Mohon tunggu...
Sonti Soraya Sinaga
Sonti Soraya Sinaga Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

a full time officer, sometimes a traveller

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

8 Hari Menikmati Jepang di Akhir Musim Semi

2 Agustus 2016   17:21 Diperbarui: 2 Agustus 2016   19:31 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

berpose di tepi sungai Katsura
berpose di tepi sungai Katsura
Awalnya kami berasa sedikit bingung dengan isi taman bermain itu karena wahana yang kami temui dari pintu masuk kebanyakan untuk anak kecil dan berbayar lagi, seperti Ninja Training. Di sana banyak sekali anak kecil yang menggunakan baju ala Ninja dan membawa pedang mainan. Kami sempat berhenti sebentar untuk membeli es krim dan makanan ringan lokal. Lalu kami melanjutkan berkeliling dan menemukan set perkampungan khas Jepang masa lalu hingga sebuah gedung yang berisi  miniatur tokoh animekhas Jepang, seperti Dragon Ball, dan  set super hero Jepang seperti Kamen Rider dan Power Ranger. Seru sekali untuk generasi 90-an seperti kami menemukan tempat ini, kami bisa melihat perkembangan cerita tokoh super hero idola masa kecil dan berfoto dengan set-nya.

salah satu sudut penuh dengan Ranger Merah
salah satu sudut penuh dengan Ranger Merah
Mendekati jam makan siang, kami keluar dari theme park itu dan melanjutkan perjalanan ke Nishiki Food Market. Seperti namanya, tempat ini adalah pasar yang berbentuk shopping street yang memanjang di jalan yang tidak terlalu lebar, dan menjajakan berbagai bahan makanan khas Jepang. Sedikit informasi, tidak banyak restoran di jalan ini jika anda ingin makan. Dan akhirnya kami hanya bisa menyusuri jalanan ini sambil kelaparan, tapi tergoda juga ingin membeli beberapa bahan mentah yang dijual. Hingga akhirnya kami tak membeli apapun di sana dan memilih restoran di ujung jalan.

Pukul 14.30 kami ke daerah Higashiyama dan menyewa kimono, lalu berjalan hingga ke kuil Kiyomizudera. Kuil ini juga tujuan favorit karena lokasinya di atas bukit, dari sini kita bisa melihat pemandangan kota Kyoto dengan menara Kyoto yang terlihat kecil. Kuil ini dibangun dengan material bangunan berupa kayu yang kuat. Sore itu kuil ini ramai sekali dan ada banyak wisatawan yang juga menyewa kimono. Sayangnya sore itu hujan turun, sehingga kami kurang puas untuk berkeliling. Tahun sebelumnya saya juga tak kuat berkeliling area kuil ini karena kelelahan. Jadi karena hari semakin gelap, maka  kami kembali ke tempat penyewaan kimono lalu bertukar pakaian lagi. Setelah itu kami makan malam dan kembali ke apartemen.

selfie di tengah keramaian Kiyomizudera Temple
selfie di tengah keramaian Kiyomizudera Temple
Hari ke-5: Nagoya

Pukul 10 pagi kami meninggalkan Kyoto dengan menumpangi kereta cepat Shinkansen Nozomi N700 dari stasiun Kyoto. Hanya 30 menit perjalanan dengan harga tiket yang cukup mahal ¥5070  kami tiba di kota Nagoya. Kota yang sama sekali baru bagi kami bertiga, sehingga kami harus kembali mempelajari rutenya.

tiket Shinkansen N700 Kyoto-Nagoya
tiket Shinkansen N700 Kyoto-Nagoya
Setelah memasukkan tas ke loker penitipan, kami bergerak ke Kinjofuto. Di sini ada museum kereta api bernama SCMAGlev and Railway Park, atau juga dikenal dengan JR Museum. JR adalah jalur kereta api Jepang yang dikelola oleh pemerintah, sehingga hanya jalur inilah yang memiliki kereta cepat atau yang umum disebut shinkansen. Dengan harga tiket ¥1000, di dalam museum ini kita bisa melihat bagaimana shinkansen dikembangkan sejak awal hingga saat ini dan berbagai jenis kereta api lain di Jepang.

lantai 1 JR Museum (dokumentasi pribadi)
lantai 1 JR Museum (dokumentasi pribadi)
Pengunjung museum ini kebanyakan turis lokal dan sepertinya hanya kami yang turis asing di sana.Setelah makan siang di area kantin di dalam museum ini kami sempat menonton film documenter tentang sejarah Shinkansen. Film ini berbahasa Jepang dengan subtitle bahasa Inggris, yang cukup sulit untuk dicerna di jam seperti itu, sehingga akhirnya saya sempat tertidur di dalam studio. Setelah pemutaran film selesai, kami kembali ke stasiun Nagoya.

Sebenarnya kami berencana ke Nagoya Castle di Inuyama, namun lokasinya cukup jauh dari stasiun, sementara uang yen kami sudah semakin tipis, sehingga kami putuskan untuk duduk-duduk saja di coffee shop di dalam stasiun. Kami juga sempat membeli obat di drug store lokal lalu menikmati sore di dekat air mancur depan stasiun

Menjelang matahari terbenam kami bergerak ke Nagoya Port. Tempat ini di luar rencana kami, karena rencananya dibuat mendadak hari itu juga. Dan tanpa kami duga, tempat ini ternyata bagus sekali. Tidak terlalu ramai tapi enak untuk dinikmati. Itu adalah kali pertama saya mengunjungi port  yang bersih, tertata apik dan tidak berbau anyir.

Nagoya Port dengan view feris wheel (dokumentasi pribadi)
Nagoya Port dengan view feris wheel (dokumentasi pribadi)
Langit sudah gelap ketika kami meninggalkan Nagoya Port, kami kembali ke stasiun Nagoya. Kami makan malam terlebih dahulu di sebuah restoran Italia di dalam stasiun sebelum mengambil tas kami di loker penitipan. Setelah itu kami segera ke pool bus malam di dekat stasiun. Sekedar info, di tempat itu ada beberapa pemberhentian bus malam ke berbagai destinasi, sehingga kita harus bertanya dengan detail posisi bus yang akan ditumpangi agar tidak salah naik atau tertinggal. Pukul 22.30 bus kami tiba dan kami segera naik dan bersiap untuk tidur di dalam bus malam menuju Tokyo.

Nagoya Port di malam hari (dokumentasi pribadi)
Nagoya Port di malam hari (dokumentasi pribadi)
Hari ke-6: Tokyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun