Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin itu ungkapan yang pas untuk menggambarkan kontingen Indonesia di Sea Games 2019 Filipina. Presiden Joko Widodo menargetkan kontingen Indonesia meraih posisi runner up dalam Sea Games 2019. Awalnya posisi Indonesia sudah menjanjikan berada di posisi kedua. Namun, saat medali emas cabang olahraga renang, atletik dan beladiri diperebutkan Indonesia tercecer di posisi ke-4. Gagal memenuhi target di posisi kedua, medali emas sepakbola pun gagal diraih.
Timnas Indonesia U-22 ditaklukan oleh Vietnam dengan skor 0-3. Doan Van Hau mencetak brace dan satu gol lainnya dicetak oleh Hung Dung Do.
Bayangan de javu Sea Games 1991, gagal terulang. Saat itu, Indonesia mengalahkan Thailand melalui adu penalti dengan skor 4-3. Setelah bermain dengan susah payah selama pertandingan normal 90 menit, skor bertahan kacamata. Skuad asuhan trio pelatih Anatoli Polosin, Vladimir Urin dan Danurwindo berhasil meraih medali emas kedua Sea Games (medali emas pertama sepakbola di Sea Games 1987).
Dalam pertandingan final Sea Games 2019, Indonesia mengambil inisiatif penyerangan dalam 20 menit awal. Timnas Garuda U-22 menguasai jalannya pertandingan dan mendapat beberapa peluang. Apes bagi Indonesia, tekel keras Doan Van Hau kepada Evan Dimas, menjadi awal petaka timnas Indonesia U-22. Evan Dimas cedera dan tidak bisa melanjutkan pertandingan.
Sejak Evan Dimas cedera permainan Indonesia tidak bisa berkembang, Syahrian Abimanyu yang menggantikan Evan Dimas gagal menjadi otak permainan Indonesia di lini tengah.
Apakah tekel keras yang dilakukan oleh Doan Van Hau kepada Evan Dimas, merupakan bagian dari strategi atau kesengajaan yang dibuat oleh pemain tersebut atau hanya kecelakaan biasa dalam sepakbola. Entahlah hanya dia yang tahu alasannya, karena Doan Van Hau merupakan pemain bertahan Vietnam tetapi pada saat menekel Evan Dimas dia meninggalkan jauh lini pertahanan Vietnam.
Apa yang dilakukan Doan Van Hau, sama dengan yang dilakukan oleh Baihakki Khaizan saat tekel kerasnya mencederai Boaz Solossa dalam final leg pertama Piala AFF 2004. Boaz Solossa tidak bisa melanjutkan pertandingan, Indonesia akhirnya takluk 1-3 ditangan Singapura. Cedera Boaz sebagai pemain kunci, menjadi salah satu penyebab Indonesia gagal juara di Piala AFF 2004.
Bukan de javu final Sea Gamea 1991, tetapi de javu final Piala AFF 2004 yang merasuki timnas Indonesia U-22. Cedera pemain kunci, menjadi penyebab puasa gelar Indonesia bertambah semakin lama.
Pelatih Indra Sjafri, mengakui jika cedera Evan Dimas menjadi salah satu sebab kegagalan timnas Indonesia U-22 dalam meraih medali emas, tanpa Evan Dimas permainan Indonesia tidak berkembang dan keseimbangan menurun. "Pergantian pemain yang bukan dikarenakan taktik itu masalah bagi tim. Jadi saya pikir dengan cedera Evan, dengan waktu yang baru berjalan 23 menit tentu sangat berpengaruh terhadap progres tim di babak pertama tersebut". Kata pelatih Indra Sjafri. Tak lupa dengan berbesar hati, Indra Sjafri juga mengucapkan selamat kepada Vietnam atas keberhasilan meraih medali emas.