Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Indonesia Pernah Merasakan Surga dapat Tayangan Gratis Liga Top Eropa

24 November 2019   06:09 Diperbarui: 24 November 2019   09:24 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika seorang anak, diberikan sebuah pertanyaan : "Nak, kamu ingin terlahir dengan keluarga kaya atau terlahir dengan keluarga biasa-biasa saja?".

Pasti anak tersebut akan menjawab, dengan jawaban seperti ini : "Aku ingin, terlahir di dalam keluarga yang kaya".

Kemudian anak tersebut melanjutkan jawabannya, "Karena kalau aku, terlahir di keluarga kaya, semua kebutuhanku akan tercukupi, aku akan dimanjakan oleh kedua orang tuaku, semua permintaanku pasti akan dituruti".

Kemudian, orang yang bertanya tersebut akan menanyakan lagi ke anak itu : "kenapa kamu tidak menginginkan lahir dari keluarga biasa-biasa saja?"

Anak itu kemudian memberikan jawaban, pertanyaan kedua: "kalau aku, terlahir dari keluarga biasa-biasa saja, orang tuaku pasti tidak bisa memenuhi apa yang aku inginkan"

Kemudian anak itu menambahkan lagi: "aku hanya, bisa melihat kesenangan yang dipamerkan oleh temanku yang jadi anak orang kaya."

Contoh percakapan tersebut, ditujukan kepada anak kecil yang biasanya iri jika melihat temannya mempunyai mainan bagus dan mahal, tetapi si anak kecil tadi hanya bisa melihat (melongo), karena tidak punya uang untuk membeli atau bahkan tidak mampu dibelikan orang tuanya.

Jika saat ini, pertanyaan lain diajukan kepada pecinta sepakbola Indonesia era 1990-an dan awal 2000-an, tentang tayangan gratis sepakbola eropa pada zaman itu. Pasti jawaban mereka akan seragam, seperti menyanyikan lagu paduan suara.

Semua penyanyi yang tergabung dalam regu koor, harus satu suara tidak boleh berbeda lirik lagunya. Jawaban pecinta sepakbola Indonesia era 1990-an dan awal 2000-an, akan lantang menjawab : "enak zaman biyen (dulu), nonton bal-balan (sepakbola) gratis, orak kangelan koyok saiki (tidak kesulitan seperti saat ini)".

Ya, zaman itu Indonesia merupakan surganya tayangan gratis liga-liga top eropa. Bagaimana tidak seperti berada di surga, dulu melihat tayangan liga sepakbola top eropa hadir di depan layar kaca, tanpa membayar uang sepeser pun alias gratis-tis.

Diawali dengan TVRI, yang dulunya menayangkan secara rutin liga Inggris masih dalam format divisi satu. Kemudian, RCTI muncul di awal 90-an sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, mengambil alih tayangan liga Inggris dari TVRI. Namun RCTI, dimata fans sepakbola Indonesia lebih familiar dengan tayangan liga Italia, walaupun dulu awalnya RCTI lebih dulu menayangkan liga Inggris.

Saat itu, RCTI menayangkan dua kali dalam seminggu. Pada tahap awalnya, RCTI menyiarkan kompetisi liga Inggris sampai tahun 1993, kemudian hak siarnya diambil alih oleh SCTV dan ANTV. Pada waktu itu, SCTV mendapatkan jatah siaran Sabtu malam, sedangkan ANTV menyiarkan liga Inggris pada Minggu Malam. Pada saat disiarkan oleh SCTV dan ANTV, pada saat itu Manchester United dibintangi oleh sosok kontroversial Eric Cantona yang terkenal dengan sebutan "King Kungfu", sementara Liverpool dibintangi oleh Robbie Fowler dan Alan Shearer masih bermain di Blackburn Rovers.

SCTV dan ANTV, menayangkan liga Inggris sampai musim 1996/1997. Setelah itu, SCTV sendirian melanjutkan hak siarnya hingga musim 2000/2001. Pecinta liga Inggris saat itu, pasti akan teringat dengan iklan keramik tak usah saya sebutkan merk-nya, yang tidak retak atau rusak ketika dijatuhi salah satu bidak catur yang tinggi besar seperti raksasa.

Sementara untuk persaingan perebutan gelar juara liga Inggrisnya, pada saat itu diramaikan persaingan Manchester United dan Arsenal. Karena SCTV, menyiarkan liga Inggris selama 7 musim beruntun, predikat TV liga Inggris sempat melekat kepada SCTV saat itu. Sebelum akhirnya TPI (sekarang bernama MNCTV), mengambil alih jatah hak siarnya mulai musim 2001/2002.

Setelah itu, ada TV7 (sekarang bernama Trans7) mengambil hak siar liga Inggris hingga musim 2006/2007. Saat TV7, menayangkan liga Inggris pecinta sepakbola Indonesia dimanjakan, karena di akhir pekan ada 5 pertandingan yang disiarkan live oleh TV7. Saat, hak siar dipegang oleh TV7 persaingan liga Inggris diramaikan oleh 3 kuda pacu yaitu Manchester United, Arsenal dan Chelsea dengan Jose Mourinho yang diberi dana melimpah oleh raja minyak dari Rusia Roman Abramovich.

Kemudian, tayangan liga Inggris menjadi barang mahal dan langka bagi pecinta sepakbola yang berkantong pas-pasan. Setelah hak siar dibeli oleh TV berbayar milik Malaysia, yaitu Astro. Hak eksklusif dimiliki oleh Astro, selama tiga tahun sejak 2007. Walaupun ada yang bisa beradaptasi dengan model seperti ini, namun banyak juga yang memprotes langkah bisnis seperti ini. Setelah Astro, bergantian hak siar liga Inggris di pegang oleh Aora, Indovision, BEIN sport hingga kini MolaTV bergantian menjadi pemegang hak siar liga terpopuler.

Dengan semakin melambungnya harga hak siar liga Inggris membuat TV swasta mengalami kesulitan untuk menyiarkan liga Inggris secara gratis. Sebelum TVRI menyiarkannya musim ini, selama tiga musim ke depan. Ada MNC Group yang sempat rutin menyiarkan saat Indovision mendapat jatah hak siar, dan saat BEIN sport berbagi tayangan dengan Indovision, RCTI dan MNCTV sebagai perusahaan induknya sempat menayangkan 3 musim sampai musim kemarin.

Kolase Liga Italia, oleh TribunPontianak.co.id/Nasaruddin
Kolase Liga Italia, oleh TribunPontianak.co.id/Nasaruddin

Tetapi, bagi pecinta sepakbola era 90-an, liga Italia-lah yang selalu jadi tontonan yang wajib ditunggu oleh pecinta sepakboal Indonesia saat itu. Liga Italia lebih populer dari pada liga Inggris, karena pada saat itu banyak pemain top bermain di liga Italia, sebut saja Maradona, Ronaldo, Zidane, Kaka, Ibrahimovic, Crespo, dll. RCTI memegang hak siar liga Italia mulai 1993-2002.

Saat itu, kehadiran Rayana Djakasurya (saat itu wartawan Tabloid Bola yang bertugas di Italia) sebagai reportase, yang memberikan laporan langsung dari Italia sebelum pertandingan dimulai melalui sambungan telepon, semakin menambah aroma liga Italia serasa kita menyaksikan pertandingan langsung dari dalam arena.

Saat ini, RCTI kembali bernostalgia dengan kesuksesannya dimasa lalu dengan menayangkan kembali liga Italia, mulai pekan ke-12 RCTI menanyangkan liga Italia yang terkenal dengan sebutan Seri A.

Lalu, bagaimana dengan liga lainnnya, sejak dulu La Liga atau Bundesliga tidak begitu populer dengan pemirsa televisi di Indonesia. Faktor kepindahan Cristiano Ronaldo ke Real Madrid, sempat mengatrol kepopuleran La Liga akibat persaingan dengan Lionel Messi, tetapi ketika Ronaldo pindah ke Juventus pamor La Liga kembali memudar. Apalagi gelar La Liga hanya sering diperebutkan oleh dua kuda pacu, Real Madrid dan Barcelona.

Tak hanya menayangkan liga-liga top eropa, stasiun televisi swasta juga menanyangkan Liga Champions eropa karena harganya relatif lebih murah, sejak era 90-an sampai saat ini liga Champions tidak pernah luput dari layar kaca pemirsa. Alasan hak siar murah, menjadikan liga Champions dan liga Europa masih rutin disiarkan secara gratis. Selain itu, masih ada turnamen Piala Eropa dan Piala Dunia yang juga masih rutin disiarkan oleh TV swasta di Indonesia.

Walaupun tayangan gratis, tetapi bagi pemilik receiver antena Parabola menjadi petaka, karena tayangan gratis tersebut hanya bisa disaksikan dengan menggunakan antena UHF, sementara antena Parabola diacak dengan alasan berkaitan dengan kebocoran hak siar.

Era saat ini, liga Inggris menjadi sangat populer dimata pecinta sepakbola tanah air. Banyak pecinta sepakbola yang harus trecking memindahkan arah decoder parabolanya untuk melihat tayangan sepakbola top eropa melalui televisi luar negeri atau harus streaming untuk dapat menyaksikan  laga liga Inggris.

Pasti pecinta sepakbola sangat merindukan untuk kembali ke zaman era 90-an atau awal 2000-an ketika semuanya serba gratis. Tentu kita menginginkan menjadi anak kecil, yang dimanja oleh orang tua seperti cerita saya diawal tulisan ini. Hanya yang berkantong tebal saja, yang saat ini bisa menikmati tayangan liga Inggris sebagai liga paling top di dunia.

Salam hangat.

Rujukan : detik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun