harpa pada adven alam dipetik
tidak pernah berhenti dimainkan
lagu yang dinyanyikan bintang-bintang
tak akan pernah mati
lalu doa dibuat dan pujian diberikan
semua yang dekat dan jauh
lautan memandang ke langit
dan mencerminkan setiap bintang
ombaknya berlutut di atas untaian
seperti berlutut layaknya manusia
kunci putihnya membungkuk ke pasir
imamat laut
mereka menuangkan harta berkilauan
hadiah mutiara yang mereka bawa
dan semua bukit yang mendengarkan bumi
ambil lagu yang mereka nyanyikan
bumi hijau mengirim dupa ke atas
dari banyak kuil gunung-gunung
dari daun terlipat dan cangkir berembun
dia menuangkan anggur sakralnya
kabut di atas pagi hari berderak
bangkitlah putih seperti sayap doa
tirai altar dari perbukitan
adalah udara ungu matahari terbenam
angin dengan nyanyian pujian nyaring
atau rendah dengan isak kesakitan
sekujur guntur dari awan
air mata hujan yang menetes
dengan kepala terkulai dan cabang disilangkan
hutan senja pun bersedih
atau berbicara dengan bahasa pentakosta
dari semua daunnya yang diterangi matahari
langit biru adalah lengkungan kuil
silang salibnya bumi dan udara
barisan musik pawai gemerlap
paduan suara doa
alam menyimpan kerangka khidmat
tatkala tahun-tahunnya dimulai
semua tanda dan suaranya
senantiasa membuat malu
hati manusia yang tanpa doa
***
Solo, Kamis, 27 Desember 2018. 12:21
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H