Mohon tunggu...
Sonya A
Sonya A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat prodi epidemiologi di Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

eNose: Deteksi Kanker Menggunakan Hidung

11 Desember 2022   22:38 Diperbarui: 11 Desember 2022   22:44 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kanker payudara menjadi ketakutan bagi kaum wanita, karena merupakan penyebab kematian utama pada kelompok wanita baik di negara berkembang maupun negara maju. Kanker payudara adalah sel dan jaringan kanker payudara yang mengalami keganasan, tumbuh dengan cepat dan tidak terkendali dengan ditandai adanya benjolan di payudara dan pada stadium lanjut terasa sakit. Berdasarkan data GLOBOCAN tahun 2020 terdapat 65 ribu kasus baru kanker payudara di Indonesia dan menjadi penyebab kematian kedua setelah kanker paru-paru dengan jumlah kasus kematian sebanyak 22.430 kematian. Sehingga, kanker payudara menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting untuk ditangani karena angka mortalitas dan morbiditasnya yang cenderung meningkat setiap tahunnya di seluruh dunia.

Mengenal Mammografi sebagai pilihan no. 1 Skrining Kanker Payudara

Walaupun demikian, keterjangkauan akan skrining kanker payudara, khususnya di Indonesia, masih sangat kurang. Kesulitan akses skrining ini disebabkan karena Mammografi yang merupakan peralatan uji klinis dari kanker payudara yang telah disetujui oleh World Health Organization (WHO) dan diakui oleh dunia medis cenderung memiliki harga yang mahal dan memerlukan tenaga khusus untuk mengoperasikannya. Di Indonesia sendiri, penggunaan Mammografi masih belum dapat menjangkau daerah 3T (daerah terdepan, terluar, dan tertinggal), karena daerah 3T tidak memiliki infrastruktur penunjang seperti listrik dan ruang penyimpanan yang mampu menopang penggunaan mammografi. Keterbatasan ini, memaksa tenaga kesehatan dan tenaga biomedis untuk mencari alternatif skrining yang lebih terjangkau. 

Mengenal Hidung Elektrik Pendeteksi Kanker Payudara

Sebagaimana dapat dilihat berdasarkan kriteria mudah digunakan, harga terjangkau, shelf stable (tidak mudah rusak), dan memiliki mobilitas yang tinggi. Salah satu alat skrining kanker payudara yang memenuhi seluruh kriteria tersebut adalah eNose. Electronic Nose atau eNose merupakan sebuah sistem skrining yang didasari pada konsep penciuman buatan dan dirancang untuk menyerupai indera penciuman manusia. eNose dapat digunakan oleh seluruh tenaga kesehatan dan kader karena tidak memerlukan sertifikasi dalam melakukan pengumpulan sampelnya. Prinsip kerja eNose cukup mudah dipahami karena tenaga kesehatan atau kader hanya perlu mengumpulkan sampel urin dari wanita usia subur atau terduga kanker payudara dari seluruh pelosok negeri, sehingga memudahkan skrining kanker payudara pada masyarakat dengan tidak wajib datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. 

Cara Kerja Hidung Elektrik Pendeteksi Kanker Payudara

Sampel urine yang telah diambil kemudian akan dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk diuji. Sampel urine dapat bertahan selama 24 jam pada suhu ruangan jika disimpan didalam wadah aluminium foil hingga 48 jam jika disimpan pada suhu 4. Pengujian sampel urine menggunakan eNose dilakukan melalui proses penguapan, dimana uap ini akan disalurkan ke dalam pendeteksi VOC (volatile organic compound) untuk menyaring dan mendeteksi senyawa apa saja yang ada di dalam urine tersebut. Hasil uji eNose tidak perlu diartikan oleh tenaga kesehatan yang tersertifikasi karena proses analisis dan interpretasi eNose akan dilakukan dengan perangkat lunak berupa personal computer (PC). Sehingga pemeriksa hanya perlu membaca hasil dari uji sampel urine yang didapatkan. Semua hal tersebut, apabila digabungkan dapat meningkatkan aksesibilitas skrining kanker payudara karena tidak terikat pada sebagian profesi atau pun infrastruktur.

Kesimpulan

Saat ini, penggunaan eNose sebagai alat skrining kanker payudara masih terbatas, hanya terdapat di beberapa negara tertentu seperti di benua Amerika dan Eropa.  Padahal jika ditinjau ulang, penggunaan eNose lebih menguntungkan dari segi biaya dan efisiensinya serta memiliki efektivitas yang hampir sama dengan mamografi. Dimana di Amerika Serikat sendiri, biaya skrining eNose hanya memerlukan setengah dari biaya skrining menggunakan mamografi. Oleh karena itu, penggunaan eNose sebagai alat skrining kanker payudara dapat mulai dicoba di Indonesia, agar angka kejadian kanker payudara dapat ditekan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia khususnya pada wanita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun