Pasalnya, keuntungan yang dikantongi perusahaan turun 69,87 persen secara tahunan (year-on-year/YOY).
Hingga akhir bulan juni 2019, jumlah keuntungan bersih yang diperoleh PGN hanya sebesar 54,04 juta dolar amerika. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan dapat membukukan keuntungan mencapai 179,39 juta dolar amerika.
Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan tertekannya kinerja bottom line PGN di antaranya anjloknya penjualan minyak dan gas, penurunan nilai properti, serta rugi selisih kurs.
Jumlah pendapatan yang diperoleh PGN pada semester I-2019 terkoreksi 6,69 persen YoY menjadi 1,79 miliar dolar amerika, di mana penjualan minyak dan gas mencatatkan koreksi paling dalam hingga 38,22 persen  YoY menjadi hanya 196,21 juta dolar amerika.
Sedangkan pendapatan dari distribusi gas cenderung stabil, meskipun turun tipis 1,82 persen secara tahunan menjadi 1,33 miliar dolar amerika.
Di sisi lain, perusahaan juga membukukan penurunan nilai atas properti minyak dan gas di blok Pangkah mencapai  44,18 juta dolar amerika.
Merujuk pada laporan keuangan perusahaan, kerugian tersebut diakibatkan karena ada perubahan rencana manajemen terkait pertimbangan teknis dan komersial yang mengakibatkan turunnya profil produksi.
Pada semester I tahun 2019, PGN juga mengalami kerugian atas selisih kurs mata uang yang lebih besar, dari hanya 19,81 juta dolar amerika menjadi 34,07 juta dolar amerika.
Mempertimbangkan kinerja perusahaan yang kurang baik selama semester I tahun 2019, apakah menjadi alasan untuk mengganti susunan pengurus utama perusahaan.
Menteri BUMN Erick Thohir memang sedang melakukan perombakan di sejumlah perusahaan BUMN yang dinilai bermasalah, setelah Pertamina, BTN, PLN, dan kemungkinan Garuda yang juga baru saja tersandung masalah penyelundupan barang ilegal. Menarik kita tunggu gebrakan Erick Thohir selanjutnya.