Salah satu poin yang mengalami perubahan adalah, keputusan VAR tentang masalah offside. Mike Riley, yang menjabat sebagai kepala PGMOL menjelaskan bahwa mulai musim depan tidak akan ada lagi permasalahan VAR yang disebabkan perbedaan tipis, karena "offside" ketiak, ujung kuku kaki dan hidung.
Pengalaman VAR yang diterapkan secara sukses di Piala Eropa 2020, sebagai dasar direvisinya aturan offside VAR yang selama ini pengambilan keputusannya terlalu rumit dan berbelit-belit di Liga Inggris selama dua musim terakhir.Â
Untuk satu kasus offside yang jaraknya tipis, pengambilan keputusan bisa sampai 2 menit. Hal ini tentu saja mengganggu jalannya sebuah pertandingan Liga Inggris.
Musim depan untuk pengambilan keputusan offside atau pelanggaran melalui VAR, masih tetap menggunakan garis tipis. Hanya saja, pixel garis tipis akan lebih diperbesar dan dipertebal. Jadi jika garis yang ditarik lurus, menunjukkan pemain penyerang dan bek lawan sejajar dalam satu garis, maka itu dianggap "onside".
Dengan adanya perubahan ini, diharapkan akan memberi keuntungan kepada tim yang sedang melakukan serangan. Jika aturan ini, diterapkan mulai musim lalu, maka setidaknya ada sekitar 20 gol yang dapat disahkan dari aturan VAR terbaru ini.
Selain itu, untuk mengurangi kontrovesi VAR terkait pengambilan keputusan yang terlalu lama dan berbelit, tidak akan ditampilkan secara gamblang. Hal ini, masih merujuk VAR di Piala Eropa 2020 dimana penonton di televisi hanya akan diberikan hasil kesimpulan keputusan dari VAR.
VAR juga tidak akan terlalu mengintervensi untuk pelanggaran sepele, sehingga wasit tidak akan merasa di intervensi oleh VAR.
Pendekatan juga dilakukan untuk masalah hukuman penalti, dimana musim lalu menjadi rekor tertinggi karena wasit memberikan hadiah penalti sebanyak 125.Â
Wasit diinstruksikan untuk melihat kontak dengan jelas, jika kontak itu hanya minim dan wasit ragu mengambil keputusan maka itu bukanlah sebuah pelanggaran.
Kontak yang jelas disini, yang berakibat terjadinya sebuah konsekuensi pelanggaran yang tepat.Â
Jika aturan revisi VAR diterapkan di semifinal Piala Eropa 2020 kemarin, maka pelanggaran terhadap Sterling dari pemain Denmark bukanlah sebuah penalti, karena kontak yang terjadi saat itu antara Sterling dan pemain Denmark minim sekali.