Dalam sebuah perusahaan, organisasi, maupun suatu perkumpulan yang melibatkan orang banyak, apabila seorang pimpinan atau ketua mengambil keputusan atau kebijakan pasti akan menimbulkan pro dan kontra, serta yang paling pahit ada yang dirugikan. Sebuah keputusan atau kebijakan diambil, biasanya setelah melakukan pengamatan dan evaluasi ada yang salah dalam pengelolaan perusahaan atau organisasi tersebut.
Terkadang yang terkena imbas bisa orang lain, padahal yang melakukan kesalahan bukan orang tersebut. Contoh, pak Broto sering tidak ikut kerja bhakti RT dan tidak ada sanksi. Kemudian, agar pak Broto jarang absen kerja bhakti, Ketua RT memutuskan akan memberi denda kepada kepala keluarga yang tidak berangkat kerja bhakti dengan denda Rp. 100 ribu rupiah apapun alasannya.
Disisi lain, pak Beni orang yang tertib tidak pernah absen kerja bhakti, kemudian karena ada urusan keluarga, pak beni tidak berangkat kerja bhakti sebanyak dua kali dalam sebulan. Sehingga pak Beni, harus bayar denda Rp. 200 ribu rupiah.Â
Kebijakan ini, sebenranya tidak adil untuk pak Beni, tetatpi karena sudah diputuskan bersama, mau tidak mau atau suka tidak suka pak Beni tetap harus menerima sanksi resiko yang dia terima.
Hal seperti ini, yang saat ini dirasakan oleh mantan pelatih timnas Indonesia U-19 tahun Fakhri Husaini. Pada tahun 2017, saat mengarsiteki David Maulana dkk, di timnas Indonesia U-16 Fakhri Husaini berhasil membawa timnas garuda muda lolos ke Piala Asia U-16 tahun 2018 di Malaysia. Setahun berselang membawa timnas garuda muda sukses menjadi kampiun juara AFF U-16 tahun 2018 saat Indonesia menjadi tuan rumah di Sidoarjo, Jawa Timur.
Prestasi tak kalah mentereng, yang ditorehkan Fakhri Husaini ketika hampir membawa Bagus Kahfi dkk, lolos ke piala dunia U-17 tahun 2019. Sayangnya di babak perempatfinal Indonesia harus takluk dari Australia dengan skor tipis 2-3. Mimpi lolos ke piala dunia U-17 pun sirna. Setelah kejuaraan Piala AFC U-16, kontrak Fakhri berakhir.
Setelah sukses bersama, timnas Indonesia U-16 nasib Fakhri digantung oleh PSSI. Akhir tahun 2018, semua pelatih kategori timnas U-16, timnas U-22 dan timnas senior telah terisi. Slot yang tersisa adalah kursi pelatih timnas U-19, pada saat itu Fakhri merasa belum dihubungi oleh PSSI.
Apakah saat itu nasib Fakhri digantung, karena nekad hadir dalam acara Mata Najwa?
Entahlah, tapi yang jelas Fakhri sempat membeberkan bahwa ada tiga pengurus PSSI termasuk Ratu Tisha Sekjen PSSI melarang Fakhri hadir dalam acara Mata Najwa, yang bertajuk "PSSI Bisa Apa Jilid 1" (28/11/2018).
Masih kosongnya slot kursi pelatih U-19, yang membuat banyak netizen tergerak untuk meminta kepada PSSI menjadikan Fakhri Husaini sebagai pelatih timnas Indonesia U-19
Akhirnya Februari 2019, Fakhri diangkat untuk melatih timnas Indonesia U-19. Setelah diberikan kepercayaan Fakhri langsung bekerja dengan tim. Hasilnya dalam Piala AFF U-18 tahun 2019 di Vietnam, timnas Indonesia U-18 yang tampil impresif hanya meraih posisi ketiga. Hasil ini, diluar dugaan karena dengan permainan cantik nan indah yang diperlihatkan Bagus Kahfi dkk, Indonesia layak untuk menjadi Juara.
Tidak ingin, meratapi kegagalan terlalu lama, timnas asuhan Fakhri Husaini membayar lunas dengan menyingkirkan Korea Utara dalam perebutan tiket Piala AFC U-19 tahun 2020 di Uzbekistan. David Maulana dkk, selama penyisihan grup tampil dengan suguhan permainan yang enak ditonton.
Alur permainan umpan-umpan pendek ditambah variasi umpan terobosan dan kecepatan akselerasi pemain sayap menjadi warna tersendiri yang ditampilkan oleh skuad Fakhri. Ikatan kontrak melatih Fakhri kembali berakhir, pasca meloloskan Indonesia ke Piala AFC U-19.
Banyak pihak memprediksi jika kontrak Fakhri, akan diperpanjang oleh PSSI apalagi Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021.
Sehingga persiapan tim, harus segera dibentuk dan ditentukan agar hasil yang akan dicapai di Piala AFC U-19 tahun 2020 dan Piala Dunia U-20 tahun 2021 bisa maksimal.
Tetapi prediksi tersebut tiba-tiba buyar atau mengambang. Akibat kegagalan timnas senior dalam kualifikasi Piala Dunia 2022 zona asia, PSSI melakukan perombakan besar-besaran dalam jajaran pelatih.
PSSI memecat Simon McMenemy untuk digantikan pelatih asal Korsel yaitu Shin Tae-yong. Shin Tae-yong diberikan tugas PSSI untuk melatih timnas senior, timnas U-20, dan melakukan supervisi ke pelatih-pelatih level usia U-16 dan U-22. Kabar yang berhembus sementara pelatih Indra Sjafri pun terkena kebijakan ini, rencana Indra Sjafri akan dijadikan asisten pelatih Tae-yong.
Jika Indra Sjafri sudah ada gambaran, walaupun masih menunggu keputusan resmi, terus bagaiman dengan nasib pelatih yang berpotensi seperti Fakhri Husaini?
Sebelumnya ketua umum PSSI, yang lebih akrab disapa Iwan Bule menyatakan bahwa pelatih Fakhri Husaini akan tetap dipertahankan entah sebagai pelatih utama atau asisten pelatih jika pelatih utamanya lebih bagus. PSSI akan mencari pelatih kelas dunia yang nantinya akan dikombinasikan, sehingga hasilnya akan lebih maju.
Sementara itu menurut sekjen PSSI, Ratu Tisha, ia sudah berkomunikasi dengan Fakhri untuk mengadakan evaluasi dan membicarakan prospek ke depan. Tapi, sampai saat ini, Fakhri belum bisa memenuhi undangan PSSI di Jakarta. PSSI menurut Sekjen, Ratu Tisha juga menyadari dengan kesibukan Fakhri Husaini di tempat beliau bekerja.
"Beliau pernah kami undang, tapi ia tidak bisa karena sakit. Setelah itu, anaknya juga jatuh sakit. Jadi, kami masih menunggu hasil evaluasi dari coach Fakhri," kata Tisha menjelaskan
"Dia juga sudah naik jabatan di Pupuk Kaltim. Tugasnya akan semakin sibuk, kondisi itu membuatnya akan sulit karena tidak menetap di Jakarta," dia mengucapkan.
Amat disayangkan, apabila nantinya pelatih berpotensi seperti Fakhri Husaini tidak mendapatkan kursi pelatih untuk melatih timnas Indonesia. Apalagi, masih ada kursi kosong untuk pelatih timnas  U-22. Fakhri telah membuktikan kapasitasnya kepada publik sepakbola tanah air, saat melatih timnas U-16 dan U-19 rapornya terbilang bagus. Satu noda kecil, hanya karena dia gagal membawa timnas juara di piala AFF U-18 tahun 2019, yang hanya menempati peringkat ketiga. Jika kemungkinan terburuk, Fakhri tidak terpakai untuk pelatih utama, setidaknya ada harapan untuk mengisi slot asisten pelatih bagi Tae-yong. Sangat disayangkan jika potensi pemikiran Fakhri dibiarkan menganggur tanpa melatih timnas level usia sama sekali. Akibat kegagalan timnas senior, Fakhri ikut menanggung akibatnya. Tetap bersabar Coach Fakhri, tunggu panggilan dari PSSI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H