Southgate belajar dari kegagalannya dalam adu penalti babak semifinal Euro 1996, dimana ia gagal menunaikan tugas menaklukan kiper Jerman, sehingga Inggris tersingkir di babak semifinal. Southgate tahu, Inggris mempunyai kenangan buruk dengan drama tos-tosan, sehingga ia menginstruksikan anak asuhnya untuk terus menggempur pertahanan Denmark dari berbagai sisi, usaha ini akhirnya berhasil. Denmark dipaksa menyerah oleh gol bunuh diri Simon Kjaer dan gol Kane di perpanjangan waktu, dan Inggris terhindar dari drama adu penalti.
Southgate juga belajar dari kekalahan yang ia dapatkan ketika bertanding melawan Kroasia di semifinal Piala Dunia 2018, terus menyerang tapi Inggris gagal lolos ke final karena egoisnya pemain Inggris ketika di depan gawang Kroasia.Â
Di semifinal melawan Denmark, tampak para pemain Inggris tampil lebih kompak. Tidak ada aksi individu pemain di kotak penalti yang ingin berusaha mencetak gol sendiri.
Kerja sama semua pemain Kyle Walker, Luke Shaw, Kalvin Phillips, Declan Rice, Bukayo Saka, Mason Mount, Raheem Sterling dan Harry Kane serta ditambah para pemain pengganti seperti Jack Grealish, Jordan Henderson, Phil Foden dan Kieran Trippier membuat permainan menyerang Inggris mencair dan sangat enak untuk ditonton. Southgate sukses meramu strategi dan taktik untuk melumpuhkan Denmark, demi sebuah tiket final pertama Inggris di Euro.
Laga final, akan menjadi sebuah peluang emas bagi Harry Kane untuk bersaing dalam perebutan sepatu emas. Tambahan dua gol, akan menjadikan Kane sebagai top skor turnamen.
Selamat bagi Inggris, dan untuk Southgate teruslah belajar agar tidak terpeleset di laga final dan untuk wasit VAR tolong bekerja yang benar di laga Final. Jangan lagi membuat keputusan kontroversial, karena akan merugikan Italia atau Inggris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H