Ditambahh lagi, Singapura yang bertindak sebagai tuan rumah kejuaraan Piala AFF 2020 memang sangat diuntungkan dengan kehadiran suporter mereka. Suporter Singapura tanpa lelah memberikan dukungan kepada para pemain, sehingga hasilnya pada menit ke-70, Ikhsan Fandi mampu membobol gawang Nadeo Argawinata.
Gol Ikhsan Fandi berawal dari umpan Alfeandra Dewangga yang tak memenuhi sasaran, bola tersebut mampu dipotong oleh Zulqarnaen Suzliman dan akhirnya jadi serangan balik cepat bagi Singapura, bola kemudian diumpan kepada Faris Ramli, dengan cepat Faris Ramli menusuk ke lini pertahanan Indonesia dan melepas umpan terobosan kepada Ikhsan Fandi. Lepas dari jebakan offside, Ikhsan Fandi kemudian melepaskan tembakan yang tidak mampu digagalkan oleh Nadeo.
Skor sementara berubah menjadi 1-1, setelah itu Singapura lebih bersemangat untuk mencari gol berikutnya. Melihat strategi tak berjalan mulus, STY kemudian menarik keluar Ezra Walian untuk digantikan Hanis Saghara. Masuknya Hanis Saghara membuat permainan Indonesia lebih hidup, beberapa kali serangan Timnas Indonesia mengancam lini pertahanan Singapura.
Akhirnya hasil laga semifinal leg 1, antara Indonesia dan Singapura berakhir dengan skor 1-1. Kedua tim masih berpeluang untuk lolos ke babak final. Dengan hasil akhir yang tidak sesuai ekspektasi, Singapura telah memberikan pelajaran berharga kepada Timnas Indonesia untuk tetap membumi.
Skuad garuda harus belajar dari pengalaman Timnas Indonesia di Piala AFF 2004 dan 2010, dimana saat itu skuad garuda sangat dielu-elukan untuk meraih titel juara Piala AFF. Euforia dan ekspektasi yang berlebihan ternyata membuat permainan Timnas Indonesia di babak final menjadi anti klimaks.
Inilah pelajaran berharga yang harus segera diperbaiki oleh skuad Coach STY saat ini, bahwa Timnas Indonesia belum meraih apa-apa. Skuad garuda harus tampil membumi, lupakan euforia sesaat karena mampu tampil apik saat melawan Malaysia.
Coach STY harus memperbaiki kelemahan Timnas Indonesia, karena saat melawan Singapura permainan skuad garuda bisa dibilang underperform, STY harus segera menemukan resep yang pas untuk memperbaiki kinerja permainan Timnas Indonesia agar membaik di pertandingan semifinal leg 2. Jika kelemahan-kelemahan itu tidak segera ditemukan obatnya, maka sangat berbahaya bagi skuad garuda. Bisa-bisa kenangan buruk di semifinal Piala Tiger 1998, saat kita kalah 2-1 dari Singapura terulang kembali.
Bangkit skuad garuda, kalahkan Singapura dan pergilah ke Final.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H