Mohon tunggu...
Sonti Soraya Sinaga
Sonti Soraya Sinaga Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

a full time officer, sometimes a traveller

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kembali ke Semarang

30 September 2015   16:15 Diperbarui: 30 September 2015   16:26 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah tepat 3 tahun meninggalkan kota Semarang, akhirnya keinginan saya untuk kembali ke Semarang untuk berakhir pekan tercapai. Karena sudah lama tidak menumpang kereta api eksekutif tujuan Jawa, jadi saya memilih moda transportasi ini dan berangkat dari Stasiun Gambir pada Jumat sore. Alasan lain saya memilih kereta api adalah karena saya ingin melihat-lihat kota-kota di pesisir utara Pulau Jawa yang dilintasi jalur kereta api. Lima tahun yang lalu saya pernah melalui jalur utara Pulau Jawa, karena itulah saya senang melewati jalur ini, karena ingin sekalian mengenang masa-masa saya bekerja di antara beberapa kota yang berada di jalur pantura tersebut.

Walaupun hari sudah gelap ketika saya melintasi Brebes, Tegal, Pemalang dan Pekalongan, tapi saya tetap senang karena bisa kembali melihat stasiun ketiga kota tersebut dan melewati bagian kota yang dilintasi rel kereta api. Ternyata masih saya masih mengenali dengan baik sisi jalan yang dilintasi rel kereta di ketiga kota tersebut, walaupun stasiun di kota tersebut sudah mengalami perubahan banyak maupun sedikit. Yes, time flies.

Sekitar pukul 9 malam akhirnya saya tiba di Stasiun Semarang Tawang. Stasiun ini pun saya lihat mengalami perubahan, tapi hanya sedikit sekali, saya tidak kesulitan mencari jalan keluar menuju tempat pemberhentian taksi. Malam itu saya segera menuju hotel di kawasan Semarang Barat, melalui jalanan yang basah karena sedang hujan. Seperti yang sudah saya perkirakan, jalanan di kota Semarang itu sederhana, jadi saya tidak bingung ketika melewati jalanan di malam hari.

Sabtu pagi saya berjalan-jalan ke Klenteng Tay Kak Sie di kawasan Semarang Utara. Dulu ketika masih tinggal di Semarang, saya sama sekali belum pernah mengunjungi tempat ini. Nah, di dekat klenteng ini ada warung kecil yang menjual bakmi non halal yang terkenal enak, namanya Bakmi Siang Kie. Jadilah saya singgah di warung kecil dulu untuk sarapan baru berkeliling daerah tersebut, sambil menunggu hujan yang masih belum berhenti sejak semalam. Namun hingga seporsi bakmi berpindah dari mangkuk ke dalam perut saya, hujan belum juga berhenti, padahal saya ingin sekali mengambil beberapa foto tempat itu dari beberapa spot, sehingga saya mengurungkan niat saya untuk berburu foto.

[caption caption="Klenteng Tay Kak Sie"][/caption]

Begitu saya meninggalkan Klenteng Tay Kak Sie, hujan perlahan mereda hingga saya tiba di Lawang Sewu. Tempat ini adalah destinasi paling terkenal di Semarang, tapi selama di Semarang dulu saya sama sekali belum pernah mengunjungi tempat ini, karena saya terlalu takut masuk ke area gedung peninggalan VOC ini. Tapi hari itu akhirnya saya berani masuk ke sana dan ternyata di dalam tidak seseram yang saya bayangkan. Gedung ini sudah dikelola sedemikian rupa untuk menjadi destinasi wisata, sehingga isinya cukup tertata. Beberapa spot ditutup ketika itu, karena sedang dalam proses pemugaran, jadi saya tidak bisa menjelajahi seluruh tempat di sana.

[caption caption="Gedung Utama Lawang Sewu"]

[/caption]

Tak jauh dari Lawang Sewu, saya mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong. Kalau klenteng yang satu ini pasti lebih terkenal dibanding klenteng yang pertama tadi. Klenteng ini adalah salah satu pilihan destinasi wisata yang utama di kota Semarang, sehingga banyak wisatawan dari luar kota Semarang yang datang ke klenteng ini. Memang, klenteng ini lebih besar dan punya nilai historis sendiri. Dulu saya pernah beberapa kali mengunjungi klenteng yang punya jadwal perayaan khusus di tanggal tertentu sepanjang tahun ini. Hal yang saya suka dari klenteng ini adalah bentuk bangunannya yang merupakan perpaduan seni arsitektur khas Jawa dan Tionghoa.

Ketika saya masuk ke dalam komplek Klenteng Sam Poo Kong, saya melihat ada bangunan baru yang cukup besar menyerupai panggung di sisi kiri halaman utamanya, seingat saya dulu ketika saya berkunjung ke tempat itu, bangunan itu belum ada. Jadi saya lebih fokus mengambil foto di bangunan baru tersebut.

[caption caption="Berfoto di depan bangunan baru di Sam Poo Kong"]

[/caption]

Hari sudah siang ketika saya keluar dari Lawang Sewu, jadi saya memilih untuk makan siang dulu. Hari itu saya memilih untuk makan siang di rumah makan Gulai Kepala Ikan Pak Untung di Jl. Siwalan. Ketika tiba di sana, seperti biasa, rumah makan itu selalu ramai, dan layout-nya sama sekali tidak berubah. Sayang sekali, menu favorit saya, ikan bandeng koro keling, sedang tidak tersedia, jadi saya memesan menu andalan rumah makan itu, yaitu gulai kepala ikan nila. Tapi saya agak kecewa, karena rasanya berbeda sekali dengan yang dulu saya makan, tidak seenak yang dulu pernah saya makan. Setelah menghabiskan makanan, saya memesan rujak ke tukang rujak yang sedari dulu berjualan di pintu masuk rumah makan tersebut. Nah, kali ini rasa bumbu rujaknya tidak mengecewakan, masih sama enaknya. Di sana sya sempat bertemu dengan teman lama saya yang memang tinggal di Semarang. Jadi saya menghabiskan waktu cukup lama untuk ngobrol di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun