Entah apa yang merasuki PSSI, sehingga pelatih sekaliber Shin Tae-yong (STY) hanya direkomendasikan untuk melatih Timnas Indonesia U-20. Padahal STY memiliki curriculum vitae pernah tampil di Piala Dunia 2018 bersama Korea Selatan dan memiliki reputasi mentereng saat menangani klub maupun Timnas Korea Selatan.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, jelang laga Kualifikasi Piala Asia 2023 lawan Kuwait. Disebutkan bahwa dalam kontrak awal, STY akan melatih Timnas U-20 di Piala Dunia U-20. Hanya saja, STY meminta kepada PSSI untuk melatih Timnas Indonesia mulai U-19 hingga level senior. Alasannya, STY ingin melihat perkembangan pemain Timnas Indonesia dari level junior ke level senior.
Dengan pemikiran dan niat baik dari STY, sudah dapat disimpulkan jika STY sangat peduli dengan perkembangan sepakbola Indonesia untuk jangka panjang. STY, sengaja ingin membangun pondasi kuat dari level junior hingga pada akhirnya akan menikmati hasilnya beberapa tahun kemudian di level senior.
Namun proses itu tidak berjalan sesuai dengan apa yang telah STY rencanakan, salah satu penyebab utamanya adalah adanya pandemi Covid-19. Semua aktivitas dan agenda penting Timnas Indonesia berantakan selama tahun 2020. Sehingga pada Juni 2021, STY pertama kali tampil diajang resmi bersama Timnas Indonesia pada ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.
Jika dihitung secara normal, STY baru setahun ini fokus menangani Timnas Indonesia. Selama setahun menangani Timnas Indonesia, prestasi yang ditorehkan oleh STY diantaranya memberi gelar Runner up di Piala AFF 2020 dan medali perunggu Sea Games 2021.
Untuk ukuran pelatih baru, hasil itu tidak jelek-jelek amat, karena ia mengandalkan skuad muda dan kebanyakan caps penampilannya berseragam merah putih baru sedikit, malahan ada pemain debutan di Timnas Indonesia.
Bahkan di Piala AFF 2020, STY membawa skuad minim pengalaman di laga Internasional. Tetapi, ia berhasil menyulap penampilan Asnawi Mangkualam Dkk., menjadi lebih atraktif dan tampil penuh determinasi, serta bermain impresif. Sayangnya, Timnas Indonsia harus kandas di laga final dari Thailand dengan skor agregat 2-6 (0-4 dan 2-2).
Mungkin karena di Piala AFF 2020 tampil impresif dan banyak pemainnya tampil di Sea Games 2021, maka ekspektasi publik menaruh harapan tinggi kepada tim asuhan STY, untuk membawa pulang medali emas.
Nah, mungkin akar permasalahan awalnya dari sini. Penyebabnya, karena Skuad Garuda hanya bisa membawa pulang medali perunggu di Sea Games 2021. Nada kecewa, yang berujung pada desakan #styout atau #stymundur dikumandangkan oleh Sebagian pecinta sepakbola tanah air.
Mendapat pertanyaan dari wartawan, soal desakan dari netizen bahwa STY diminta out atau mundur, STY membuat pernyataan yang mungkin membuat panas telinga pengurus PSSI. STY meminta, agar Timnas Indonesia mempunyai Training Centre sendiri.
Dan tak lama kemudian, tulisan #trainingcentre menjadi trending topic di media sosial, baik twitter maupun Instagram.
Tak lama kemudian, terjadi miss komunikasi antara PSSI dengan STY, terkait gagalnya booking lapangan latihan Timnas Indonesia di Stadion Madya. Tidak bisa latihan setiap saat, membuat desakan netizen ke PSSI semakin kencang soal permintaan STY soal pembangunan training centre.
Sosok STY yang mempunyai kharisma kuat, membuat ia disukai oleh pecinta sepakbola nasional.
Kemudian hasil buruk yang diperoleh Timnas Indonesia di laga uji coba lawan Bangladesh, hanya menghasilkan skor kacamata, ditambah lagi performa Timnas Indonesia tidak terlalu menyakinkan.
Hal ini membuat sebagian pecinta sepakbola tanah air kembali menuliskan tagar #styout. Fans pendukung #styout, pesimis Timnas Indonesia tidak bisa lolos ke Piala Asia 2023, performa buruk lawan Bangladesh dijadikan acuannya.
Tiba-tiba di pihak lain, tak ada hujan dan tak ada petir, PSSI membuat pernyataan yang mengejutkan. Bahwa pasca Kualifikasi Piala Asia 2023, PSSI akan menggelar rapat dengan STY untuk membahas soal rekomendasi PSSI, yang meminta STY hanya fokus melatih Timnas U-20 saja.
PSSI menilai, jika STY kewalahan menangani Timnas U-19, Timnas U-23 dan Timnas senior. Hasil yang capai oleh STY, dinilai PSSI tidak maksimal. Tujuan PSSI hanya memberi mandat kepada STY untuk melatih Timnas U-20 karena Piala Dunia U-20 digelar di Indonesia. Dengan fokus melatih Timnas U-20 dan pengalaman STY tampil di Piala Dunia U-20 2017 serta Piala Dunia 2018 akan membantunya mengangkat prestasi Timnas U-20 untuk mencapai target masuk semifinal.
Tidak ada pernyataan apapun yang keluar dari STY, karena ia tengah fokus membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Asia 2023. Dengan hasil positif, yang ditorehkan STY di laga pertama dengan mengalahkan Kuwait dengan skor 2-1. Mungkinkah rekomendasi ini dirubah oleh PSSI, bahwa STY tetap melatih Timnas Senior dan Timnas U-20. Itu artinya PSSI menelan ludahnya sendiri (karena ada kemungkinan Timnas U-23 akan dilatih Indra Sjafri).
Jika sampai PSSI membuat keputusan aneh, dengan menunjuk STY hanya fokus ke Timnas U-20, itu menjadi sebuah kerugian besar bagi Timnas Indonesia. Kualitas yang dimiliki STY, sayang banget jika hanya diberdayakan untuk melatih Timnas U-20.
Sebaiknya PSSI lebih fokus untuk membangun training centre, membina pemain muda sebagai pondasi masa depan dan fokus ke pengelolaan kompetisi Liga 1 agar semakin baik. Biar urusan Timnas Indonesia dipikirkan STY, PSSI siapkan saja semua fasilitas yang diminta STY.
Ingat, secara efektif STY baru satu tahun (sejak Juni 2021) fokus melatih Timnas Indonesia, beri ia kesempatan hingga kontraknya selesai pada tahun 2023. Lakukanlah evaluasi selama dua tahun, selama STY melatih Timnas Indonesia. Semua butuh proses, mie instan saja butuh dimasak terlebih dahulu sebelum dimakan.
Pelatih sekaliber Joachim Loew butuh 8 tahun untuk memberikan gelar Piala Dunia 2014 kepada Jerman dan Didier Deschamps butuh 6 tahun untuk memberikan gelar Piala Dunia 2018 kepada Prancis.
Jadi, jika baru setahun kemudian STY dianggap gagal dan tidak berprestasi, maka penilaian itu salah sasaran. STY datang ke Indonesia saat sepakbola Indonesia sedang hancur dan sekarang ia sedang membangun kembali puing-puing itu.
Sejak meraih medali emas Sea Games 1991 hingga saat ini, Timnas Indonesia di level senior masih nihil gelar. PSSI sudah gonta-ganti pelatih hingga tak terhitung, pelatih sekaliber Juara Piala Tiger, seperti Peter White dan Alfred Riedl gagal meraih prestasi tertinggi bersama Timnas Indonesia.
Sampai PSSI mendatangkan Luis Milla, pelatih top eropa, pemilik gelar Juara Eropa U-21 pada tahun 2011 bersama Spanyol, tetap saja ia gagal memberikan gelar prestisius bagi Indonesia.
Dengan banyaknya kegagalan, dengan cara gonta-ganti pelatih tetapi prestasi tak juga diraih, seharusnya membuat PSSI lebih sabar. PSSI harus sabar menunggu hasil manis dari tangan dingin STY.
PSSI sudah dijalur yang tepat dengan menjadikan STY sebagai pelatih Timnas Indonesia, PSSI dan pecinta sepakbola tanah air hanya perlu bersabar minimal 4 tahunlah, kasih kesempatan kepada STY untuk membuktikan diri. Itu artinya hingga tahun 2025 PSSI harus bersabar menunggu prosesnya.
Mungkin karena sudah lama sekali Timnas Indonesia tidak berprestasi sejak tahun 1991, sehingga membuat petinggi dan pengurus PSSI gak sabaran menunggu prestasi Timnas Indonesia.
Kawal terus proses STY hingga kontraknya selesai di tahun 2023, baru setelah itu PSSI melakukan evaluasi dan kebijakan. Sekarang ini biar STY fokus seratus persen di dua sisa laga Kualifikasi Piala Asia 2023, karena peluang Timnas Indonesia lolos ke Piala Asia 2023 terbuka lebar.
#percayaproses
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H