Mohon tunggu...
Sonti Soraya Sinaga
Sonti Soraya Sinaga Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

a full time officer, sometimes a traveller

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Labuan Bajo Sang Pemikat Hati

6 Oktober 2015   14:57 Diperbarui: 7 Oktober 2015   21:37 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk snorkeling ketika itu, cukup lama untuk ukuran saya, karena saya senang sekali melihat pemandangan bawah lautnya yang luar biasa indah. Setelah snorkeling, saya berjalan-jalan sedikit menjelajahi pantainya, lalu makan siang. Menurut info yang saya peroleh ketika di sana, penginapan yang ada di Pulau Kanawa itu dimiliki dan dikelola oleh seorang asing asal Spanyol, jadi tak heran jika banyak menu ala Spanyol tersedia di restoran tempat kami makan siang hari itu.

[caption caption="Pulau Kanawa"]

[/caption]

Setelah makan siang, kami kembali ke kapal dan bergerak ke Pulau Bidadari. Dari kejauhan saya melihat ada bukit juga di pulau itu, sayangnya, tidak tersedia jalur tracking di sana. Katanya sisi pantai tempat kapal kami bersandar adalah lokasi wisata umum, sedangkan sisi sebaliknya yang berada di balik bukit itu merupakan private ressort yang dikelola oleh orang asing dari Inggris, karena itu jalur tracking tidak disediakan. Pemandangan bawah laut di Pulau Bidadari ini cukup indah, tapi jadi biasa saja jika dibanding dengan pemandangan di Pulau Kanawa. Sehingga saya tidak lama-lama snorkeling di sana, dan akhirnya saya menghabiskan waktu dengan duduk-duduk di pantai sambil berbicara santai bersama Santi dan Eva.

Sekitar pukul 4.30 sore kami meninggalkan Pulau Bidadari. Begitu tiba di pelabuhan, saya dijemput lagi oleh Kallys. Dan lagi-lagi saya ingin menikmati sunset, jadi Kallys membawa saya ke sebuah bukit dekat bandara, yang bernama bukit cinta, karena sering didatangi pasangan muda untuk berduaan. Dan benar saja, di sana saya menemui 2 pasangan muda. Sayangnya, pemandangan sunset  di sana terhalang bukit di sebelahnya, jadi saya tidak begitu puas. Ketika hari sudah gelap, kami semua turun bersama. Sebelum kembali ke hotel, saya singgah di sebuah warung tenda di dekat pasar ikan yang menuju pelabuhan. Di situ ada banyak warung tenda yang berjajar di malam hari yang menyediakan berbagai jenis seafood. Sebagai pecinta ikan, saya memilih ikan kerapu bakar, menu wajib setiap saya berlibur di pantai.

Hari terakhir di Labuan Bajo, saya tidak bisa kemana-mana lagi karena waktu terbatas oleh jadwal penerbangan saya kembali ke Jakarta. Jadi pagi hari saya bersantai di hotel, lalu siang hari saya dijemput Kallys lagi. Siang itu saya diajak berkeliling kota Labuan Bajo yang kecil. Ada bagian kota baru yang terletak lebih tinggi, di situ terletak kantor-kantor pemerintahan, rumah sakit umum yang sedang dibangun dan juga Bandara Komodo. Sementara kota lama yang bekas desa nelayan ada di bagian bawah. Di situ terdapat jalan 1 arah (Jl. Soekarno-Hatta) yang dimulai dari pasar ikan Labuan Bajo. Suasana Labuan Bajo sendiri sangat berbeda dengan kota lainnya di Flores, banyak kafe, hotel, rumah makan, serta agen wisata dan dive. Di sana suasananya internasional sekali, karena banyak turis asing dimana-mana, dan turis lokalnya sedikit sekali.

[caption caption="Labuan Bajo dari sebuah bukit"]

[/caption]

Ketika itu saya menyempatkan waktu untuk belanja oleh-oleh, sehingga saya harus keluar masuk toko souvenir. Dan akhirnya Kallys membawa saya ke sebuah dermaga tempat private ressort yang sedang dibangun, saya lupa nama daerahnya, tapi tempat itu indah sekali. Dan setelah itu saya kembali ke hotel, lalu segera saya check out, dan sebelum ke bandara saya makan siang terakhir di restoran hotel. Kemudian saya berjalan kaki saja ke bandara, karena memang lokasinya tepat berada di depan hotel tempat saya menginap selama di Labuan Bajo.

Senang sekali rasanya berpetualang sendirian di Labuan Bajo dan bertemu teman baru. Hal yang paling saya suka dari tempat ini, tentu selain keindahannya, adalah betapa amannya kota Labuan Bajo. Kallys bercerita, dia tak pernah merasa takut meninggalkan motornya di pinggir jalan, karena tak akan ada yang mencurinya. Dan itu benar, karena ketika kami naik ke Bukit Cinta, Kallys meninggalkan motornya begitu saja di jalanan sepi, tanpa kunci pengamanan tambahan. Semoga Labuan Bajo tetap indah dan aman, sehingga tetap layak dikunjungi. Dan saya berharap pemerintah bisa mengelola wisata di sana dengan baik, sehingga tak perlu dikelola apalagi sampai dimiliki oleh orang asing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun