tatkala engkau tersenyum padaku
mentari niscaya akan merasa gulana
karena tersaingi parasmu bercahaya
putih melati dan wangi kemuning
demikian pula meronanya mawar
menyertai ranum jingga pipimu
netramu yang jernih bening
begitu indah memesona selalu
siapa pun akan tertunduk
oleh ramah tatapmu
dengan apa engkau basuh wajahmu
sehingga berkilau laksana kencana
ingin aku membelainya sepenuh rasa
nafasmu seharum narwastu
membuai aku tuk menciummu
aku tak tahu entah kapan
gejolak ini membakar kalbu
cercah api begitu pelan menyala
meski tak nampak lidah cahayanya
sebuah asa nan lembut bersambut
di sini aku punya benih tulus cinta
yang kian tumbuh mekarkan asmara
apakah salah rasa yang aku punya
jika indah jelita bunga ada padamu
namun wanginya kuminta untukku
engkau menatapku dan aku memandangmu
aku mengangguk dan engkau tertunduk
tak tahu saat itu apa yang engkau harapkan
aku pun tak tahu apa yang aku tunggu
sedangkan apa yang ingin engkau katakan
melalui pandang kudengar dengan terang
engkau adalah kasih cinta pertamaku
yang mengajarkan aku makna rindu
tetapi jangan ajarkan aku lupa
yang tak ingin kutahu selamanya
bila engkau ingin melupakan aku
lebih baik engkau membunuhku
yang kuminta adalah kematian
dan sungguh bukan tuk dilupakan