Pertengahan bulan Desember 2019 kemarin lagi musim terima rapor, setiap sekolah mulai dari jenjang pendidikan TK hingga Sekolah Menengah membagikan rapor kepada wali murid untuk mengetahui hasil penilaian siswa selama semester 1.
Sebelum rapor dibagikan setiap siswa maupun orang tua, merasa khawatir dan deg-degan dengan hasil yang diterima selama mengikuti pelajaran selama semester 1.
Rasa khawatir bagi siswa, karena takut nilainya jelek dan akan dimarahi oleh orang tua. Sedangkan rasa khawatir bagi orang tua, karena jika nilai anaknya jelek berarti selama semester 1 merasa gagal dalam mendidik anaknya.
Bagi siswa dan orang tua, penilaian jelek di semester 1 bisa dijadikan bahan evaluasi dan diperbaiki ketika semester 2 untuk kenaikan kelas atau kelulusan.
Sedangkan bagi siswa atau orang tua, jika nilainya bagus, berarti saatnya untuk liburan dengan santuy (santai), sambil menikmati buah durian, karena kebetulan liburan kali ini berbarengan dengan musim durian.
Lalu, bagaimana dengan hasil rapor timnas Indonesia selama tahun 2019? Hasilnya rapor merah atau rapor bagus?
Yuk kita bareng-bareng telusuri dan kita evaluasi bagaimana nilai yang pas untuk menggambarkan prestasi timnas Indonesia semua kelompok umur selama tahun 2019.
Diawali di bulan Februari 2019, ketika timnas U-22 Indonesia berlaga di Piala AFF U-22 di Kamboja, ini merupakan event piala AFF U-22 yang kedua (dulu Piala AFF U-23), setelah pertama digelar di tahun 2005 dan juaranya Thailand.
Tim asuhan Indra Sjafri menjadi juara Piala AFF U-22 setelah mengalahkan Thailand di babak final dengan skor 2-1, sebelumnya di babak semifinal Indonesia menekuk Vietnam dengan skor 1-0.
Keberhasilan menjadi juara tentu patut disyukuri karena bisa dijadikan bekal untuk kualifikasi piala AFC U-23 dan persiapan Sea Games 2019. Keberhasilan ini, dianggap angin lalu oleh pesaing Vietnam dan Thailand karena dua negara tersebut lebih fokus ke Kualifikasi Piala AFC U-23 yang jaraknya berdekatan. Kebetulan Indonesia satu grup dengan Thailand dan Vietnam.
Ternyata apa yang disampaikan oleh timnas Vietnam dan Thailand ada benarnya, bahwa kedua negara tersebut fokus ke kualifikasi piala AFC U-23 di Vietnam (22-26 Maret 2019), yang juga sebagai jalan menuju Olimpiade 2020. Sempat diawali protes Vietnam terkait status Ezra Walian, yang dituding pernah memperkuat Belanda pada kompetisi resmi UEFA.
Akhirnya Ezra tidak bisa main di Kualifikasi piala AFC U-23, karena berdasarkan informasi dari KNVB (federasi sepak bola-nya Belanda) bahwa Ezra, pernah bermain di timnas U-17 Belanda pada Piala Eropa tahun 2013.
Akibat keteledoran PSSI ini, akhirnya timnas U-23 hancur lebur di Kualifikasi piala AFC U-23. Indonesia hanya menempati peringkat ketiga, itu artinya Indonesia tidak lolos ke Piala AFC U-23 2020 di Thailand, setelah kalah telak 0-4 dari Thailand, dan kalah tipis 0-1 dari Vietnam serta menang 2-1 lawan Brunei Darussalam.
Sementara itu, hasil prestasi kembar selalu ditampilkan oleh timnas U-15 dan timnas U-18. Timnas U-15 diarsiteki oleh Bima Sakti sedangkan timnas U-18 diarsiteki Fachri Husaini. Di ajang piala AFF U-15 di Thailand (27 Juli - 9 Agustus 2019), timnas Indonesia harus puas menduduki peringkat ketiga.
Hasil ini diperoleh setelah di babak semifinal dikalahkan oleh Thailand dengan skor 0-2, dan di babak perebutan tempat ketiga mengalahkan Vietnam melalui adu penalti dengan skor 3-2.
Sementara timnas U-18, juga memperoleh hasil yang sama yaitu menjadi juara ketiga di Piala AFF U-18 yang berlangsung di Vietnam (6-19 Agustus 2019).
Timnas U-19 yang dimotori oleh Bagus Kahfi dan Bagas Kaffa, secara mengejutkan kalah dari Malaysia di babak semifinal lewat permainan yang seru dan menegangkan, setelah bermain dengan skor 3-3, kemudian di babak adu penalti timnas U-19 kalah 3-4. Di perebutan tempat ketiga, skuad asuhan Fachri Husaini menglahkan Myanmar dengan skor telak 5-0.
Kemudian di Kualifikasi piala AFC U-16 dan Kualifikasi piala AFC U-19 timnas Indonesia sama-sama lolos ke Piala AFC tersebut. Setelah anak-anak asuhan Bima Sakti di pertandingan terakhir Marcell Januar dkk, dengan gagah berani menahan China dengan skor 0-0, menjadikan Indonesia lolos ke Bahrain sebagai Runner up terbaik.
Sedangkan anak-anak asuhan Fachri Husaini, lolos ke Piala AFC U-19 tahun 2020 di Uzbekistan setelah di pertandingan terakhir David Maulana dkk, menahan Korea Utara 1-1. Hasil ini sudah cukup mengantarkan Indonesia lolos ke Piala AFC U-19 sebagai Juara Grup.
Sebelum ke timnas senior, penulis akan mengajak pembaca untuk melihat kembali perjuangan timnas U-22 asuhan Indra Sjafri di Sea Games 2019.Â
Awalnya Andy Setyo dkk, tidak dijagokan sampai menembus babak final karena di fase grup berada dalam grup neraka bersama tim Unggulan Thailand, Vietnam dan musuh berat lainnya Singapura.
Perlahan namun pasti, timnas U-22 mulai menunjukkan tajinya hingga lolos ke babak semifinal. Di Babak semifinal timnas U-22 harus berhadapan dengan Myanmar, dengan susah payah Evan Dimas dkk, mengalahkan Myanmar dengan skor 4-2 yang diwarnai dengan aksi blunder kiper Nadeo dan kesalahan Zulfiandi dalam menjaga bola.
Untung ada Osvaldo Haay dan Evan Dimas yang hadir menjadi penyelamat muka Indonesia. Di Partai Final, Indonesia kembali berhadapan dengan Vietnam, setelah kalah di babak penyisihan 1-2, publik sepak bola tanah air berharap ada aksi balas dendam untuk mengalahkan Vietnam dan meraih medali Emas Sea Games yang telah 28 tahun dinantikan.
Bak gayung bersambut, 20 menit awal pertandingan final seakan-akan aura medali emas akan ke tangan Indonesia karena Evan Dimas dkk, bermain dengan menyerang dan menghasilkan beberapa peluang emas.
Kemudian berbalik 360 derajat setelah Evan Dimas dicederai pemain Vietnam yaitu Doan Van Hau, akibat cedera Evan Dimas akhirnya medali emas melayang ke Vietnam, aktor utama Doan Van Hau mencetak dua gol kemenangan Vietnam dengan skor akhir 3-0 untuk Vietnam.
Satu-satunya hiburan berkelas di akhir tahun yang hampir jadi kenyataan, ternyata hanya fatamorgana atau kebahagiaan semu. 18 hari pasca kegagalan final Sea Games 2019, PSSI berencana memperkenalkan pelatih top dunia asal Korea Selatan yaitu Shin Tae-yong.
Shin Tae-yong rencana akan diperkenalkan secara resmi oleh PSSI dalam laga final Liga 1 Putri. Rekam jejak yang mentereng, membuat PSSI tidak lama-lama untuk menunjuk Shin Tae-yong sebagai pelatih timnas selanjutnya menggantikan Simon McMenemy.
Keputusan PSSI memilih Tae-yong, membuat para pengagum Luis Milla patah hati. Marilah kita hormati keputusan PSSI yang sudah memilih pelatih aroma Piala Dunia, karena sosok Luis Milla pun belum pernah melatih negara di Piala Dunia. Keputusan PSSI diambil setelah timnas senior hancur lebur ditangan Simon McMenemy diajang Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona asia.
Indonesia kalah 5 kali beruntun dari Malaysia 2-3 (kandang), Thailand 0-3 (kandang), Uni Emirat Arab 0-5 (tandang), Vietnam 1-3 (kandang) dan terakhir Malaysia 0-2 (tandang).Â
Rapor buruk, timnas senior menjadikan sepak bola Indonesia sepanjang tahun 2019 menjadi kelabu. Karena barometer prestasi sepak bola adalah diukur dari prestasi timnas seniornya, ditambah lagi berdasarkan peringkat FIFA terbaru Indonesia berada di ranking 173.
Jika diambil secara rata-rata, maka rapor prestasi sepak bola Indonesia sepanjang tahun 2019 mendapat predikat nilai Lumayan. Gelar juara piala AFF U-22, kelolosan timnas Indonesia U-16 ke Piala AFC U-16 tahun 2020 dan juga kelolosan timnas U-19 ke Piala AFC U-19 tahun 2020, ditambah terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021 menjadi indikator penilaian Lumayan tersebut.
Menyambut pergantian tahun PSSI tidak ingin lagu yang sedang viral di Youtube dengan judul "Mundur Alon-alon" menggerogoti prestasi timnas Indonesia perlahan-lahan.
PSSI langsung mengambil langkah dengan mengontrak Shin Tae-Yong dengan durasi 3 tahun, dikabarkan selain melatih timnas senior Tae-yong juga akan melatih timnas U-23 dan timnas U-20.
Tentu ini menjadi kabar gembira sekaligus kabar yang kurang sedap bagi Coach Facri Husaini. Karena mimpinya melatih timnas U-20 di Piala Dunia bisa pupus.
Pekerjaan besar menanti Tae-yong, untuk merubah nilai Lumayan menjadi Baik. Di tahun 2020 ada event Piala AFF, publik sepak bola tanah air tentu berharap banyak dari racikan pelatih top dunia untuk mengantarkan Indonesia Juara Pertama kalinya di Piala AFF.
Pengalaman dan tangan dingin Tae-yong semoga mampu mengubah kutukan next year untuk timnas senior. Selamat bekerja Tae-yong, semoga dengan kinerjamu rapor prestasi timnas Indonesia di akhir tahun 2020 menjadi lebih baik.
Salam Sepak bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H