Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ada Apa dengan Timnas Indonesia?

17 Oktober 2019   01:58 Diperbarui: 17 Oktober 2019   02:03 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Publik sepakbola Indonesia selalu berekspektasi tinggi terhadap prestasi Timnas Indonesia, sebagai olahraga paling populer dan paling banyak dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, wajar jika publik sepakbola Indonesia menaruh harapan yang besar. Namun yang terjadi adalah hal yang sebaliknya, ekspektasi tersebut selalu berakhir dengan kekecewaan dan kegagalan. 

Sejak terakhir meraih Medali Emas Sea Games 1991 di Filipina, sampai sekarang atau sudah 28 tahun Timnas senior puasa gelar. Hal ini, tentu saja sangat memprihatinkan karena sebelum tahun 1991 Timnas Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat disegani dikawasan Asia. 

Dalam setiap keikutsertaan kejuaraan resmi, pecinta sepakbola Indonesia selalu berharap agar Timnas senior meraih prestasi tertinggi, tapi kenyataan yang terjadi selama kurang lebih 28 tahun, tidak ada satu gelar pun yang mampu diraih. 

Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan timnas Indonesia, untuk meraih satu gelar Piala AFF pun sangat sulit. Malah kenyataan yang terjadi semakin tertinggal.

Sebagai bukti terbaru, dan masih hangat beritanya sampai saat ini. Empat kekalahan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia, terjadi dalam  empat pertandingan awal. 

Dengan kata lain, kalah dalam empat pertandingan beruntun. Yang tidak bisa diterima oleh seluruh pecinta sepakbola tanah air, yaitu tiga kekalahan di Kandang sendiri dari negara Asia Tenggara. 

Pertama kalah secara dramatis dari musuh bebuyutan Malaysia dengan skor 2-3, kemudian kekalahan kedua ditangan musuh tradisional Thailand dengan skor telak 0-3, diselingi kekalahan telak dari negara timur tengah UEA dengan skor 0-5 dikandang lawan, terakhir kekalahan dari Vietnam dengan skor 1-3. 

Tidak hanya kalah, tetapi Timnas Indonesia tidak bisa memberikan perlawanan yang berarti, hal ini dapat dilihat dari selisih gol selama empat pertandingan yaitu memasukkan 3 gol dan kemasukan 14 gol, sangat menyedihkan.

Desakan agar pelatih timnas Indonesia Simon McMenemy dipecat atau mengundurkan diri semakin menggema. Publik sepakbola Indonesia sangat berharap ada perbaikan dalam empat pertandingan terakhir, jangan sampai kalah dalam 8 pertandingan berturut-turut dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, jika hal ini terjadi tentu saja sangat mencoreng muka persepakbolaan Indonesia. 

Tidak hanya itu, pupusnya harapan Indonesia untuk mencapai target lain yaitu lolos ke babak selanjutnya Kualifikasi Piala Asia 2023 karena kualifikasinya digabungkan jadi satu. 

Pola permainan yang ditampilkan oleh skuad asuhan Simon McMenemy dalam empat pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022 terlihat sangat "ambyar". Simon McMenemy sepertinya belum bisa menentukan komposisi pemain inti. 

Komposisi pemain yang diturunkan selalu mengalami perubahan dalam setiap pertandingan. Tentu hal ini, sangat disayangkan karena pelatih diberi kebebasan untuk memanggil pemain terbaik dari klub Liga 1 tanpa ada batasan, untuk memperkuat skuad garuda. Hanya Beto Goncalves yang selalu bermain dalam empat pertandingan sebagai starter. 

Selain masalah komposisi pemain, pola permainan timnas Indonesia tidak jelas, masih sering mengandalkan umpan lambung atau sapu bersih ke depan, fisik pemain kedodoran dalam bermain 90 menit, dan setiap lini masih kurang dalam koordinasi sehingga pemain mudah kehilangan fokus serta kreatifitas. Dalam empat pertandingan yang sudah dimainkan, setiap pemain yang diturunkan pelatih belum bisa tampil secara baik. 

Saat ini mental para pemain lagi jatuh, masih ada waktu sebulan untuk melakukan perbaikan atau penyegaran sebelum bertandang ke musuh bebuyutan Malaysia pada 19 November 2019.

Apa yang terjadi dengan timnas saat ini, PSSI harus segera mencari solusinya. Apakah PSSI masih akan menunggu hingga awal November 2019, ketika sudah ada ketua PSSI dan pengurus baru. Publik sepakbola tentunya berharap ketua PSSI  terpilih dalam kongres kali ini, benar-benar dapat membawa angin perubahan. Tidak hanya sekedar numpang "jabatan" tanpa ada prestasi yang diberikan. 

Selama 28 tahun ini, pecinta sepakbola tanah air sudah bosan dengan segala carut marut dan drama yang terjadi dalam persepakbolaan Indonesia. Perlu adanya langkah yang nyata dan bukti prestasi sepakbola dikancah Asia Tenggara, tidak perlu muluk-muluk prestasi ditingkat asia, karena dikawasan Asia Tenggara pun untuk saat ini masih terasa sulit. 

Sepakbola Indonesia sudah tertinggal dari negara dikawasan Asia Tenggara untuk level senior. Thailand, Vietnam, Filipina dan Malaysia saat ini ada di jalur terdepan.

Harapan terdekat dan sudah di depan mata, yaitu Timnas kelompok umur Sea Games 2019 dan Kualifikasi Piala Asia U-19. Pecinta sepakbola tanah air, tentunya berharap timnas Sea Games 2019 asuhan Indra Sjafri dapat merebut medali emas, apalagi Sea Games kali ini digelar di Filipina, semoga memori indah saat merebut medali emas 1991 di filipina terulang kembali di Sea Games 2019 kali ini. 

Berada di grup B, dan disebut sebagai grup neraka bersama Thailand, Indonesia, Vietnam, Singapura, Laos, Brunei Darussalam langkah kaki timnas garuda sangat berat untuk menuju podium, namun dengan tekad dan semangat juang tinggi dari seluruh pemain untuk berprestasi, semoga hal itu dapat terwujud. 

Kemudian untuk Timnas U-19 yang akan berjuang dalam Kualifikasi Piala Asia U-19, semoga dapat menyusul prestasi adik-adiknya yaitu timnas U-16 yang sudah lebih dulu lolos ke Piala Asia U-16. 

Tergabung dalam grup berasama Korea Utara, Hong Kong, dan Timor Leste semoga skuad asuhan Fakhri Husaini dapat lolos ke Piala Asia U-19 baik sebagai Juara grup maupun runner up terbaik. Jika kedua timnas tersebut, meraih hasil maksimal, ini dapat dijadikan sebagai obat penawar luka kegagalan timnas senior. 

Hal ini menjadi alarm bagi PSSI, karena sejak tahun 2013, sejak Timnas U-19 juara Piala AFF U-19, timnas junior U-16 dan U-19 disegani di tingkat Asia, namun setelah menginjak usia 23 atau senior mereka bermain biasa saja bersama timnas senior. Sehingga menjadi tanda tanya, apa yang sesungguhnya terjadi dengan persepakbolaan Indonesia. 

Semoga pada saat kongres PSSI, para voter dapat menggunakan suaranya dengan baik untuk memilih  ketua dan pengurus PSSI baru yang dapat memberikan peningkatan prestasi timnas Indonesia dimasa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun