Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Terimakasih Jepang: Sukses Selenggarakan Olimpiade di Masa Pandemi dan Takdir Semesta Tak Salah Memilih Jepang

9 Agustus 2021   10:03 Diperbarui: 9 Agustus 2021   21:19 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesta penutupan Olimpiade Tokyo 2020 (AP/Kiichiro Sato)

Usai sudah hajatan besar olahraga terbesar di dunia, yaitu Olimpiade Tokyo 2020, setelah api Olimpiade Tokyo 2020 dipadamkan, sebagai tanda berakhirnya event tersebut. Meski tidak dihadiri oleh penonton, upacara penutupan Olimpiade tetap berjalan sangat meriah.

Olimpiade Tokyo 2020, berlangsung mulai 23 Juli -8 Agustus 2021 yang mempertandingan 339 pertandingan dari 46 cabang olahraga dan diikuti oleh 206 negara, sementara ada lebih dari 11.000 atlet yang berpartisipasi.

Medali emas Olimpiade Tokyo 2020 pertama diraih oleh, atlet asal China, Yang Qian yang meraih emas melalui cabang olahraga menembak. Atlet berusia 21 tahun ini, memperoleh poin 251,8 mengalahkan atlet asal ROC (Komite Olimpiade Rusia),  Anastasiia Galashina yang hanya mendapat 251,1 poin dan medali perunggu  diraih oleh Nina Christen dari Swiss, dengan Raihan poin 230,6.

Sementara untuk medali emas terakhir, di Olimpiade Tokyo 2020 diraih oleh Serbia. Serbia meraih medali emas dari cabang olahraga polo air putra, setelah mengalahkan Yunani di partai final, dengan skor 13-10.

Semesta tidak salah menunjuk Jepang sebagai tuan rumah Olimpiade Tokyo 2020. IOC atau komite olimpiade dunia, pada tanggal 7 September 2013 melakukan sidang untuk memutuskan penentuan tuan rumah Olimpiade 2020.

Sidang IOC, dilaksanakan di Buenos Aires, Argentina. Setelah melalui voting, akhirnya diputuskan Kota Tokyo, Jepang diputuskan sebagai tuan rumah Olimpiade 2020. Kota Tokyo, mengalahkan kota Istanbul dan kota Madrid yang mengajukan sebagai tuan rumah Olimpiade 2020.

Awalnya Olimpiade Tokyo, 2020 akan diselenggarakan pada 24 Juli-9 Agustus 2020. Namun, akibat adanya pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia, ajang olahraga terbesar di dunia tersebut terpaksa tertunda selama setahun, dan baru dapat dilaksanakan pada 23 Juli-8 Agustus 2021.

IOC tidak menginginkan olimpiade 2020 dibatalkan, karena hanya ada satu alasan yang dapat membatalkan hajatan Olimpiade, yaitu perang dunia.

Jepang telah menyiapkan segalanya untuk Olimpiade 2020. Sejak resmi ditunjuk sebagai tuan rumah pada tahun 2013, Jepang langsung bergerak untuk mempersiapkan semua infrastruktur pendukung mulai dari venue, wisma atlet village Olympic, akses jalan, hotel, sarana penunjang tranportasi, dll.

Gelaran Olimpiade Tokyo, 2020 dikabarkan menelan biaya 15,4 miliar dollar Us atau setara 221,5 Triliun. Bahkan jika dikalkulasi dengan membangun sekolah di Jepang, yang rata-rata sekolah di Jepang menghabiskan dana 13 juta dollar Us, maka dapat terbangun 1200 sekolah baru di Jepang. Benar-benar angka yang fantastis.

Pengeluaran yang tak sedikit telah dikeluarkan oleh Jepang, untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Tokyo 2020. Jepang akan semakin rugi besar, jika hajatan ini dibatalkan karena investasi yang telah dikeluarkan oleh mereka akan sia-sia.

Pandemi covid-19 benar-benar menghancurkan impian Jepang. Jepang memimpikan Olimpiade yang normal, ada jutaan penonton yang hadir untuk menyaksikan semua pertandingan. Kehidupan kota Tokyo, selama gelaran Olimpiade benar-benar hidup selama 24 jam. Tidak hanya ingin sukses dalam penyelenggaraan, Jepang juga ingin mendapatkan uang dari wisatawan yang masuk ke Jepang dan juga tiket penonton ke venue pertandingan.

Jika kita boleh berandai-andai Olimpiade Tokyo 2020 tanpa ada pandemi covid-19. Final cabang olahraga atletik 100 meter putra, pasti akan dihadiri oleh puluhan ribu penonton demi menyaksikan kemegahan permainan tata lampu yang telah disiapkan oleh panitia jelang final, serta menyaksikan raihan medali emas pelari asal Italia, Jacobs Lamont Marcell saat memenangi medali meas atletik 100 meter putra.

Tidak hanya itu, seandainya penonton hadir ke stadion, bisa saja timnas sepakbola putra Jepang dapat melaju ke babak final Olimpiade Tokyo 2020, karena mendapat dukungan dari suporter tuan rumah.

Semua impian tersebut pupus karena adanya pandemi covid-19. Masyarakat di jepang bahkan sempat melakukan protes penolakan, agar Olimpiade Tokyo 2020 benar-benar di batalkan, agar Jepang tidak menjadi cluster baru selepas Olimpiade.

Jepang, yang sejak awal datangnya pandemi covid-19 diprediksi dapat mengatasi masalah ini, ternyata bisa jebol juga oleh virus covid-19. Jelang Olimpiade Tokyo 2020 dilaksanakan, di bulan Juli 2021 rata-rata kasus harian covid-19 hanya sekitar ribuan di Jepang. 

Namun memasuki pertengahan Juli 2021, lonjakan kasus baru mencapai belasan ribu, dengan puncaknya di tanggal 6 Agustus 2021 ada lonjakan kasus baru sebanyak 15.209. Akhirnya jumlah kasus Covid-19, per tanggal 8 Agustus 2021 menurut situs independen, worldometers tembus di angka 1.001.281 dengan angka kematian tercatat 15.255.

Walaupun pemerintah Jepang harus mengambil langkah event Olimpiade Tokyo 2020 tanpa kehadiran penonton, dan seluruh warga Jepang untuk menyaksikan Olimpiade melalui saluran televisi dari rumah, serta adanya pelarangan masuknya warga asing hingga akhir Agustus 2021.

Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Jepang, nyatanya tetap membuat angka covid-19 terus melonjak. Bahkan per tanggal 30 Juli 2021, ada kasus covid-19 yang menimpa peserta olimpiade (atlet, pelatih, ofisial tim, awak media, pekerja sukarela) sebanyak 193 kasus.

Secara umum hajatan Olimpiade Tokyo 2020 berjalan sukses dan lancar, Jepang menjadi tuan rumah yang baik selama penyelenggaraan olimpiade. Tidak hanya sukses sebagai tuan rumah, Jepang juga sukses secara prestasi dengan menempati posisi 3 perolehan medali emas, dengan Raihan 27 emas, 14 perak dan 17 perunggu.

Amerika Serikat, menjadi juara umum setelah secara dramatis di hari terakhir menyalip China hanya dengan selisih satu medali emas saja. Amerika Serikat meraih, 39 emas, 41 perak dan 33 perunggu. Sementara, China meraih 38 emas, 32 perak dan 18 perunggu.

Ada banyak momen terbaik tersaji dari gelaran Olimpiade Tokyo 2020, salah satunya Mutaz Barshim (Qatar) dan Gianmarco Tamberi (Italia) memutuskan untuk berbagi medali emas dari cabang Atletik melalui nomor lompat tinggi. Keduanya mempunyai lompatan yang sama 2,37 meter.

Barshim dengan berjiwa besar, meminta kepada panitia untuk berbagi medali emas dengan Tamberi, dan panitia pun menyetujui usulan tersebut. Dan akhirnya Barshim dan Tamberi berpelukan sebagai juara bersama dan berbagi medali emas.

Jepang benar-benar menyelamatkan hajatan olahraga terbesar di tengah wabah pandemi covid-19 yang masih melanda seluruh dunia. Mungkin Jika saat itu, yang terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade 2020 bukan Jepang. Mungkin gelaran Olimpiade 2020 bisa dibatalkan dan berganti negara penyelenggara. Bahkan, China dikabarkan telah siap menggantikan Jepang, jika Jepang membatalkan sebagai tuan rumah Olimpiade 2020 akibat pandemi covid-19.

Dana yang dikeluarkan oleh Jepang sangat besar, dan Jepang tidak dapat uang pemasukan dari sektor penjualan tiket dan pemasukan dari wisatawan yang masuk ke Jepang. Jika, Jepang bukan negara dengan ekonomi yang kuat bisa-bisa negara tersebut bisa bangkrut karena dana investasi Olimpiade tidak akan balik modal. 

Disaat seluruh negara di dunia mengalokasikan keuangannya untuk menangani wabah covid-19, Jepang harus berbagi kas keuangannya untuk anggaran Olimpiade dan penanganan wabah covid-19 di negaranya.

Selain itu, pengalaman Jepang menjadi tuan rumah event besar olahraga seperti Asian Games Hiroshima 1994, Piala Dunia 2002 bersama Korea Selatan memudahkan langkah Jepang dalam melakukan persiapan dan pelaksanaan pada momen hari H berlangsung.

Semesta memang tidak salah pilih dengan mentakdirkan Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade Tokyo 2020, walaupun sempat tertunda selama setahun akibat pandemi covid-19, tetapi Jepang tetap memberikan pelayanan dan mengerahkan semua sumber daya yang ada secara maksimal demi suksesnya Olimpiade Tokyo 2020 walaupun terselenggara tanpa adanya penonton.

Aplaus meriah, tepukan tangan dan salam ucapan terimakasih pantas diberikan kepada Jepang, yang dengan berani mengambil resiko untuk tetap menyelenggarakan Olimpiade Tokyo 2020. Segala jerih payah yang telah dilakukan terbayar lunas dengan suksesnya penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020. Walaupun dipastikan gak balik modal, Jepang tetap memberikan servis yang maksimal kepada seluruh peserta Olimpiade selama berada di Jepang.

Terimakasih Jepang, kami tak akan melupakan momen Olimpiade Tokyo 2020, terlebih Greysia/Apriyani dapat melanjutkan tradisi medali emas dari cabang olahrga bulutangkis. 

Selamat Datang di Olimpiade Paris 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun