Pada suatu malam sepulang dari kota, aku mendapati istriku, Helen, sedang mengendap-endap di dapur dengan seekor kucing kuning besar di tumitnya.
Â
"Hei, siapa ini?" tanyaku dengan senang.
Â
"Ini kucing baru kita," kata Helen, memeluk dan menciumku untuk menyambut kedatanganku. "Dia baru saja muncul di pintu dapur dan ingin masuk. Tidak ada tetangga yang tahu dari mana dia berasal, jadi aku pikir lebih baik kita pelihara . Akan menyenangkan memiliki teman peliharaan di rumah. "
Aku membungkuk dan menyentuh kucing kuning itu di bawah dagu. Dia mengeong dan menggeliat
.
"Ya, aku pikir kebutuhan kita akan bertambah untuk makan bertiga," kataku sedikit bercanda.
Anak kami laki-laki telah mengambil alih bisnis minimarketku di kota dan selanjutnya aku dengan istriku memilih menikmati masa tua yang santai. Aku suka tetap sibuk, jadi aku menghabiskan beberapa jam setiap hari mencari rumput untuk makan beberapa ekor sapi perah kami. Kami memiliki usaha pemerahan susu yang relatif kecil dan sederhana di desa.
Aku beranjak keluar untuk memeriksa pintu kandang, dan ketika aku masuk rumah kembali, Helen memberi kucing itu krim susu di piring.
Kami duduk di teras setelah makan malam, dan kucing itu duduk bersama kami. "Kamu kucing yang sangat baik," kataku padanya. Dia mengeong keras.
"Tom," kata Helen. Suaranya terdengar seperti cemas. Aku menoleh untuk memandangnya. "Tetangga bersikap agak aneh ketika aku memberi tahu mereka tentang kucing itu. Mereka sepertinya mengira dia adalah hantu atau sejenis penyihir yang berubah menjadi kucing. Mereka menyuruh aku untuk menyingkirkannya. "
"Seorang penyihir?" tanyaku dan aku tertawa terbahak-bahak. "Apakah kamu penyihir, kucing kecil?"
Kucing itu menguap dan menggeliat. Dengan enggan, Helen mulai tertawa bersamaku, sikapnya terlihat lucu. Kami duduk  menikmati awal malam yang indah, dan kemudian membawa diri ke tempat tidur.
====
Kucing kuning itu dengan cepat menjadi bagian penting dari rumah tangga kami. Dia akan mengeong menyapa kami setiap pagi, dan meminta krim susu saat aku memerah pagi hari. Dia mengikuti Helen berkeliling mengawasi pekerjaannya di siang hari dan akan duduk di dekat kursi di malam hari sementara kami membaca.
  Â
Suatu malam di bulan November, aku sedang dalam perjalanan pulang dari kota. Ini merupakan kegiatan rutinku setiap akhir bulan untuk menengok anak kami dan pekerjaannya. Aku mulai menyusuri jalan pulang dengan sepeda motor tua kesayanganku, berharap sampai rumah sebelum hari gelap karena mataku mulai bermasalah kalau mengendarai motor pada malam hari.
Saat aku melewati sebuah tikungan, Â aku melihat sekelompok kucing hitam berdiri di tengah jalan. Mereka hampir tidak terlihat di kegelapan yang menjelang. Untuk menghindari menabarak mereka, aku pun melambatkan laju motorku.
Ketika aku semakin dekat, aku melihat bahwa mereka membawa tandu di antara mereka. Aku berhenti dan mengusap mataku. Itu tidak mungkin. Ketika aku melihat lagi, tandu itu masih ada di sana, dan ada seekor kucing mati yang tergeletak di atasnya.
Aku tercengang. Itu pasti tipuan cahaya, pikirku. Aku pun mematikan motorku, menjalankannya dengan mati mesin untuk melewati kawanan kucing itu, agar mereka tidak terganggu dan marah. Â Kemudian salah satu kucing berseru, "Tuan, tolong beri tahu bibi Cathy bahwa Melly sudah mati."