Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pelajaran Berharga yang Dapat Dipetik Timnas Indonesia dari Young Boys dan Sheriff Tiraspol

18 September 2021   15:32 Diperbarui: 20 September 2021   02:55 1372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Timnas Indonesia saat berlaga di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia. (PSSI via kompas.com)

Liga Champions musim 2021/2022 telah menyelesaikan seluruh pertandingan matchday pertama. Young Boys dan Sheriff Tiraspol mampu mencuri perhatian dengan meraih hasil kemenangan. 

Timnas Indonesia dapat memetik pelajaran berharga dari kisah heroik dua tim tersebut. Apa saja, pelajaran yang dapat diambil manfaatnya dari Young Boys dan Sheriff Tiraspol.

Simak ulasan khas dari Bung Arson, berikut ini.

Sepak bola selalu identik dengan drama penuh kejutan. Faktor kejutan inilah yang menjadikan sepak bola selalu menarik minat para pemerhati bola. Terkadang kejutan ini, selalu membawa luka bagi tim besar yang menjadi korbannya.

Kali ini, aktor utama si pembuat kejutan adalah dua klub yang sangat asing ditelinga para football lovers, Young Boys dan Sheriff Tiraspol. Dua tim ini bukan berasal dari negara yang memiliki kompetisi liga yang begitu dikenal.

Bukan dari Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Jerman, Liga Italia, Liga Prancis, Liga Belanda, maupun dari Liga Portugal. Young Boys merupakan klub asal Liga Swiss, yang pamornya sebenarnya masih kalah jauh, jika dibandingkan dengan sesama kontestan Liga Swiss, FC Basel.

Namun, dalam beberapa hari terakhir kepopuleran Young Boys bahkan mengalahkan Barcelona maupun FC Basel (kebetulan Barcelona dan FC Basel memiliki seragam utama identik). Tidak lain karena Young Boys mampu membuat kejutan dengan mengalahkan Manchester United (MU) yang berisikan para pemain bintang, salah satunya Cristiano Ronaldo.

Young Boys nampak tak merasa inferior ketika berhadapan dengan MU. Meskipun kalah secara kualitas pemain, Teknik maupun kecepatan para pemain Young Boys tetap ngotot untuk berusaha mengimbangi perlawanan MU.

Bahkan yang mencengangkan, sejak unggul jumlah pemain karena pemain MU Aaron Wan-Bissaka terkena kartu merah. Secara perlahan Young Boys lebih menguasai jalannya pertandingan.

Statistik pertandingan yang dikutip dari livescore.com, Young Boys unggul secara penguasaan bola 53 persen berbanding 47 persen. Bahkan dalam urusan shots on target Young Boys memiliki 5 kesempatan berbanding 2. Dan terakhir dalam jumlah shots off target, para pemain Young Boys melakukan 10 tembakan berbanding 0 milik MU.

Hal ini menunjukkan bahwa para pemain Young Boys tampil ngotot dan penuh determinasi untuk menjungkalkan MU di kandang mereka sendiri, Stadion de Suisse Wankdorf.

Upaya mereka tak sia-sia, gol Ronaldo dimenit ke-13, mereka balas dengan dua gol kemenangan lewat kaki Nicolas Ngamaleu (menit ke-66) dan Theoson Jordan Siebatcheu (menit ke-95).

Terlalu jauh jika kita membahas apakah Young Boys akan lolos ke fase 16 besar, karena ini masih matchday pertama. Namun, perjuangan dan cara mereka mengalahkan MU patut diapresiasi dan mendapatkan pujian.

Apalagi MU saat dikalahkan Young Boys sedang dalam performa puncak setelah pekan sebelumnya di pekan keempat Liga Inggris, MU melibas Newcastle United dengan skor 4-1.

Seakan tak mau kalah dengan Young Boys, klub asal negara Moldova, yaitu Sheriff Tiraspol mengalahkan salah satu tim langganan Liga Champions asal Ukraina, Shakhtar Donetsk.

Jangankan mendengar nama Sheriff Tiraspol, football lovers juga pasti tidak pernah mendengar nama Timnas Moldova bertanding di pentas Piala Eropa. 

Moldova merupakan negara kecil di benua Eropa, menurut data IMF Moldova merupakan negara termiskin nomor dua di eropa.

Sheriff Tiraspol, yang menurut data transfermarkt.com hanya memiliki total skuad pemain senilai 12,38 juta euro, nampak tak canggung ketika harus berhadapan dengan Shaktar Donetsk yang memiliki total skuad pemain senilai 184 juta euro.

Meskipun secara materi, tim asuhan pelatih Yuriy Vernydub kalah. Namun, Sheriff Tiraspol tak merasa rendah diri dan berusaha tidak mengikuti ritme permainan dari tim Shakhtar Donetsk.

Benar saja apa yang disampaikan oleh pelatih Sheriff Tiraspol, menurut data dari Livescore.com, Shaktar Donetsk memiliki penguasaan bola yang lebih banyak dibandingkan Sheriff Tiraspol, yaitu 68 persen berbanding 32 persen.

Total shots off target pun, Shaktar Donetsk memiliki percobaan lebih banyak 13 berbanding 5, sementara untuk urusan percobaan shots on target kedua tim berimbang sama-sama memiliki 4 kesempatan.

Meskipun kalah secara permainan, pelatih Sheriff Tiraspol mampu memanfaatkan serangan balik berbahaya untuk mengancam gawang Shaktar Donetsk.

Gol-gol kemenangan Sheriff Tiraspol atas Shaktar Donetsk dicetak oleh Adama Traore pada menit ke-16 dan Momo Yansane pada menit ke-62. Kemenangan ini, disambut dengan penuh suka cita oleh pemain dan pendukung yang hadir di stadion Sheriff.

Ini merupakan kemenangan bersejarah bagi negara Moldova, satu-satunya tim asal Moldova yang baru pertama kali lolos ke fase grup Liga Champions dan meraih 3 poin pertama dalam sejarah mereka.

Hasil ini pantas mereka rayakan, karena dalam dua laga kandang berikutnya mereka akan berhadapan dengan raksasa Eropa, yaitu Inter Milan dan Real Madrid.

Apa yang telah dicapai oleh Young Boys dan Sheriff Tiraspol harusnya dapat menjadi pelajaran bagi insan sepakbola Indonesia, dalam hal ini PSSI, Pelatih Timnas, Manajer Timnas dan Pemain Timnas Indonesia.

Padatnya jadwal timnas Indonesia diakhir tahun 2021, diantaranya Kualifikasi Piala Asia 2023 menghadapi Taiwan, Kualifikasi Piala Asia U-23 dan Piala AFF 2021, serta di sela-sela agenda tersebut ada seleksi pemain timnas U-18 sebagai bahan kerangka tim Piala Dunia U-20 tahun 2023 di Indonesia.

Masih ada waktu jika harus mengadopsi kisah sukses dua klub kecil Eropa tersebut. Pelajaran dan manfaat apa yang dapat dipetik oleh timnas Indonesia dari dua kisah heroik Young Boys dan Sheriff Tiraspol.

1. Tidak Merasa Minder atau Harus Percaya Diri

Berdasarkan peringkat FIFA terbaru, Indonesia turun satu tingkat dari peringkat 174 ke peringkat 175. Hal inilah yang terkadang membuat para pemain Timnas Indonesia merasa tidak percaya diri jika menghadapi lawan yang lebih diunggulkan atau bertemu lawan yang berat.

Salah umpan, kekurangtenangan dalam membawa bola, ketidakakuratan dalam mengontrol bola, salah dalam pengambilan keputusan dan mudah terpancing emosi. Itu merupakan salah satu contoh beberapa kesalahan pemain Timnas Indonesia, karena para pemain Timnas Indonesia merasa minder atau kurang percaya diri.

Penilaian ini, terlihat dari hasil pertandingan timnas Indonesia saat di Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, ketika dikalahkan dengan skor telak oleh Vietnam dan UEA.

Hal berbeda ditunjukkan oleh Young Boys dan Sheriff Tiraspol, mereka tidak merasa minder dengan kekuatan lawan yang lebih baik dari mereka. Mereka tetap tenang menjalankan perintah, taktik dan instruksi dari pelatih mereka. Sehingga kedua tim ini, mampu meraih hasil maksimal.

2. Pantang Menyerah dan Semangat Juang Tinggi

Ini yang sedang diperbaiki oleh Coach Shin Tae-yong sejak melatih timnas Indonesia, yaitu fisik. Karena fisik dan daya tahan tubuh para pemain Timnas Indonesia hanya mampu bertahan selama 60-70 menit.

Seharusnya fisik pemain, sudah terbentuk sejak di klub. Jika pelatih timnas Indonesia masih membentuk fisik dalam TC jangka panjang, maka ada beberapa hari dari waktu TC terbuang percuma, karena yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Coach STY untuk pemantapan taktik dan pola permainan, tetapi harus digunakan untuk menggenjot fisik para pemain timnas Indonesia.

Terlihat saat Kualifikasi Piala Dunia 2022, fisik para pemain Timnas Indonesia mulai membaik, hanya saja hal ini belum diimbangi dengan permainan taktik maupun sikap percaya diri dari setiap pemain, karena waktu coach STY habis untuk memperbaiki fisik para pemain timnas Indonesia.

Young Boys dan Sheriff Tiraspol membuktikan ketika berhadapan dengan tim besar, lewat semangat pantang menyerah dan semangat juang tinggi, kedua tim ini mampu merepotkan para tim unggulan di Liga Champions, meskipun secara kualitas teknis mereka kalah. 

Young Boys, membuktikan bahwa dengan pantang menyerah mereka mendapatkan gol kemenangan atas MU, di menit ke-5 injury time babak kedua.

3. Bermain Secara Tim atau Mengandalkan Kolektivitas

Kebiasaan para pemain Timnas Indonesia sebelumnya adalah mengandalkan skill individu. Di era coach STY, para pemain yang mempunyai kebiasaan pamer skill untuk sementara dipinggirkan.

Etos kerja sama tim dan mengandalkan kolektivitas coba diduplikasi ke timnas Indonesia oleh coach STY, seperti saat ia sukses menangani tim sepak bola Korea Selatan.

Faktor mandeknya kompetisi Liga Indonesia akibat pandemi covid-19 lebih dari setahun berpengaruh dalam skema permainan timnas Indonesia saat bertanding di Kualifikasi Piala Dunia 2022, permainan secara tim dan mengandalkan kolektivitas tim, belum secara fasih dipraktikan oleh Evan Dimas, dkk.

Bermain secara tim atau mengandalkan kolektivitas menjadi andalan Young Boys dan Sheriff Tiraspol dalam mengalahkan lawan yang lebih diunggulkan. Para pemain kedua tim, bekerja sama dan tidak egois untuk pamer skill.

Karena kedua tim sadar diri, jika ada pemain yang mengandalkan skill individu akan lebih mudah bagi MU atau Shaktar Donetsk menghabisi mereka.

4. Andalkan Serangan Balik Cepat

Jangan pernah merasa malu, jika timnas Indonesia mengandalkan serangan balik. Serangan balik merupakan salah satu senjata rahasia bagi tim yang berada di bawah tekanan, karena kalah dalam penguasaan bola atau karena ditekan terus-menerus oleh lawan.

Saat Kualifikasi Piala Dunia 2022 kemarin, serangan balik timnas Indonesia belum terlalu mengancam pertahanan lawan. Karena para pemain timnas Indonesia masih terlalu terburu-buru dalam melakukan skema serangan balik.

Hal ini, dilakukan oleh Sheriff Tiraspol ketika mereka kalah dalam penguasaan bola dari Shaktar Donetsk. Pelatih Sheriff Tiraspol, tak malu untuk mengandalkan skema ini. Dan hasilnya, Sheriff Tiraspol secara mengejutkan mampu mengalahkan Shaktar Donetsk dengan skor 2-0.

Itulah 4 pelajaran berharga yang dapat dipetik manfaatnya oleh Timnas Indonesia, semoga saja ada petinggi PSSI maupun tim pelatih timnas Indonesia ada yang membaca tulisan ini. Sehingga, keberhasilan Young Boys dan Sheriff Tiraspol membuat kejutan di pentas Liga Champions dengan mengalahkan tim yang lebih di unggulkan dapat ditiru oleh Timnas Indonesia.

Salam Olahraga dan Salam Bung Arson.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun