Akibat setiap event AFF tidak masuk kalender FIFA, klub Liga 1 berhak menolak melepas pemain ke Timnas Indonesia.
Andai Arsene Wenger melatih Klub Liga 1, pasti ia akan sering protes ke AFF dan PSSI karena banyaknya kompetisi AFF yang digelar di luar kalender FIFA. Arsene Wenger, saat masih aktif melatih Arsenal seringkali memprotes FIFA, karena banyaknya agenda FIFA Matchday di tengah kompetisi Liga Inggris dan Liga Champions. Seringkali pemain Arsenal cedera saat kembali ke klub, setelah membela negara masing-masing di laga FIFA Matchday.
Jika Indonesia keluar dari AFF, maka para pemain Timnas Indonesia bisa fokus dan konsentrasi di level klub, karena otomatis laga Internasional akan berkurang. Secara tidak langsung jelas ini sangat menguntungkan, apalagi bagi pemain Abroad yang berkarier di luar negeri.
Jarang klub luar negeri yang mau melepas pemainnya jika ada kompetisi yang tak masuk kalender FIFA, sebagai contoh Egy Maulana Vikri tidak dilepas oleh FK Senica di awal turnamen Piala AFF 2020. FK Senica baru melepas Egy, setelah kompetisi Liga Slovakia memasuki jeda kompetisi.
Jelas ini mengganggu persiapan Timnas Indonesia, karena pemain yang dipanggil tak bisa bergabung tepat waktu, sehingga bisa mengganggu proses adaptasi tim dan pemantapan akhir tim jelang kompetisi Piala AFF 2020.
Namun di sisi lain, jika klub melepas pemain ke Timnas dan bermain di kompetisi yang tak resmi seperti Piala AFF, hal itu juga akan menghambat perkembangan pemain bersama klubnya.
Itulah 3 alasan yang masuk akal, apabila Timnas Indonesia memutuskan keluar dari AFF, opsinya bisa bergabung ke Federasi Sepakbola OFC (bergabung bersama Selandia Baru) atau sekalian ke Federasi Sepakbola Asia Timur bersama Jepang dan Korea Selatan.
Atau opsi terakhir, tidak gabung ke mana-mana cukup mengikuti kompetisi resmi dari Federasi Sepakbola Asia (AFC).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H