Jika sampai nasib buruk masih memayungi timnas Indonesia dengan gagal melaju jauh karena tersingkir dari Taiwan, ada baiknya PSSI melakukan instropeksi diri terkait karma sepakbola gajah.
Sejak ada drama sepakbola gajah pada Piala AFF 1998 (dulu bernama Piala Tiger 1998), saat laga penyisihan grup terakhir lawan Thailand. Dimana saat itu Mursyid Effendi mencetak gol ke gawang sendiri yang dijaga oleh Kurnia Sandy.
Sejak tahun 1998 hingga saat ini, Indonesia tidak pernah menjadi juara dalam kompetisi mayor setingkat Piala AFF atau Sea Games. Karma atau kutukan sepakbola gajah, jangan-jangan hingga saat ini masih menghinggapi timnas Indonesia.
PSSI harus melakukan pengakuan permintaan maaf di depan publik dan bertobat dengan apa yang telah terjadi di Piala AFF 1998. Jika perlu ungkap semuanya dengan jernih dan gamblang, sehingga Mursyid Effendi tidak merasa dipersalahkan seorang diri.
Jika diperlukan, PSSI perlu mengundang kyai atau ustadz ternama untuk melakukan Doa bersama, agar PSSI dan timnas Indonesia serta persepakbolaan Indonesia dijauhkan dari segala kutukan dan karma.
Karena jika kondisiya seperti ini terus, yang ditakutkan adalah siapapun pelatihnya, prestasi timnas Indonesia akan terus jalan di tempat, karena ada sesuatu yang tidak terselesaikan sejak tahun 1998 hingga sekarang, yaitu carut marut sepakbola gajah di Piala AFF 1998.
Harapannya semoga Coach STY segera sembuh dan pulih, sehingga ia tidak perlu repot-repot untuk bolak-balik ke Korea demi proses kesembuhannya. Dengan kesembuhan STY otomatis ia dapat berkonsentrasi penuh untuk memberikan prestasi terbaik bagi timnas Indonesia, dan mengakhiri kutukan yang ada.
Selamat bekerja Coach STY dan semoga lekas sembuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI