Ibu korban, Winarti berkata mendapatkan kabar tentang kematian anaknya dari keponakannya yang menyatakan AA ditemukan sudah meninggal di areal pemakaman.
"Dapat kabar itu saya langsung ke kuburan Cina. Saya lihat sudah ramai polisi dan anak saya langsung dibawa ke RS Bhayangkara," ungkapnya seperti dilansir Tribunnews.
Perempuan paruh baya ini bahkan masih tak percaya sang anak telah tiada. Karena satu jam sebelum ditemukan meninggal, ia sempat ngobrol dengan AA.
Berdasarkan penyelidikan kepolisian, mayat AA ditemukan warga pada hari Minggu itu sekitar pukul 13.00 WIB.
Hasil otopsi menunjukkan korban mati lemas karena kekurangan oksigen. Ditemukan luka akibat benda tumpul di leher korban.
Kapolrestabes Palembang, Harryo Sugihhartono, menjelaskan bahwa kasus tersebut bermula dari perkenalan AA dengan IS (16 tahun).
Keduanya dikenalkan oleh seorang teman berinisial M. Setelahnya, perkenalan mereka berlanjut dan sering berkomunikasi melalui aplikasi perpesanan di Facebook.
Petaka dimulai saat IS mengajak AA menonton kesenian tradisional kuda lumping yang berada di kawasan Jalan Pipa Reja, Kecamatan Kemuning, pada Minggu siang.
Usai berjumpa, IS lantas mengajak AA jalan-jalan di krematorium dengan diikuti oleh tiga orang lain yakni MZ (13 tahun), NS (12 tahun), dan AS (12 tahun).
- ‘Orang yang seharusnya memberikan perlindungan, justru melakukan kejahatan’ – Bagaimana kasus pencabulan anak SMP di Surabaya oleh ayah, kakak dan dua pamannya bisa terjadi?
- Kasus dugaan pemerkosaan di Pati, Jawa Tengah – Mengapa kasus ayah perkosa anak kandung terus berulang?
Ketika sampai di TPU Talang Kerikil, IS disebut polisi membujuk AA untuk melakukan hubungan seksual, akan tetapi ditolak oleh korban.
Lalu AA dibekap oleh IS dan tubuh AA dipegangi oleh ketiga rekan IS tersebut. AA yang tak bisa bernapas akhirnya meninggal, kata polisi.