[caption caption="Kiri: Jetty di Pulau Rinca | Kanan: Gerbang utama ke habitat komodo"]
Untuk masuk ke Pulau Rinca, setiap pengunjung harus membayar tiket masuk, yang harganya berbeda jauh sekali untuk turis asing dan lokal. Dan ketika saya membayar tiket itu pun, petugasnya meminta harga turis asing dengan bahasa Inggris kepada saya. Ternyata lagi-lagi saya dikira turis asing, sehingga saya harus membuka kacamata saya dan berbicara dalam bahasa Indonesia. Dan para petugas itu pun menanggapi saya sambil tertawa, mereka bilang "iya mba, saya percaya. kalau tidak, pasti kita sudah minta KTP mba." hahahaha...
Dan perjalanan di Pulau Rinca pun dimulai. Di sini wisatawan dibawa berjalan kaki melalui salah satu dari 3 track yang sudah tersedia, pilihannya ada jalur pendek, menengah dan panjang. Ketiga jalur ini memiliki view berbeda. Dari penjelasan ranger, sebenarnya saya lebih tertarik dengan jalur menengah, tapi yang lain memilih jalur pendek, dan sepakat memilih itu, jadi saya mengikut saja. Di sana, komodo dibiarkan hidup bebas di alam yang memang adalah habitat alaminya. Sehingga komodo bebas bergerak kemana saja di sana, termasuk di kawasan mess, kantin dan kantor. Komodo adalah reptil karnivora yang kanibal. Karena itulah setiap pengunjung wajib berjalan berkelompok yang dipimpin satu orang ranger dengan asistennya di belakang barisan.
Begitu memulai perjalanan, kami melewati bagian dapur mess karyawan. Ternyata di sana ada 3 ekor komodo, yang 2 sedang kawin, dan yang 1 lagi tadinya juga ingin kawin dengan komodo betina, tapi kalah cepat, sehingga dia hanya mengawasi dari jauh. Menurut penjelasan ranger kami, perbandingan populasi komodo jantan dan betina di sana adalah 3:1, jadi tak heran jika komodo jantan berebut mendapatkan komodo betina untuk kawin.
[caption caption="Kiri: Komodo sedang kawin | Kanan: bayi komodo berusia 1 tahun"]
Kami pun melanjutkan perjalanan di Pulau Rinca, benar saja kami menemukan komodo di beberapa lokasi di sekitar jalur yang kami lalui, semuanya hidup bebas. Makanan mereka adalah monyet, kerbau dan rusa yang juga hidup bebas di sana. Dan kami para turis tidak boleh sembarangan mendekati komodo-komodo itu jika tidak mau menjadi santapan mereka. Kami juga menemukan anak komodo yang berusia sekitar 1 tahun. Biasanya anak komodo ini hidup di atas pohon untuk menghindari komodo dewasa yang siap menyantap mereka. Selain itu juga kami melihat tempat penyimpanan telur komodo, yang dijaga oleh komodo betina. Tempat ini juga tak boleh sembarangan kami dekati, daripada kena amukan komodo betina. Sepanjang jalan kami banyak melihat tengkorak monyet, kerbau dan rusa yang menggantung di pohon. Kata ranger kami, para komodo biasanya memakan habis mangsanya dan hanya menyisakan tengkorak, dan para ranger yang mengambil tengkorak itu untuk digantung di pohon ketika komodo sudah meninggalkannya. Perjalanan kami akhirnya tiba di sebuah bukit, kami berhenti sebentar di sana untuk beristirahat, lalu melanjutkan perjalanan sedikit lagi hingga tiba di titik awal.
[caption caption="Di puncak bukit jalur pendek"]
Setelah selesai berjalan-jalan di Pulau Rinca, kami naik ke kapal lagi dan bergerak ke Pulau Kelor yang terletak tak jauh dari Pulau Rinca. Pulau tak berpenghuni ini terdiri dari sebuah bukit dengan pantai berpasir putih, air di sekitarnya pun sangat jernih, dengan pemandangan bawah laut yang indah, cocok untuk snorkeling. Saya sendiri memilih untuk tracking lagi ke bukit itu, dan duduk sebentar di sana untuk menikmati pemandangan indah, lalu turun lagi untuk berenang. Sekitar pukul 4 sore kami kembali ke pelabuhan. Setibanya di pelabuhan sekitar pukul 5, saya menuju Paradise Bar untuk menikmati pemandangan sunset. Setelah itu baru saya kembali ke hotel.
[caption caption="Pulau Kelor"]
Keesokan harinya, masih sama seperti hari sebelumnya, saya dijemput di hotel sekitar pukul 8 lalu diantar ke pelabuhan. Hari itu saya sekapal dengan 2 turis asing asal Spanyol dan Polandia, bernama Santi dan Eva, dan kami hanya bertiga untuk tour hari itu. Dari pelabuhan kami menuju Pulau Kanawa. Saya sama sekali belum pernah mendengar nama pulau itu dan tak tahu ada apa di sana. Tapi ketika kapal kami mendekat ke pulau itu saya mendadak riang tak terkira ketika melihat betapa jernihnya air laut di sana sehingga saya bisa melihat dasar laut yang indah sekali. Saya tak pernah segirang itu melihat laut! Jadi begitu kapal bersandar, saya bergegas naik ke jetty, lalu mengamati pulau itu sejenak. Ternyata di sana ada bukit juga, jadi saya putuskan untuk tracking dulu untuk melihat-lihat, setelah itu baru saya turun, dan snorkeling. Sedangkan Santi dan Eva lebih memilih untuk snorkeling saja.
[caption caption="Senja nan menawan di Labuan Bajo"]