Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - lecturer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cemburu] Tak Pantas Aku Cemburu

2 November 2018   11:25 Diperbarui: 2 November 2018   15:01 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu seperti biasanya aku nikmati makan siang di sebuah warung makan pokwe di dekat kampus. Aku nikmati menu nasi dengan sayur lodeh kesukaanku. Tak ketinggalan dua potong tempe goreng menemani lahapku.

Saat kenikmatan makan menyita perhatianku, kudengar langkah dan kulihat sepasang kaki indah mendekat ke arah aku.

"Selamat siang," suara lembut menyapa dan aku pun tengadah.

"Selamat siang," jawabku sambil masih mengunyah. Wajah tirus tak lagi muda namun ayu membuat aku terpesona. Sejenak kenikmatan sayur lodeh terlupa.

"Apa kabar pak? Pak Moekidi kan? Masih ingat saya? Mantan siswi bapak, saat saya di SMA." seraya tangannya meraih untuk menjabat tanganku. Aku pun berdiri dan menggenggam uluran tangannya. Terasa lembut namun hangat.

"Aaahh ya, saya ingat. Monica ya? Monica Ayuningdyah salah satu siswiku di jurusan IPS." bayanganku terbang ke masa awal aku mengajar di SMA tiga puluh tahun yang lalu. Ingin aku menepuk pundaknya tapi ada rasa sungkan dan canggung.

"Waaahh bapak masih ingat dan bahkan nama lengkap saya," matanya berbinar dan senyumnya sumringah.

Tentu saja aku ingat banget dengan dia, gadis remaja kala itu yang begitu memikat perasaanku. Ayu, lugu dan pemalu. Jatuh cinta pertamaku, meski aku tidak tahu apakah dia juga menaruh perhatian kepadaku waktu itu.

"Kita belum pernah ketemu lagi ya pak sejak saya lulus SMA. Oh ya pak, perkenalkan suami saya dan anak saya yang kedua," tangannya melambai memanggil seorang pria sebaya aku dan seorang anak laki-laki dengan memakai seragam SMP yang tengah berdiri di depan kasir warung makan.

Mereka mendekat dan kami pun bersalaman saling mengenalkan diri. Ada rasa gundah dalam hatiku.

"Oke pak kami mohon diri mendahului, kami hanya membeli lauk pauk untuk makan siang di rumah. Silahkan bapak melanjutkan santap siangnya. Maaf kami mengganggu,"  kami  pun saling bersalaman  lagi sebagai ungkapan salam berpisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun