Pembelajaran pada era Kurikulum Merdeka berfokuskan pada pembelajaran yang bermakna dan berdiferensiasi. Pembelajaran Kurikulum Merdeka telah merata diterapkan di sekolah-sekolah, tidak terkecuali di SMP Negeri 20 Malang. SMP Negeri 20 Malang adalah sebuah institusi pendidikan SMP Negeri yang beralamat di Jl. R. Tumenggung Suryo No. 38 Malang, Kota Malang. Penerapan Kurikulum Merdeka telah diimplementasikan pada jenjang kelas VII dan VII, sedangkan pada kelas IX masih Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil observasi di salah satu Kelas VII, saya simpulkan bahwa terdapat keberagaman karakteristik dan latar belakang peserta didik. Keberagaman tersebut diperkuat oleh pendapat Waka Kesiswaan yang menyatakan bahwa latar belakang peserta didik berasal dari keluarga petani, buruh, pekerja pabrik, pegawai BUMN, polisi, dan beragam profesi lainnya. Keberagaman yang terjadi mengharuskan pendidik untuk dapat menyesuaikan diri dan adaptif terhadap kemajuan zaman untuk pembelajaran yang inovatif, sehingga penerapan Kurikulum Merdeka dapat berjalan dengan maksimal.
      Pembelajaran yang kami amati yaitu pendidik memanfaatkan media papan tulis dan LCD proyektor yang tersedia pada setiap kelas. LCD proyektor yang tersedia dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran seperti menampilkan poin materi pada Microsoft Power Point. Selain itu, pendidik juga memanfaatkan fasilitas buku paket yang telah dipinjami dari perpustakaan kepada masing-masing peserta didik. Pendidik juga mengarahkan untuk meminjam buku penunjang lainnya kepada peserta didik di perpustakaan ketika ada suatu penugasan. Penugasan yang dilakukan oleh pendidik cenderung berfokus pada buku pendamping atau buku paket dan tambahan pemaparan materi secara langsung. Lembar kerja yang disiapkan berfokus pada pengerjaan di buku paket dan diselesaikan secara berkelompok. Kebijakan sekolah yang berkaitan dengan pelarangan penggunaan handphone(wajib dikumpulkan di Ruang BK) kecuali ada instruksi dari pendidik untuk penunjang pembelajaran menjadi pertimbangan tersendiri dalam pengelolaan atau penerapan pembelajaran di kelas. Selain itu, jaringan Wifi yang tersedia masih kurang lancar apabila diakses oleh banyak peserta didik, sehingga jika pada waktu yang sama diakses terjadi jaringan yang lambat.
      Karakteristik dan latar belakang peserta didik yang beragam serta Kurikulum Merdeka yang tidak lama diterapkan(masih hangat) sebenarnya menjadi tantangan sekaligus pelecut motivasi bagi pendidik untuk menyusun pembelajaran yang ideal. Daga(dalam Zulaiha dkk, 2022) berpendapat bahwa Kurikulum Merdeka Belajar adalah kebijakan yang dirancang oleh pemerintah untuk membuat sebuah lompatan besar dalam aspek kualitas pendidikan agar menghasilkan peserta didik dan lulusan yang unggul dalam menghadapi tantangan masa depan yang kompleks. Inti dari Merdeka Belajar ialah kemerdekaan berpikir bagi pendidik dan peserta didik. Merdeka belajar mendorong terbentuknya karakter jiwa merdeka di mana pendidik dan peserta didik dapat secara leluasa dan menyenangkan mengeksplorasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dari lingkungan. Pendapat Daga senada dengan pernyataan Siregar(dalam Elviya, 2023) yang berpendapat bahwa Hakikat Merdeka Belajar yaitu kemerdekaan berpikir yang dipusatkan pada pendidik dan peserta didik, sehingga mendorong terbentuknya karakter jiwa merdeka karena siswa dan guru dapat menggali ilmu pengetahuan dari lingkungannya, yang selama ini dipelajari siswa dan guru belajar materi dari buku maupun modul. Dengan adanya program Merdeka Belajar peserta didik dalam pembelajaran akan semakin meningkat. Nantinya, peserta didik akan memiliki kebebasan berpikir baik secara individu maupun kelompok sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang unggul, kritis, kreatif, kolaboratif, inovatif dan aktif di masa depan.
      Berdasarkan problematika mulai dari media pembelajaran konvensional, keberagaman karakteristik dan latar belakang peserta didik, hingga kurang lancarnya jaringan Wifi(internet) yang tersedia di sekolah, dapat saya berikan dua buah solusi sebagai berikut.
1. Penggunaan Salindia/ Powerpoint yang menarik
      Pendidik dapat memanfaatkan penggunaan aplikasi penunjang seperti Canva yang mendukung terintegrasinya gambar, animasi, video, suara, atau komponen lainnya yang dapat ditampilkan pada LCD Proyektor, sehingga materi atau poin yang diberikan tidak hanya berupa teks atau gambar. Selain itu, jika LCD Proyektor terkendala dapat disiasati dengan peserta didik diperbolehkan mengambil ponsel pintarnya di ruang BK, sehingga dapat digunakan untuk mengakses media belajar di gawai masing-masing.
2. Pemanfaatan E-LKPD Liveworksheet yang interaktif
      Penggunaan lembar kerja yang berbasis kertas cenderung hanya mengakomodir berbasis teks dan gambar, sehingga penerapannya kurang interaktif. Inovasi dalam pengintegrasian pemanfaatan aplikasi atau web yang adaptif dengan teknologi dirasakan akan membantu tampilan lembar kerja menjadi lebih menarik dan interaktif. Salah satu aplikasi atau web yang dapat menjadikan lembar kerja menjadi lebih interaktif adalah Liveworksheet. Penggunaan liveworksheet sangatlah ringan diakses karena berbasis web, sehingga peserta didik tinggal satu klik untuk masuk ke web tersebut. Lembar kerja yang dimodifikasi atau dimasukkan pada liveworksheet akan mengakomodir segala jenis konten, mulai dari video, pranala atau link materi, suara interaktif, gambar animasi, Soal AKM, dan modifikasi interaktif lainnya. Harapannya dengan penerapan E-LKPD Liveworksheet, peserta didik akan menjadi lebih semangat dan tertarik dalam proses pembelajaran. Selain materi dapat diakses dalam satu pintu, penggunaan lembar kerja liveworksheet dapat mengurangi penggunaan kertas, sehingga turut mendukung program Adiwiyata yang dijalankan sekolah.