Mohon tunggu...
Sonti Soraya Sinaga
Sonti Soraya Sinaga Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

a full time officer, sometimes a traveller

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

8 Hari Menikmati Jepang di Akhir Musim Semi

2 Agustus 2016   17:21 Diperbarui: 2 Agustus 2016   19:31 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemandangan ke Tokyo Tower dari Seaside Top di sore hari (dokumentasi pribadi)

Ketika sampai di Stasiun Shinjuku, kami sempat berputar-putar, karena ternyata pool bus ke Fuji sudah berpindah tempat di gedung baru, sedangkan saya dan Marven mengingat lokasi pool yang kami tahun lalu. Dan beruntungnya kami bisa tiba pukul 05:50 di poolShinjuku Highway Express Bus itu, kami segera membayarkan tiket dan naik ke bus.

Pagi itu langit terlihat cerah, kami berharap kali ini bisa melihat gunung Fuji hingga puncaknya hari itu. Karena mengantuk, saya sempat tertidur di dalam bus hingga Marven membangunkan saya karena melihat puncak Gunung Fuji di kejauhan. Wah, senang sekali rasanya pagi itu. Setelah 2 jam perjalanan melewati jalan tol dari stasiun Shinjuku, akhirnya kami tiba di stasiun Kawaguchiko. Udara dingin menyambut kami begitu keluar dari bus. Sama seperti tahun sebelumnya, saya senang sekali dengan suasana stasiun Kawaguchiko yang bentuk bangunannya klasik itu.

berpose di depan stasiun Kawaguchiko
berpose di depan stasiun Kawaguchiko
Hari itu kami akan ke Shibazakura Matsuri, atau Pink Moss Festival, yang hanya diadakan setahun sekali antara pertengahan April hingga pertengahan Mei di kaki gunung Fuji. Kami harus membayar ¥2,200 untuk bisa mengunjungi festival tahunan tersebut. Cukup mahal memang, tapi harga itu sudah termasuk biaya transportasi dengan bus dari stasiun Kawaguchiko ke tempat festival, pergi-pulang. Perjalanan ke tempat Shibazakura Matsuri ini ditempuh selama setengah jam dari stasiun Kawaguchiko. Info soal festival ini bisa dilihat di sini.

Kami sengaja datang cukup pagi ke sini untuk menghindari keramaian pengunjungnya, walaupun direkomedasikan untuk mengunjungi tempat ini di siang hari setelah tengah hari untuk menghasilkan perpaduan warna terbaik. Namun setibanya kami di sana, pengunjungnya sudah cukup ramai. Sehingga kami harus bersabar untuk berfoto-foto di tempat tertentu yang memiliki spot foto terbaik, karena pengunjung menumpuk di tempat tertentu itu. Walaupun saya sangat tidak suka dengan warna pink, tapi hari itu saya merasa senang sekali berada di antar bunga-bunga yang kebanyakan berwarna pink yang sedang mekar dengan indahnya.

Shibazakuri Matsuri - Pink Moss Festival (dokumentasi pribadi)
Shibazakuri Matsuri - Pink Moss Festival (dokumentasi pribadi)
Karena berangkat terburu-buru, kami sarapan seadanya pagi itu, sehingga kami merasa sangat lapar ketika jam sudah menunjukkan angka 10. Pengunjung tidak boleh makan di area bunga-bunga. Penyelenggara festival menyediakan area kantin yang menyajikan makanan berat maupun camilan ringan. Tapi karena saya sangat ingin makan udon di stasiun Kawaguchiko, jadi kami memilih untuk makan es krim saja di sana sambil menunggu jadwal bus kembali ke stasiun Kawaguchiko. Saya tak akan pernah lupa rasa es krim yang saya makan hari itu, rasanya enak sekali. Seandainya saya tidak sedang batuk, mungkin saya akan membeli es krim itu sampai berkali-kali.

Shibazakura Matsuri - Pink Moss Festival (dokumentasi pribadi)
Shibazakura Matsuri - Pink Moss Festival (dokumentasi pribadi)
Setibanya kembali di stasiun Kawaguchiko, kami langsung ke area kantin dan memesan udon di sana. Tahun lalu saya juga makan di situ dan saya suka sekali dengan rasanya, makanya saya kembali ke situ untuk menyantapnya. Selesai makan kami melanjutkan perjalanan ke Shimo-Yoshida dengan kereta. Jadwal keretanya di area Fuji memang tidak banyak, jadi kami harus menunggu cukup lama hingga kereta tiba.

Lokasi Shimo-Yoshida tak jauh dari Kawaguchiko, hanya 10 menit perjalanan dengan kereta. Dari stasiun Shimo-Yoshida yang kecil itu kami berjalan kaki selama sekitar 10 menit hingga tiba ke kuil Arakura-sengen dan barisan anak tangga menuju pagoda Chureito. Entah berapa banyak anak tangga yang harus kami daki hingga tiba di pagoda itu, sampai saya harus berhenti berkali-kali. Tapi lelahnya terbayar ketika melihat pemandangan yang kami dapat dari pagoda, pemandangan yang banyak ditemukan di foto-foto promosi pariwisata Jepang, pagoda Chureito dengan latar belakang gunung Fuji.

the famous Chureito Pagoda - Arakura Sengen Shrine (dokumentasi pribadi)
the famous Chureito Pagoda - Arakura Sengen Shrine (dokumentasi pribadi)
Kami menemukan beberapa pohon chery masih memperlihatkan bunga Sakura di sana. Sayangnya langit sudah terlanjur berawan ketika kami tiba di sana. Sehingga kami tak bisa berlama-lama untuk berfoto di sana, dan tak lama setelah itu hujan pun turun. Jadi kami segera kembali ke stasiun Kawaguchiko dan kembali ke Tokyo.

Pohon bunga sakura di depan Chureito pagoda (dokumentasi pribadi)
Pohon bunga sakura di depan Chureito pagoda (dokumentasi pribadi)
Setibanya kembali di stasiun Shinjuku kami melanjutkan perjalanan ke Shibuya. Walaupun hujan masih mengiringi, tapi tempat itu masih ramai. Karena hari masih cukup terang, jadi foto bersama patung Hachiko tak kami lewatkan saat itu.

Awalnya kami mau merekam aktivitas orang-orang di pedestrian yang terkenal itu, tapi karena hujan, kami takut kamera kami rusak, jadi kami putuskan untuk ke Takeshita Dori, shoppingstreet yang terkenal di Harajuku. Kami makan malam terlebih dahulu di gerai makanan cepat saji khas Jepang yang ada tepat di seberang stasiun Harajuku, lalu menjelejahi jalanan yang ramai oleh remaja Jepang itu. Berbeda dengan Nakamise, kebanyakan barang yang dijajakan di Takeshita Dori ini adalah barang fashion, terutama yang sedang menjadi trend bagi anak muda Jepang.

Takeshita Dori dari stasiun Harajuku (dokumentasi pribadi)
Takeshita Dori dari stasiun Harajuku (dokumentasi pribadi)
Sayangnya hujan turun cukup lama malam itu, sehingga kami kurang bebas bergerak ketika menjelajahi toko-toko di sana. Kami hanya memasuki 2 atau 3 toko, termasuk Daiso, toko dengan 1 harga yang menjual berbagai jenis barang, dan membeli beberapa barang sebagai oleh-oleh dari sana. Setelah itu kami segera kembali ke apartemen agar punya cukup waktu untuk beristirahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun