Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Ginting Pantang Menyerah dan Cordon Penuh dengan Kejutan, Mereka Berdua Layak Raih Medali Perunggu

1 Agustus 2021   18:07 Diperbarui: 2 Agustus 2021   17:45 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed)

Semifinal tunggal putra telah menyelesaikan dua laga, dengan menghasilkan dua pemenang. Pemain tunggal putra asal Denmark, Viktor Axelsen akan bertemu dengan pemain asal China, Chen Long di babak final tunggal putra Olimpiade Tokyo 2020.

Viktor Axelsen lolos ke babak final setelah menyudahi perlawanan dari pemain non unggulan asal Guatemala, Kevin Cordon dengan skor 21-18 dan 21-11 dalam tempo 40 menit. Sementara Chen Long mengalahkan harapan wakil dari Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting dengan skor 21-16 dan 21-11 dalam tempo 56 menit.

Dengan hasil ini, maka Kevin Cordon dan Anthony Sinisuka Ginting harus saling mengalahkan satu sama lain demi sekeping medali perunggu, yang seharusnya sama-sama layak bisa mereka raih.

Ya, jika melihat perjuangan Cordon dan Ginting selama babak penyisihan hingga akhirnya mereka mencapai semifinal Olimpiade Tokyo 2020, Raihan minimal medali perunggu merupakan ganjaran yang layak bisa mereka bawa pulang.

(Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed)
(Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed)

Terlebih bagi Cordon pemain berusia 34 tahun dari Guatemala yang mempunyai peringkat 59 BWF. Mampu mengejutkan dunia, dengan melaju jauh sampai babak semifinal Olimpiade Tokyo 2020.

Sebelum Olimpiade Tokyo 2020, mungkin tidak ada Badminton Lovers yang mengenal Kevin Cordon. Kevin Cordon, lebih sering mengikuti turnamen kompetisi BWF di sekitar benua amerika yang hanya masuk kelas International Challenge dan International Series.

Terlebih dalam persiapannya menuju Olimpiade, Cordon harus berlatih di sebuah aula gereja karena fasilitas olahraga di tempat kota kelahirannya harus digunakan untuk fasilitas Kesehatan penanganan pasien Covid-19. Hal ini, tidak menyurutkan semangat Cordon untuk terus berlatihh secara maksimal.

Hasil kerja kerasnya tidak sia-sia, dengan sangat meyakinkan Cordon menyingkirkan pemain unggulan asal Hongkong, NG Ka Long Angus dalam laga penentuan di babak penyisihan terakhir Grup C, untuk meraih tiket ke babak 16 besar.

Cordon terus melanjutkan kejutannya dengan mengalahkan pemain asal Belanda, Mark Caljouw di babak 16 besar yang memiliki peringkat BWF lebih baik dari Cordon.

Kemudian di babak perempatfinal, Cordon bertemu dengan pemain asal Korea yang sama-sama membuat kejutan, setelah  Heo Kwanghee menyingkirkan Kento Momota di babak penyisihan Grup. Cordon meraih tiket semifinal setelah menang atas Heo Kwanghee, dengan skor 21-13 dan 21-18.

Namun sayang, usahanya untuk membuat kejutan lebih besar lagi dengan melaju ke babak final Olimpiade, harus dikandaskan oleh Viktor Axelsen. Sehingga kisah Kevin Cordon, dalam dongeng Cinderella di cabang bulutangkis harus terhenti di semifinal.

Cordon, harus berjibaku dengan Anthony Sinisuka Ginting untuk mengukir Namanya dalam sejarah bulutangkis Olimpiade, dengan meraih medali perunggu.

Sementara bagi Anthony Sinisuka Ginting, Raihan medali emas atau perak lebih layak diberikan kepada Ginting, setelah melihat perjuangan Ginting dari babak 16 besar hingga Semifinal. Ginting berjibaku dan bekerja keras untuk mengalahkan lawan-lawannya.

Di babak 16 besar Ginting menumbangkan pemain asal tuan rumah, Kanta Tsuyenama dengan skor 21-18 dan 21-14. Kemudian di babak perempatfinal Ginting menyingkirkan unggulan ketiga asal Denmark, Anders Antonsen dalam laga yang berjalan sengit selama 80 menit, dengan skor 21-18, 15-21 dan 21-18.

Namun sayangnya, laju impresif yang diperlihatkan Ginting selama Olimpiade Tokyo 2020 harus dihentikan oleh Chen Long. Pertahanan tembok China gagal dirobohkan oleh smash-smash tajam dari Ginting. Kemudian permainan net, yang menjadi andalan Ginting selama Olimpiade juga dapat dimenangi oleh Chen Long.

Segala daya upaya telah Ginting lakukan, dengan jatuh bangun mempertahankan area permainannya agar shuttlecock tidak jatuh di bidang lapangan miliknya. Namun, perjuangan tanpa kenal menyerah yang Ginting perlihatkan di babak semifinal harus kandas oleh Chen Long.

Ginting dan Cordon, harus saling jegal demi sebuah medali perunggu. Jika BWF atau panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 boleh meralat sebuah aturan, maka khusus tunggal putra Ginting dan Cordon sama-sama layak mendapatkan medali perunggu. Salah satu dari mereka tidak pantas pulang dengan tangan hampa.


Namun, inilah fakta menarik yang harus mereka perjuangkan. Ginting dan Cordon harus menyelesaikan kisah cerita mereka di Olimpiade Tokyo 2020 dengan sebuah catatan tinta sejarah, yang mungkin tidak dapat mereka ulang Kembali di Olimpiade selanjutnya, yaitu Olimpiade Paris 2024.


Kesempatan terbaik bagi mereka, untuk saling berjuang memberikan prestasi terbaik bagi negara masing-masing. Ginting untuk Indonesia dan Cordon untuk Guatemala. Siapapun pemenang dalam laga ini, mereka berdua layak dapat lima Bintang.

Selamat berjuang Ginting dan Cordon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun