Islam memperhatikan masalah pembangunan ekonomi, namun tetap menempatkannya sebagai sebagian dari rencana yang lebih besar yaitu pembangunan umat manusia. Fungsi utama Islam adalah membimbing manusia pada jalur yang benar dan arah yang tepat semua aspek yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi harus menyatu dengan pembangunan umat manusia secara keseluruhan.
Ekonomi suatu negara dikatakan tumbuh jika terjadi peningkatan nilai total barang dan jasa yang diproduksi. Pertumbuhan ini biasanya dilihat pada dua dimensi besar yaitu titik tekan pertumbuhan dan pengukuran pertumbuhan.Â
Logika yang dibangun dari penekanan pertumbuhan ini adalah karena persaingan ideologi yang ingin menunjukkan ideologi mana antara komunis dengan kapitalis yang lebih mampu menciptakan ekonomi yang baik. Sedangkan pengukuran pertumbuhan yang mereka gunakan adalah perkapita GNP.Â
Jika capita income yang didapatkan dari total real GNP yang dibagi dengan jumlah penduduk itu tinggi, maka pertumbuhan ekonomi tinggi dan disinyalir kesejahteraannya juga tinggi.Â
Dalam ekonomi Islam, tujuan kegiatan ekonomi adalah memaksimalkan maslahat pada semua economic man. Agregat maslahat ini meliputi pembangunan dan perlindungan terhadap aqidah, jiwa , kehormatan, akal dan harta / fisik manusia. Persyaratan keharusan adanya inderlying asset dalam kegiatan ekonomi Islam dengan memperhatikan batasan halal dan haram inilah yang mengantarkan pada perekonomian yang adil dan mulia.Â
Hal ini tidak ditemukan pada sistem ekonomi lainnya yang lebih mengejar pada pertumbuhan. Akibatnya melahirkan kesejahteraan yang sembuh, menimbulkan permusuhan, kejahatan, serta rabuya moral dan etika di tengah masyarakat yang berujung pada rendahnya kualitas peradaban manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H