Dalam tempo 14 hari atau 2 minggu, Lazio berhasil mengalahkan Juventus dua kali. Delapan tahun terakhir Juventus begitu dominan di Seri A, tidak ada klub Seri A yang dapat menumbangkan Juventus sebanyak dua kali dalam tempo singkat.Â
Keberhasilan Lazio menumbangkan Juventus sebanyak dua kali, tidak lain karena jadwal Seri A dan Super Cup Italia jaraknya berdekatan. Keberhasilan Lazio mengalahkan Juventus sebanyak dua kali, dalam tempo singkat patut diapresiasi. Apalagi Lazio, dalam beberapa musim terakhir bukan favorit di Seri A.
Dalam periode kesuksesan Juventus selama delapan tahun, tim pengganggu Juventus dalam mengancam perebutan gelar juara liga Italia, adalah AS Roma dan Napoli. Sehingga kemenangan Lazio dalam laga Seri A pekan 15 dan Super Cup merupakan sebuah kejutan yang sudah lama dinantikan publik sepakbola Italia.Â
Dominasi Juventus selama delapan musim terakhir, tentu membosankan bagi publik sepakbola Italia. Dengan keberhasilan Lazio, menumbangkan Juventus diharapkan mampu memotivasi tim lain untuk bisa mengalahkan Juventus.
Sebelumnya Lazio, pernah punya kisah manis kala menyalip Juventus ditikungan terakhir, pada balapan perebutan gelar juara liga Italia musim 1999/2000.Â
Pada waktu itu, hingga pekan ke-33 Lazio tertinggal dua angka dari Juventus. Pada pekan terakhir, tepatnya pekan ke-34 secara mengejutkan Juventus dikalahkan oleh Perugia dengan skor 0-1 dalam pertandingan yang sempat dihentikan karena faktor hujan deras, saat itu Perugia diperkuat salah satu bintang Jepang yaitu Hidetoshi Nakata.Â
Sedangkan Lazio berhasil mengalahkan Reggina dengan skor 3-0. Setelah laga Perugia melawan Juventus berakhir maka tumpahlah euforia suporter dan pemain Lazio di stadion Olimpico Roma untuk merayakan menjadi juara liga Italia musim 1999/2000, dengan unggul selisih satu poin dari Juventus.
Keberhasilan ini, tidak lepas dari campur tangan Presiden Lazio Sergio Cragnotti yang memberikan skuad mewah pada saat itu. Dibawah asuhan pelatih Sven-Goran Eriksson, para pemain bintang Lazio seperti Sinisa Mihajlovic, Dejan Stankovic, Juan Sebastian Veron, Simone Inzaghi, Marcelo Salas, Alesandro Nesta, dan Pavel Nedved. Mereka bahu membahu, menjadi satu tim untuk meraih gelar scudetto yang sangat klimaks bagi Lazio. Tetapi menyakitkan bagi Juventus.
Kembali kepada Lazio, yang berhasil mengalahkan Juventus dalam tempo 14 hari. Kemenangan pertama, terjadi pada pekan ke-15, saat Juventus bertandang ke stadion Olimpico Roma. Juventus secara mengejutkan kalah, dari Lazio dengan skor 1-3. Juventus unggul terlebih dahulu, lewat gol Cristiano Ronaldo, kemudian berhasil disamakan oleh Luiz Felipe.Â
Kartu merah yang diperoleh Juan Cuadrado pada menit ke-69 menjadi awal petaka Juventus. Dua gol selanjutnya dari Milinko-Savic dan Felipe Caicedo, memenangkan Lazio. Keberhasilan Lazio, mengalahkan Juventus pada pekan-15 tidak membuat publik sepakbola Italia atau pengamat mengapresiasi, karena faktor kartu merah Juan Cuadrado menjadi penyebab.
Faktor tersebut, yang menjadi penyebab Lazio tetap tidak diunggulkan kala bersua lagi dengan Juventus di Final Super Cup Italia, di Stadion King Saud University, Riyadh Arab Saudi. Dalam pertandingan final, Lazio unggul terlebih dahulu lewat gol Luis Alberto pada menit ke-16, kemudian disamakan oleh Paulo Dybala pada menit 45. Lazio akhir mengalahkan Juventus lewat gol Senad Lulic pada menit ke-73 dan ditutup oleh gol Danilo Cataldi di masa injury time. Gelar juara Piala Super Italia, menjadi gelar kelima bagi Lazio sebelumnya Lazio berhasil juara pada tahun 1998, 2000, 2009 dan 2017.
Simone Inzaghi juru taktik Lazio, tampaknya paham betul cara mengalahkan Juventus di Final Piala Super Italia. Menang dalam hal kebugaran fisik, karena tengah pekan kemarin Juventus harus bertanding melawan Sampdoria. Unggul waktu istirahat, dimanfaatkan betul para pemain Lazio dengan bermain lebih berani dan lebih ngotot melawan Juventus. Walaupun kalah dalam penguasaan bola, tetapi Lazio selalu menekan setiap pemain Juventus yang memegang bola.Â
Dengan cara inilah, akhirnya Juventus kehilangan kreativitas di lini tengah dan bermain tanpa greget (kurang semangat). Apalagi dalam pertandingan final, lini tengah dan sayap Lazio bermain dengan sangat bagus. Lini sayap selalu memberikan umpan crossing, yang membahayakan lini pertahanan Juventus. Serangan balik, Lazio juga bikin Juventus kalang kabut, karena pemain Lazio sangat cepat dalam melakukan serangan balik.
Dengan gelar juara Piala Super Italia dan keberhasilan mengalahkan Juventus dua kali, menjadi motivasi dan semakin memicu para pemain Lazio dalam memperebutkan gelar Juara Liga Italia bersama Inter Milan dan Juventus. Hingga pekan ke-17 Lazio tertinggal enam poin dari Inter Milan dan Juventus, tetapi Lazio masih memiliki tabungan satu pertandingan.Â
Jika Lazio, mampu konsisten menampilkan permainan seperti saat laga melawan Juventus, tentu ini akan menjadi kabar baik untuk pecinta Seri A, karena akan ada 3 kuda pacu yang bersaing dalam perebutan scudetto. Jika Lazio, akhirnya gagal bersaing dengan Inter Milan dan Juventus di balapan perebutan gelar. Fans Lazio, berharap setidaknya musim depan Lazio dapat tampil di liga Champions dengan menempati posisi 4 besar.
Salam Sepakbola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H