Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Rudiantara Jadi Dirut PLN, Siapa Lagi yang Akan Pimpin Perusahaan BUMN Lainnya?

26 November 2019   03:34 Diperbarui: 26 November 2019   03:45 1379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam debat terakhir pilpres 2019, Presiden Jowo Widodo mengakui bahwa ada BUMN yang salah dalam pengelolaan, Salah pengelolaan ini terjadi pada masa lalu. Presiden Joko Widodo juga menambahkan bahwa pemerintahannya tengah memperbaiki kesalahan tersebut. Dan upayanya dalam melakukan perbaikan sedikit-demi sedikit mulai membuahkan hasil.

"Tidak peduli kucing itu warnanya hitam atau putih, yang penting kucing tersebut bisa menangkap tikus" (Pemimpin Revolusi China, Deng Xio Ping, 1997).

Itulah pesan filsafat yang kira-kira disampaikan oleh seorang pemimpin Revolusi China, Deng Xio Ping. Dengan falsafah kepemimpinan tersebut, memasuki milenium baru China mampu bangkit dan berkembang sangat agresif dalam waktu singkat (kurang dari 10 tahun), perekonomian China berubah 180 derajat berkat perubahan gaya kepemimpinan ala Deng Xio Ping tersebut.

Apa yang disampaikan oleh Deng Xio Ping telah menginspirasi dunia. Bahkan penulis NBC Daniel Joe (2012), menyebutnya sebagai 'revolusi kepemimpinan' yang mampu merevolusi hampir semua lini kehidupan di berbagai belahan dunia.

Tiongkok (sebutan baru China sejak tahun 2002), menjelma menjadi raksasa baru ekonomi dunia yang sebelumnya dikuasi oleh Amerika Serikat, Jepang atau negara-negara eropa.

Falsafah kepemimpinan ala Deng Xio Ping tersebut, mulai dijadikan inspirasi kepemimpinan di Indonesia. Di tengah ekonomi nasional yang masih labil, karena goncangan ekonomi global, perusahaan-perusahaan BUMN diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi rakyat, ekonomi nasional dan juga mampu menjadi pemain dalam kompetisi bisnis-investasi global.

Sehingga Presiden Joko Widodo, menunjuk Menteri BUMN Erick Thohir untuk melakukan perbaikan di perusahaan-perusahaan BUMN yang mengalami masalah dan salah dalam pengelolaan. Tidak butuh waktu lama bagi seorang Erick Thohir, untuk bekerja dan melakukan gebrakan nyata, dalam melakukan perbaikan di perusahaan BUMN.

Salah satunya dengan mengangkat Ahok sebagai Komisaris Utama PT. Pertamina. Pro dan kontra dari berbagai kalangan mengiringi sosok Ahok, sebelum Ahok resmi dilantik menjadi Komisaris Utama di PT. Pertamina, tetapi Menteri BUMN tidak bergeming tetap pada pendiriannya.

Diharapkan Ahok, mampu mendobrak dan melakukan perbaikan di perusahaan pertamina, yang sudah dibuktikan Ahok ketika menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Salah satunya, tugas berat Ahok di Pertamina adalah dapat membatasi ruang gerak tikus-tikus mafia BUMN di perusahaan pertamina.

Tikus-tikus tersebut, berusaha mengerat dan menggerogoti laba perusahaan. Sehingga diharapkan pertamina dapat berkontribusidalam deviden ke kas negara.  

Berdasarkan data Infobank 2018, Aset 114 BUMN sebesar 8200 Triliun, justru sering kalah dengan BUMN negara-negara tetangga di ASEAN. Petronas yang di tahun 1967 masih belajar di BUMN Indonesia yang hanya memiliki aset 15 miliar dolar Amerika Serikat, mampu memberikan deviden ke kas negara Malaysia per tahun mencapai 50 triliun lebih. Sedangkan setoran deviden ke kas negara Indonesia dari 114 BUMN, tak lebih dari 100 Triliun.

Beberapa BUMN juga sedang mengalami kerugian dan tersandung kasus korupsi. Faktor-faktor itulah yang kemungkinan melatarbelakangi Menteri BUMN melakukan bersih-bersih untuk jabatan strategis di perusahaan BUMN.

Setelah Ahok menjabat sebagai Komisaris Utama PT. Pertamina, kemudian mantan Komisioner KPK Chandra Hamzah sebagai Komisaris Utama Bank BTN. Setelah itu, Perombakan di tubuh BUMN, merambah ke PLN.

Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara ditunjuk sebagai Direktur Utama PT. PLN. Kabar ditunjuknya Rudiantara sebagai Dirut PLN, datang dari Sekretaris Kabinet Pramono Anung, "Mudah-mudahan segera dilantik, yang jelas saya sudah tanda tangan" dikutip dari antara, senin (25/11). Pramono menyampaikan hal tersebut saat ditanya wartawan mengenai hasil tim penilai akhir untuk Rudiantara.

Rudiantara sebelum menjabat sebagai Menkominfo, pernah menjabat wakil Dirut PT. PLN pada 2008-2009 lalu, selama di PLN Rudiantara terlibat dalam pencarian pendanaan perusahaan terutama pinjaman untuk proyek pembangkit listrik 10 ribu megawatt.

Kepastian soal pelantikan nama Dirut PT. PLN baru masih menunggu Menteri BUMN Ercik Thohir, yang masih melakukan kunjungan kerja ke Korea Selatan mendampingi Presiden Joko Widodo.

Salah satu alasan Rudiantara diajukan sebagai calon Dirut PLN karena, punya pengalaman memegang perusahaan besar dan berasal dari kalangan profesional, sehingga untuk pengalaman tidak diragukan lagi dalam membidangi perusahaan besar.

susi-jonan. 2014 merdeka.com/arie basuki 
susi-jonan. 2014 merdeka.com/arie basuki 

Tidak hanya berhenti di Dirut PT. PLN, Perombakan jabatan strategis perusahaan BUMN, dikabarkan masih akan terjadi di perusahaan BUMN lainnya. Bahkan, Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dan Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga dikabarkan akan masuk dalam jajaran pejabat strategis di perusahaan BUMN.

Staf khusus bidang komunikasi Menteri BUMN, Arya Sinulingga  tak banyak menyinggung soal ini, hanya menyatakan memang ada beberapa menteri hingga wakil menteri yang bakal duduk di kursi petinggi BUMN, akan ada evaluasi seluruh direksi dan komisaris di perusahaan BUMN.

Selain itu, Pramono menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo sedang berkonsentrasi memperbaiki kondisi perekonomian, salah satunya menyelesaikan BUMN, karena banyak BUMN besar yang memerlukan pembenahan.

Melihat kondisi perusahaan BUMN saat ini, Presiden Joko Widodo maupun Menteri BUMN Erick Thohir membutuhkan karakter pejabat BUMN, yang memiliki jiwa kepemimpinan seperti Deng Xio Ping, yang berani menangkap dan menjerat tikus-tikus (mafia BUMN) yang berkeliaran di seluruh perusahaan BUMN, sehingga tikus-tikus BUMN tersebut akan merasa ketakutan. Tentu saja, ini akan menjadi oase bagi masa depan BUMN yang lebih cerah.

Rujukan :

[1] [2] [3] [4]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun