Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Liga Inggris Revisi Aturan VAR, Selamat Tinggal Kontroversi "Offside"

11 Agustus 2021   11:28 Diperbarui: 13 Agustus 2021   10:59 1788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Layar video raksasa di Selhurst Park menunjukkan hasil keputusan VAR pada laga Crystal Palace kontra Manchester United, 16 Juli 2020. (Foto: AFP/GLYN KIRK via kompas.com)

FA Community Shield menjadi sebuah tanda genderang perang, akan segera dimulainya Liga Inggris musim 2021/2022. FA Community Shiled mempertemukan Juara Liga Inggris musim 2020/2021, Manchester City berhadapan dengan pemilik gelar Juara Piala FA musim 2020/2021, Leicester City.

Pertandingan antara Manchester City berhadapan dengan Leicester City dimenangi oleh skuad asuhan Brendan Rodgers dengan skor tipis 1-0. Gol kemenangan Leicester City dicetak oleh sang mantan yang pernah bermain untuk Manchester City, yaitu Kelechi Iheanacho, melalui titik putih di menit ke-89.

Ini menjadi modal berharga bagi James Vardy, dkk untuk mengarungi Liga Inggris musim depan, yang diprediksi akan berjalan ketat dan seru. Musim lalu Leicester City berada di posisi ke-5, gagal melaju ke liga champions karena secara dramatis kalah di pertandingan terakhir melawan Tottenham Hotspur dan tempat Leicester di rebut oleh Chelsea. 

Sementara bagi Manchester City, kekalahan ini menjadi sebuah alarm peringatan bagi skuad Pep Guardiola untuk tidak meremehkan tim manapun dalam persaingan Liga Inggris musim depan.

Persaingan Liga Inggris musim depan sangat berat bagi Manchester City, nama-nama seperti Chelsea, Manchester United dan Liverpool menjadi ancaman serius penantang gelar trofi EPL musim depan, kemudian ada kuda hitam Leicester City, Tottenham Hotspur, Everton, dan Arsenal yang sewaktu-waktu siap membuat kejutan. 

Kedatangan Jack Grealish menjadi sinyalemen, bahwa Manchester City tidak main-main dalam mempertahankan gelar EPL.

Laga pembuka EPL akan dibuka oleh tim debutan Brentford melawan Arsenal, pada sabtu dini hari, 14 Agustus 2021 di markas Brentford. Sementara untuk laga Big Match pertama Liga Inggris musim 2021/2022 langsung akan mempertemukan antara Tottenham Hotspur melawan Manchester City, pada hari Minggu, 15 Agustus 2021 di markas Tottenham Hotspur. 

Laga ini akan menjadi sebuah laga pembuka yang akan berjalan seru dan ketat, dimana VAR pada musim ini bisa mengambil peran penting bukan lagi menjadi sebuah kontroversi yang merugikan klub karena sebuah keputusan offside "tipis-tipis" yang bikin "nyesek" hati penggemar.

Sejak menerapkan Video Assistant Referee (VAR), di musim 2019/2020 dan 2020/2021, hasilnya masih banyak keputusan dari VAR yang menuai kecaman dan protes dari berbagai pihak yang merasa dirugikan.

Jelang bergulirnya Liga Inggris musim 2021/2022 otoritas Liga Inggris terus melakukan evaluasi dan terobosan untuk menjadikan Liga Inggris sebagai tontonan menarik. Komite Wasit Profesional Liga Inggris (PGMOL) mengambil keputusan untuk merevisi aturan tentang VAR.

Salah satu poin yang mengalami perubahan adalah, keputusan VAR tentang masalah offside. Mike Riley, yang menjabat sebagai kepala PGMOL menjelaskan bahwa mulai musim depan tidak akan ada lagi permasalahan VAR yang disebabkan perbedaan tipis, karena "offside" ketiak, ujung kuku kaki dan hidung.

Pengalaman VAR yang diterapkan secara sukses di Piala Eropa 2020, sebagai dasar direvisinya aturan offside VAR yang selama ini pengambilan keputusannya terlalu rumit dan berbelit-belit di Liga Inggris selama dua musim terakhir. 

Untuk satu kasus offside yang jaraknya tipis, pengambilan keputusan bisa sampai 2 menit. Hal ini tentu saja mengganggu jalannya sebuah pertandingan Liga Inggris.

Musim depan untuk pengambilan keputusan offside atau pelanggaran melalui VAR, masih tetap menggunakan garis tipis. Hanya saja, pixel garis tipis akan lebih diperbesar dan dipertebal. Jadi jika garis yang ditarik lurus, menunjukkan pemain penyerang dan bek lawan sejajar dalam satu garis, maka itu dianggap "onside".

Dengan adanya perubahan ini, diharapkan akan memberi keuntungan kepada tim yang sedang melakukan serangan. Jika aturan ini, diterapkan mulai musim lalu, maka setidaknya ada sekitar 20 gol yang dapat disahkan dari aturan VAR terbaru ini.

Selain itu, untuk mengurangi kontrovesi VAR terkait pengambilan keputusan yang terlalu lama dan berbelit, tidak akan ditampilkan secara gamblang. Hal ini, masih merujuk VAR di Piala Eropa 2020 dimana penonton di televisi hanya akan diberikan hasil kesimpulan keputusan dari VAR.

VAR juga tidak akan terlalu mengintervensi untuk pelanggaran sepele, sehingga wasit tidak akan merasa di intervensi oleh VAR.

Pendekatan juga dilakukan untuk masalah hukuman penalti, dimana musim lalu menjadi rekor tertinggi karena wasit memberikan hadiah penalti sebanyak 125. 

Wasit diinstruksikan untuk melihat kontak dengan jelas, jika kontak itu hanya minim dan wasit ragu mengambil keputusan maka itu bukanlah sebuah pelanggaran.

Kontak yang jelas disini, yang berakibat terjadinya sebuah konsekuensi pelanggaran yang tepat. 

Jika aturan revisi VAR diterapkan di semifinal Piala Eropa 2020 kemarin, maka pelanggaran terhadap Sterling dari pemain Denmark bukanlah sebuah penalti, karena kontak yang terjadi saat itu antara Sterling dan pemain Denmark minim sekali.

Kepala PGMOL, juga merevisi masalah handball. Dimana musim lalu, jika ada sebuah tim yang menciptakan gol tetapi dalam prosesnya ada pemain yang terlihat handball baik yang disengaja maupun tidak disengaja, maka gol itu dianggap tidak sah.

Musim ini, ada revisi masalah handball. Bahwa untuk kasus pemain yang melakukan handball saat terjadinya proses gol dalam membangun serangan ke gawang lawan, jika handball itu tidak disengaja dalam prosesnya, maka itu dianggap sebagai gol yang sah bukan lagi pelanggaran handball.

Berikut beberapa contoh kasus offside yang menuai kontroversi karena masalah offside tipis bagian tubuh pemain.

Pada musim 2019/2020 Wilfried Zaha, pemain Crystal Palace (vs Southampton) dan Teemu Pukki pemain Norwich City (vs Tottenham Hotspur) tertangkap kamera VAR offside karena ketiaknya.

Kontroversi Offside Harry Kane karena ujung kuku kakinya (twitter/Optus Sport)
Kontroversi Offside Harry Kane karena ujung kuku kakinya (twitter/Optus Sport)

Kemudian untuk offside karena ujung kuku, Harry Kane pernah merasakan apes, saat ujung kuku kakinya terlihat offside karena kamera VAR, saat laga melawan Leeds United.

Selamat tinggal offside kontroversial karena Ketek, ujung kuku dan hidung pemain. Dan sambutlah aturan baru, revisi VAR untuk membuat laga Liga Inggris semakin menarik untuk di tonton musim ini. Jadi gak sabar untuk segera melihat aksi wasit VAR dan kamera VAR bekerja.

Semoga tidak ada kontrovesi yang terjadi seperti laga Everton melawan Liverpool musim lalu. Jordan Pickford kiper Everton tidak dapat kartu merah saat menjatuhkan secara brutal Virgil Van Dijk dan gol Jordan Henderson dianggap tidak sah karena sebelumnya Sadio Mane dianggap kamera VAR offside.

Salam olahraga, salam liga inggris dan salam VAR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun