final melawan Vietnam lewat adu penalti dengan skor 5-6. Suka tidak suka, banjir kritikan dari "Lokal Pride" ditujukan kepada Coach STY.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun