2. Estadio Unico Madre de Ciudades, Santiago del Estero: 10 pertandingan
3. Estadio Malvinas Argentinas, Mendoza: 14 pertandingan
4. Estadio San Juan del Bicentenario, San Juan: 10
Benar saja, Estadio Unico Diego Armando Maradona, La Plata, ketika digunakan untuk 4 pertandingan babak penyisihan terakhir, itu merupakan laga yang ke-9 sampai ke-12, sehingga kualitas rumput stadion mulai menurun.
Dan mulai viral, saat memasuki babak 16 besar ketika Estadio Unico Diego Armando Maradona, La Plata, memainkan dua laga penting antara Brasil Vs Tunisia dan Italia Vs Inggris. Kualitas rumput di stadion tersebut mulai dipertanyakan netizen.
Bahkan salah satu wartawan asal Nigeria, Fisayo Dairo memberikan sindiran, melalui akun twitternya. "Saya ngeri dengan keadaan lapangan ini di La Plata, terutama mengingat itu tempat utama untuk turnamen ini. Semua pertandingan semifinal dan final dijadwalkan di sini. FIFA harus mengubah rencana,".
Benar apa yang disampaikan Fisayo Dairo, ketika Estadio Unico Diego Armando Maradona, La Plata, menggelar dua laga semifinal yang mempertemukan Uruguay Vs Israel dan Italia Vs Korea Selatan.
Dua pertandingan semifinal ini merupakan laga ke-15 dan ke-16 yang dimainkan di stadion ini, sangat kelihatan rumput lapangan sekelas tarkam. Kering, tidak rata dan tidak enak dipandang. Sehingga membuat para pemain tidak nyaman saat memainkan bola.
Selain Estadio Unico Diego Armando Maradona, La Plata, venue lainnya yaitu Estadio nico Madre de Ciudades, Santiago del Estero, juga mengalami nasib serupa. Padahal stadion ini hanya memainkan 10 pertandingan selama Piala Dunia U-20 2023 berlangsung.
Hanya Estadio Malvinas Argentinas, Mendoza, dan Estadio San Juan del Bicentenario, San Juan, yang memiliki kualitas rumput agak mendingan.
Agar FIFA tidak malu-malu amat, laga final antara Uruguay Vs Italia lokasi pertandingannya lebih baik dipindahkan. Entah ke Estadio Malvinas Argentinas, Mendoza, atau Estadio San Juan del Bicentenario, San Juan.