Â
Mei 2014. Hari yang saya tunggu akhirnya tiba, saya kembali ke Makassar. Tapi kali ini bukan untuk urusan pekerjaan, saya akan berjalan-jalan ke pantai. Sudah 3 bulan saya merencanakan perjalanan ini dan sudah beberapa tahun saya mengidamkan untuk bisa mengunjungi Tanjung Bira. Dan saya senang tak terkira, ketika 2 orang sahabat saya, Amel dan Yeti sepakat untuk berlibur bersama ke sana. Sekedar informasi, kedua sahabat saya ini adalah warga Jakarta, yang lahir dan besar di Jakarta, yang jarang sekali pergi keluar kota, apalagi ke luar pulau. Pekerjaan mereka sehari-hari pun adalah karyawan yang bekerja di balik meja sepanjang hari. Berbeda dengan saya yang cukup sering melakukan perjalanan dinas ke berbagai kota di Indonesia. Jadi ketika ada kesempatan untuk mengambil cuti di antara hari libur, maka kami segera memanfaatkannya.
Tanggal 1 Mei 2014, kami bertemu di Bandara Soekarno-Hatta untuk mengejar penerbangan pukul 5 pagi menuju Makassar. Sekitar pukul 08.30 WITA kami tiba di Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar dan segera keluar dari gedung terminal untuk mecari restoran yang harganya lebih miring untuk sarapan. Setelah sarapan saya menghubungi supir yang telah saya kontak sebelumnya. Dan di pagi hari yang cerah itu kami pun segera melaju menuju Tanjung Bira.
[caption caption="Pemandangan menuju Tanjung Bira"][/caption]
Pemandangan yang kami lihat sepanjang jalan dari Makassar hingga Tanjung Bira kebanyakan adalah laut di sisi kanan jalan. Karena memang jalan utama tersebut berada di tepi pantai. Yang membuat kami terpukau adalah, pantai yang kami lihat sepanjang jalan itu indah dan bersih sekali. Tepat jam 12 siang kami tiba di Kabupaten Bantaeng. Kami berhenti sebentar di sana untuk beristirahat. Di sana kami duduk di salah satu sudut taman kota yang posisinya menghadap ke laut.
Sekitar pukul 2 siang akhirnya kami tiba di Kabupaten Bulukumba, lokasi dimana Tanjung Bira berada. Untuk masuk ke kawasan wisata ini kita harus membayar admission (saya lupa harganya) per orang yang bisa berlaku berhari-hari untuk satu kali kunjungan, asal kita tidak keluar dari kawasan tersebut. Tapi jangan khawatir, di dalam kawasan wisata Tanjung Bira ini terdapat berbagai penginapan, restoran, rumah makan, kedai, warung, toko souvenir, toko kelontong dan lainnya yang menyediakan berbagai kebutuhan wisata selama di Tanjung Bira dengan harga yang wajar.
[caption caption="Pemandangan sore hari di pantai Tanjung Bira"]
Kami segera menuju guest house yang sudah kami booking sebelumnya. Sedikit informasi, kami bertiga memang berwisata ala koper yang memang bawa koper, menggunakan mobil sewaan bukan angkutan umum, itinerary sendiri bukan paket wisata, tapi kami memilih penginapan para backpacker yang berwisata ala ransel. Jadi harga guest house ini memang sangat murah, Rp 180.000,-/kamar/malam dan fasilitas seadanya. Untuk info penginapan di kawasan Tanjung Bira ini banyak tersedia di internet. Saya sendiri menemukannya di lonelyplanet.com.
Setelah check-in dan berganti pakaian, kami segera berjalan menuju pantai yang memang tidak jauh dari guest house. Tapi karena kami belum makan siang, jadi kami singgah dulu di sebuah restoran di tepi pantai Tanjung Bira. Dan sore itu kami menghabiskan waktu dengan bermain-main di pantai Tanjung Bira dan pantai Bara, yang lokasinya tidak berjauhan. Hal yang saya suka dari kedua pantai ini adalah bentuknya yang sangat landai dan lebar sekali, seperti pantai Seminyak di Bali, tapi di sini pasirnya putih bersih dan sangat halus seperti bedak. Bagi saya, pasir di pantai ini adalah yang terhalus yang pernah saya rasakan. Karena itu saya senang sekali berlama-lama duduk dan berjalan-jalan di pantai ini. Selain itu pantai ini cukup sepi dan tenang (waktu saya kunjungi) sehingga saya betah sekali menyepi di sana.
[caption caption="Cantiknya pantai Tanjung Bira"]