Sejak awal kedatangan Shin Tae-yong (STY) untuk menangani timnas Indonesia di akhir tahun 2019, optimisme pecinta sepakbola Indonesia membumbung tinggi. Bagaimana tidak optimis, karena untuk pertama kalinya timnas Indonesia akan dilatih oleh pelatih top dunia, yang mempunyai karir pernah melatih tim di Piala Dunia 2018.
Coach STY, melatih Korea di Piala Dunia 2018 namun tersingkir di babak penyisihan grup. Prestasi terbaiknya di Piala Dunia 2018, adalah menumbangkan Jerman dengan skor 2-0 di pertandingan penyisihan grup terakhir.
Optimisme di awal kedatangannya tiba-tiba, bak tersapu oleh angin, karena adanya pandemi covid-19. Pecinta sepakbola Indonesia, harus menunda melihat kiprah Coach STY dalam debut resmi bersama Timnas Indonesia. Segala hajatan sepakbola dunia dihentikan dan ditunda oleh FIFA, AFC dan AFF.
Akhirnya, Coach STY mengawali debut resminya melawan Thailand, pada tanggal 3 Juni 2021 di Stadion Al Maktoum, Dubai, Uni Emirat Arab. Dengan skuad muda, timnas Indonesia akan meladeni perlawanan Thailand yang bermaterikan pemain berpengalaman.
Hasil seri 2-2, yang didapatkan timnas Indonesia mendapatkan apresiasi dan pujian tinggi dari masyarakat Indonesia. Skuad timnas Indonesia yang bermaterikan para pemain muda dengan rataan usia sekitar 22 tahun, mampu mengimbangi Thailand setelah dua kali tertinggal, dan timnas Indonesia selalu dapat menyamakan kedudukan.
Cara melatih Coach STY, yang menitikberatkan pada latihan fisik, mengatur pola makan, pantang menyerah, disiplin dalam segala hal dan pola permainan pendek merapat dapat diterapkan dengan baik oleh Evan Dimas, dkk.
Para pemain yang tidak disiplin dipulangkan oleh Coach STY, seperti Nurhidayat. Dengan hasil imbang melawan Thailand, fans sepakbola Indonesia optimis saat menatap laga selanjutnya melawan Vietnam dan tim tuan rumah Uni Emirat Arab, timnas Indonesia diharapkan dapat berbuat banyak.
Namun sayang, harapan tinggi yang diapungkan hasil yang didapati pun sangat kontras. Bukan kemenangan yang diraih atau minimal hasil seri seperti saat laga melawan Thailand. Tapi, hasil memalukan harus diterima oleh para punggawa timnas Indonesia.
Secara beruntun timnas Indonesia, dicukur oleh Vietnam dengan skor 4-0 dan saat bertemu tim tuan rumah Uni Emirat Arab dibantai dengan skor telak 5-0. Dengan hasil akhir ini, timnas Indonesia menjadi tim juru kunci dalam lanjutan kualifikasi piala dunia 2022 zona Asia di grup G.
Beruntung timnas Indonesia masih punya kesempatan untuk meraih tiket lolos ke piala Asia 2023 di China melalui jalur terjal dan berliku, yang bernama jalur play-off.
Hasil undian play-off, Indonesia akan bertemu dengan Taiwan. Pada laga pertama 7 September 2021 Indonesia akan bertindak sebagai tuan rumah dan pada 12 Oktober 2021 Indonesia akan gantian bertandang ke markas Taiwan.
Melihat hasil undian, Indonesia masih diuntungkan jika hanya bertemu Taiwan. Di atas kertas, timnas Indonesia dapat mengalahkan Taiwan karena Indonesia memiliki kualitas individu pemain dan tim lebih baik dari Taiwan.
Namun keuntungan bertemu dengan Taiwan ini, bisa berantakan jika melihat kondisi persepakbolaan Indonesia saat ini. Sampai saat ini, nasib kejelasan laga pembuka Liga 1 masih belum jelas tanggalnya. Akibat adanya pandemi covid-19 kick-off Liga 1 selalu mundur, ditambah dengan adanya PPKM.
Tidak adanya laga kompetitif di Liga 1, ditakutkan mengganggu persiapan pemain timnas saat laga melawan Taiwan, karena pemain tidak pernah merasakan atmosfer pertandingan resmi.Â
Hal ini juga yang dirasakan oleh skuad Coach STY saat melakoni tiga laga lanjutan di kualifikasi piala dunia 2022 zona asia di Uni Emirat Arab, tanpa ada kompetisi selama setahun lebih timnas Indonesia hancur lebur.
Masalah bagi timnas Indonesia tidak hanya soal nasib kapan kick-off Liga 1 akan digulirkan, tetapi ada masalah lagi yang menyangkut Coach STY. Sejak terpapar positif covid-19, Coach STY harus rutin melakukan pengecekan kondisi kesehatannya di Korea. Karena, saat terserang covid-19 sekitar bulan Maret 2021, STY sempat mengalami perburukan penyakit paru-paru.
Bulan Juni 2021, STY pulang ke Korea dalam rangka pengecekan kesehatannya, awalnya STY diperkirakan akan kembali ke tanah air pada 5 Agustus 2021. Namun, jadwal itu mundur menjadi 9 Agustus 2021.
Kabar buruknya bagi timnas Indonesia dan PSSI, ternyata jadwal itu kembali molor. Bahkan diperkirakan STY, baru kembali ke tanah air sekitar pertengahan Agustus 2021.
Hal ini disebabkan, karena sesaat sebelum pulang ke tanah air pada 9 Agustus 2021. STY dan rekan-rekannya di Korea melakukan acara makan-makan. Setelah acara makan-makan, baru diketahui jika salah satu rekannya ada yang dinyatakan positif covid-19.
Ketatnya protokol Kesehatan di Korea, mengakibatkan STY terkena tracing dan harus melakukan karantina mandiri. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PSSI, Yunus Nusi dikutip dari laman resmi PSSI.
Jika nanti masa karantina STY telah selesai di Korea, diperkirakan sekitar tanggal 16 Agustus 2021 STY tiba di tanah air. STY, masih harus menjalankan protokol Kesehatan di Indonesia. Sesuai aturan dari pemerintah Indonesia, untuk mencegah penyebaran kasus covid-19, setiap orang yang habis datang dari luar negeri harus menjalani karantina mandiri selama 8 hari di Indonesia.
Itu artinya Coach STY, baru bisa turun langsung ke lapangan untuk mempersiapkan timnas Indonesia menghadapi Taiwan sekitar tanggal 24 Agustus 2021. Padahal laga resmi melawan Taiwan dilaksanakan pada 7 September 2021.
Waktu mepet yang dimiliki oleh STY, mungkin tidak akan jadi masalah ketika ia dapat memberikan pesan khusus melalui 3 asisten pelatihnya. Tetapi masalah terbesar sekarang, 3 asisten kepercayaan Coach STY asal Korea secara mengejutkan mengundurkan diri.Â
Seperti yang disampaikan oleh PSSI melalui laman resminya, ketiga asisten kepercayaan STY, yang mengundurkan diri yaitu Kim Woo-jae jabatan asisten pelatih Teknik, Kim Hae-woon jabatan pelatih kiper, dan Lee Jae-hong jabatan pelatih fisik.
Menurut PSSI, pengunduran diri ketiga asisten STY karena adanya ketidakakuran antara STY dengan 3 asistennya. Masalah pribadi ini yang dijadikan alasan ketiganya mengundurkan diri. STY sudah pasti tahu alasannya, alasan pribadi apa yang sampai membuat tiga asistennya mengundurkan diri.
Kondisi ini membuat PSSI merasa geram, karena sejak awal sudah ada kesepakatan bahwa asisten yang akan mendampingi STY selama melatih timnas Indonesia adalah asistennya di Piala Dunia 2018. PSSI berharap pengganti ketiga asisten tersebut nantinya harus mempunyai kemampuan yang sesuai standar dan telah diterapkan serta mempunyai pengalaman.
Kabar ini tentu, sudah didengar oleh STY selama ia melakukan karantina mandiri di Korea. STY sedang merasakan sebuah ungkapan "sudah jatuh tertimpa tangga", saat dia sedang tersandung masalah ada masalah baru lagi yang muncul.
Dua kabar ini, sudah pasti mengganggu persiapan timnas Indonesia untuk melakoni laga melawan Taiwan pada tanggal 7 September 2021. Praktis dengan persiapan yang sangat mepet dan ditinggal 3 asisten pelatihnya membuat STY harus memutar otak.
Praktis hanya tersisa empat asistennya, yaitu Alex Alda pelatih fisik, Sahari Gultom pelatih kiper, Nova Arianto dan Choi In-cheul sebagai pelatih teknik.
Bahkan nasib STY, bisa berada di ujung tanduk jika timnas Indonesia gagal melewati hadangan Taiwan dalam laga play-off ini. Sangat memalukan jika timnas Indonesia disingkirkan dalam babak awal play-off. Komitmen dan kinerja STY melatih timnas Indonesia perlu dipertanyakan.
Nama baik dan prestasi timnas saat ini dalam genggaman STY, namun jika hasil dan kinerja yang diberikan oleh STY tidak sesuai harapan, PSSI bisa melakukan evaluasi dan pembinaan.
Jika sampai nasib buruk masih memayungi timnas Indonesia dengan gagal melaju jauh karena tersingkir dari Taiwan, ada baiknya PSSI melakukan instropeksi diri terkait karma sepakbola gajah.
Sejak ada drama sepakbola gajah pada Piala AFF 1998 (dulu bernama Piala Tiger 1998), saat laga penyisihan grup terakhir lawan Thailand. Dimana saat itu Mursyid Effendi mencetak gol ke gawang sendiri yang dijaga oleh Kurnia Sandy.
Sejak tahun 1998 hingga saat ini, Indonesia tidak pernah menjadi juara dalam kompetisi mayor setingkat Piala AFF atau Sea Games. Karma atau kutukan sepakbola gajah, jangan-jangan hingga saat ini masih menghinggapi timnas Indonesia.
PSSI harus melakukan pengakuan permintaan maaf di depan publik dan bertobat dengan apa yang telah terjadi di Piala AFF 1998. Jika perlu ungkap semuanya dengan jernih dan gamblang, sehingga Mursyid Effendi tidak merasa dipersalahkan seorang diri.
Jika diperlukan, PSSI perlu mengundang kyai atau ustadz ternama untuk melakukan Doa bersama, agar PSSI dan timnas Indonesia serta persepakbolaan Indonesia dijauhkan dari segala kutukan dan karma.
Karena jika kondisiya seperti ini terus, yang ditakutkan adalah siapapun pelatihnya, prestasi timnas Indonesia akan terus jalan di tempat, karena ada sesuatu yang tidak terselesaikan sejak tahun 1998 hingga sekarang, yaitu carut marut sepakbola gajah di Piala AFF 1998.
Harapannya semoga Coach STY segera sembuh dan pulih, sehingga ia tidak perlu repot-repot untuk bolak-balik ke Korea demi proses kesembuhannya. Dengan kesembuhan STY otomatis ia dapat berkonsentrasi penuh untuk memberikan prestasi terbaik bagi timnas Indonesia, dan mengakhiri kutukan yang ada.
Selamat bekerja Coach STY dan semoga lekas sembuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H