4. Temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri.
5. Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.
Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak.
Pidato tersebut menimbulkan berbagai respon dikalangan guru, murid, dan masyarakat. Tetapi yang perlu pembaca ketahui, ternyata sebelum membuat pidato tersebut, mas Nadiem merasa ketakutan.
Hal ini seperti yang ia sampaikan di hadapan para guru dan pegiat pendidikan dalam diskusi panel bertajuk "Integrasi, Kolaborasi dan Inovasi Pendidikan Indonesia" di Kantor Kemendikbud, Sudirman, Jakarta Selatan, Sabtu (30/11/2019). "Itu waktu nulis pidato itu, terus terang saya ketakutan sih menulis pidato seperti itu, " kata Nadiem saat mengawali ceritanya.
Alasannya, kata mas Nadiem, dalam pidato itu dia harus menyampaikan sudut pandang dari kacamata ia sendiri. Sebagai Mendikbud, yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan guru ia belum bisa memberikan kepastian kepada para guru, untuk dapat menyelesaikan persoalan atau masalah yang saat ini ada di lingkungan sekolah, tetapi ia mempunyai keyakinan bahwa masalah tersebut dapat terselesaikan, karena itu adalah tanggung jawab bersama
"Sekarang bayangkan, jadi harus bisa menaruh diri sendiri keluar dari situ. Oke, ini ada yang salah atau sebenarnya ada yang enggak adil dalam sistem ini. Saya enggak tahu gimana dulu cara benerin-nya. Tapi punya keyakinan bahwa itu adalah tanggung jawab kita bersama," lanjut mantan CEO GoJek itu.Â
Mas Nadiem ingin agar ke depannya semakin banyak kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sipil. Meski demikian, Nadiem menegaskan dirinya tak bermaksud mengecilkan peran guru dan mengedepankan masyarakat sipil.
"Jadi maksud saya kalau kita bisa mengerahkan berbagai macam usaha kita, contoh dalam pelatihan guru, contoh dalam mengadopsi sekolah, contoh dalam program kepemimpinan berbagai jenjang di pendidikan kita. Itu bisa dilakukan oleh civil society saya akan senang sekali," tambah Nadiem.
 Selain itu, gebrakan mendikbud lainnya tentang wacana penghapusan Ujian Nasional (UN), seperti yang disampaikan sebelumnya. Wacana ini, menuai pro dan kontra di masyarakat. Ada yang mendukung penghapusan UN. Ada pula yang meminta agar rencana kebijakan itu untuk dipikirkan kembali.
Anggota Komisi X DPR dari PDIP Andreas Hugo Pareira sebagai pihak yang kontra mengenai UN, ia mempertanyakan soal evaluasi terhadap para siswa bila nanti UN benar-benar dihapus. Soalnya selama ini UN adalah alat evaluasi yang digunakan secara umum.