Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Italia Sempurna, Membuka dan Menutup Pesta Euro 2020 dengan Gelar Juara

12 Juli 2021   05:15 Diperbarui: 14 Juli 2021   10:00 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bonucci merayakan gol ke gawang Inggris ((Foto: Getty Images/Paul Ellis - Pool)

Final Euro 2020 mempertemukan laga bergengsi, antara Italia dan Inggris. Laga ini juga menampikan dua pelatih jempolan, yang mampu meracik timnya hingga melaju jauh ke babak final, antara Roberto Mancini dan Gareth Southgate.

Sebelum lebih jauh membahas pertandingan final Euro 2020, Italia telah membuka pesta Euro 2020 dengan sempurna setelah mengalahkan Turki dengan skor 3-0 di partai pembuka. Kemudian sebelum laga Final Euro 2020 ini, Inggris mengalahkan Denmark secara dramatis melalui babak perpanjangan waktu 120 menit, dengan skor tipis 2-1. Melihat permainan Italia dan Inggris selama turnamen Euro 2020, ini merupakan final yang sempurna. Kedua tim belum pernah mengalami kekalahan.

Di laga final, Mancini tidak merubah komposisi susunan pemainya dan masih menggunakan taktik 4-3-3. Di pos penjaga gawang masih ditempati oleh Gianluigi Donnarumma. Kemudian di pos bek sayap ada Giovanni Di Lorenzo, dan Emerson. Bek tengah masih dikomandoi oleh Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini. Trio lini tengah ditempati oleh Nicolo Barella, Jorginho, dan Marco Verratti. Di posisi lini depan, tukang gedor serangan ditempati trio, Federico Chiesa, Ciro Immobile , dan Lorenzo Insigne.

Sementara, Gareth Southgate merubah komposisi pemain dan taktik strateginya dari laga sebelumnya saat bermain di Semifinal melawan Denmark, saat melawan Denmark, Southgate memakai pola 4-2-3-1. Sedangkan di laga Final, Inggris menggunakan pola permainan 3-4-2-1. Di pos penjaga gawang ditempati Jordan Pickford. 

Trio bek Inggris dikomandoi oleh Harry Maguire, John Stones dan Kyle Walker. Untuk mengimbangi trio lini tengah Italia, Southgate sengaja menempatkan 4 pemain di lini tengah, seperti Luke Shaw, Declan Rice, Kalvin Phillips dan Kieran Trippier. Untuk pos penyerang sayap ditempati Raheem Sterling dan Mason Mount. Dan Penyerang Murni ditempati oleh Harry Kane.

Setelah wasit Bjorn Kuipers, asal Belanda meniup peluit kick-off kedua tim langsung melancarkan serangan. Luke Shaw langsung membuat tim Inggris unggul di menit ke-2. Gol cantik tendangan first time yang dilakukan oleh Luke Shaw, memanfaatkan serangan balik hasil tendangan pojok yang dilakukan oleh pemain Italia. Bola yang dapat direbut kemudian diumpankan ke sisi kanan, Kieran Trippier yang menerima umpan itu kemudian mengirim umpan cantik yang dapat dijangkau oleh Luke Shaw, tanpa ampun tendangan Luke Shaw merobek jala Gianluigi Donnarumma.

Setelah gol dari Luke Shaw, Italia langsung bereaksi untuk mencari gol balasan. Namun serangan Italia masih dapat dikandaskan oleh Harry Maguire, cs. Inggris membalasnya dengan melakukan serangan cepat, yang beberapa kali mengancam pertahanan Italia.

Rapatnya pemain Inggris dalam bertahan, membuat Jorginho, dkk kesulitan membongkar lini pertahanan Inggris. Taktik yang dikembangkan oleh Southgate benar-benar membuat para pemain Inggris tampil disiplin dalam bertahan, dan saat melakukan serangan balik melalui kedua sayap selalu mengancam lini pertahanan Italia.

Di sisa 20 menit jelang babak pertama selesai, Italia mencoba mengancam melalui Lorenzo Insigne, Federico Chiesa dan Marco Verratti. Namun usahanya masih gagal. Sedangkan Inggris mencoba mengancam melalui umpan Shaw, namun umpannya masih dapat digagalkan oleh Emerson.

Secara umum, jalannya pertandingan di babak pertama, berjalan relatif seimbang. Namun untuk pola penyerangan, serangan tim Inggris sangat membahayakan karena kedua sayap mereka bermain dengan cepat dan lincah.

Di babak kedua Italia berusaha untuk mencari gol, untuk menyamakan kedudukan. Namun usaha tendangan bebas Insigne dari luar kotak penalti masih tipis diatas mistar gawang Pickford.

Italia coba merubah strategi dengan memasukkan Bryan Cristante dan Domenico Berardi, untuk menambah variasi serangan Italia.

Inggris mencoba mengancam di menit ke-56, ketika tendangan bebas Inggris yang disundul oleh Harry Maguire masih melambung diatas gawang Italia.

Italia membalas di menit ke-57 saat tendangan Insigne memanfaatkan kemelut di depan gawang Inggris, dapat diantisipasi oleh Pickford.

Italia Kembali mendapatkan peluang emas di menit ke-62, setelah tendangan pemain Italia, Chiesa dapat diantisipasi oleh Pickford. Penamapilan Italia terus membaik di babak kedua.

Gol balasan Italia terjadi pada menit ke-67 melalui Leonardo Bonucci, memanfaatkan tendangan pojok yang kemudian menimbulkan kemelut di depan gawang Inggris, dengan cerdik Bonucci dapat memanfaatkan bola rebound hasil sundulan Verratti yang gagal diantisipasi dengan baik oleh Pickford. Skor sementara imbang 1-1.

Setelah gol dari Bonucci tensi laga menjadi lebih menarik, jual beli serangan masih terjadi. Untuk merubah taktik permainan, southgate berusaha memasukkan Bukayo Saka, menggantikan Kieran Trippier. Nampaknya Inggris akan Kembali bermain dengan pola yang sama saat mengalahkan Denmark. Dengan memanfaatkan kedua sisi sayap melalui Sterling dan Saka.

Memasuki menit ke-75, Italia mulai nyaman memainkan bola dari kaki ke kaki untuk membongkar lini pertahanan Inggris. Beberapa aksi permainan individu yang coba diperagakan oleh pemain Italia, sempat membahayakan gawang Inggris.

Di menit ke-86, Italia harus menarik keluar Chiesa karena cedera. Ini menjadi kerugian besar bagi Italia, karena Chiesa tampil apik selama 85 menit dalam membongkar rapatnya barisan pertahanan Inggris, Chiesa digantikan oleh Federico Bernardeschi.

Tidak ada gol tambahan di sisa waktu yang ada, laga Italia dan Inggris harus dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Permainan kedua tim masih berjalan alot dan terbuka. Italia mendapatkan peluang terbaiknya, saat Cristante mengirim umpan lambung ke depan gawang Inggris, tetapi gagal dikonversi gol oleh Belotti dan Bernardeschi.

Awal babak kedua perpanjangan waktu, Italia mendapatkan peluang melalui tendangan bebas Bernardeschi, tangkapan tidak sempurna Pickford sayangnya tidak menghadirkan kemelut di depan gawang Inggris.

Disisa 10 menit terakhir babak kedua perpanjangan waktu, Inggris terus menggempur pertahanan Italia. Sempat terjadi kejadian horor, di menit ke-113 ketika tekel keras Jorginho mengenai Jack Grealish, untungnya kedua pemain tidak mengalami cedera, dan Jorginho hanya mendapatkan kartu kuning dari wasit.

Laga final harus diselesaikan melalui drama tos-tosan adu penalti. Secara umum Italia mengusai jalannya pertandingan, dengan menguasai 61 persen penguasaan bola berbanding 39 persen milik Inggris. Untuk urusan tendangan ke arah gawang Italia juga unggul atas Inggris, Italia memiliki 6 shots on target sedangakan Inggris hanya 1. Urusan untuk tendangan melebar pun, Italia unggul atas Inggris dengan 9 berbanding 4 milik Inggris.

Pertandingan final juga berjalan keras, karena wasit harus mengeluarkan 6 kartu kuning, dengan 5 milik pemain Italia sementara Inggris hanya mengantongi 1 kartu kuning.

Drama adu penalti akhirnya dimenangi oleh Italia, setelah Donnarumma berhasil menggalkan tendangan penalti Bukayo Saka. Italia menjadi Juara Euro 2020 setelah mengalahkan Inggris melalui drama adu penalti dengan skor 3-2.

Donnarumma menjadi pahlawan dengan menggagalkan dua tendangan penalti milik Jadon Sancho dan Bukayo Saka. Selain dua pemain tersebut masih ada Marcus Rashford yang juga gagal, karena eksekusinya mengenai mistar gawang. Uniknya ketiga pemain tersebut tampil sebagai pemain pengganti, mungkin karena kaki-kaki masih belum panas sehingga tendangan penalti ketiga pemain tersebut gagal.

Inggris memang tidak berjodoh soal penalti, Semifinal Piala Dunia 1990, babak 16 besar Piala Dunia 1998, Perempatfinal Euro 2004, Perempatfinal Piala Dunia 2006 menjadi bukti betapa apesnya Inggris di babak tos-tosan.

Dengan berhasilnya Italia menjadi Juara Euro 2020, ini menjadi gelar Juara kedua Italia sejak jadi Juara Euro 1968. Dan bagi Mancini, gelar ini sebagai penebus kegagalan sebagai pemain, karena Mancini tidak pernah dapat memberikan gelar mayor bagi Italia.

Italia benar-benar tampil sempurna, semua tim yang dihadapi dikalahkan oleh Italia, mulai dari Turki, Swiss, Wales, Austria, Belgia, Spanyol dan Inggris. Italia yang telah membuka pesta pembukaan Euro 2020 dan Italia jugalah yang menutup pesta dengan dramatis, setelah menjuarai Euro 2020. Malam Pesta sempurna untuk Italia.

Selamat Italia, Salam Bung Arson

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun