Mohon tunggu...
Sonti Soraya Sinaga
Sonti Soraya Sinaga Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

a full time officer, sometimes a traveller

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Keindahan Tersembunyi di Kota Kupang

28 Januari 2014   09:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari itu sekitar pukul 10.30, saya sedang berada dalam sebuah pesawat yang akan segera mendarat. Saya melihat pemandangan di bawah sana melalui jendela pesawat. Mata saya sungguh terpukau akan keindahan yang tersaji, hamparan laut nan biru yang bertemu dengan pantai berpasir putih dengan ombak yang memutih di tepi pantai. Matahari bersinar cerah sekali hari itu. Dari atas, saya juga bisa melihat pemandangan kota yang tidak terlalu ramai kelihatannya.

Sekitar 15 menit kemudian, pesawat yang saya tumpangi itu akhirnya mendarat dengan baik di Bandara El Tari Kupang. Sambil menunggu pintu pesawat dibuka saya mengamati pemandangan di sekitar tempat parkir pesawat, kelihatan sepi, panas dan kering sekali. Saya menyiapkan sun glass, agar mata saya yang ber-soft lens ini tidak menderita ketika saya keluar dari pesawat.

Begitu keluar dari pesawat saya disambut teriknya matahari siang di atas kota Kupang. Cuacanya benar-benar panas, tapi tidak melunturkan semangat saya untuk berfoto di depan papan nama Bandara El Tari yang berada dekat tempat parkir pesawat. Bandara El Tari ini tidak begitu besar dan tidak terlalu ramai juga. Keluar dari bandara, saya sudah dijemput, sambil menunggu mobil jemputan tiba di tempat drop off, saya melihat banyak orang Jawa di bandara tersebut, terdengar dari logat dan bahasa yang mereka gunakan ketika berbicara.

Keluar dari bandara, cuaca yang panas terik dan kering semakin terasa. Di kiri kanan jalan banyak hamparan lahan kering yang ditumbuhi rumput-rumput yang mengering, tampak seperti savanna. Jalanan kota Kupang tidak terlalu mulus, ada cukup banyak lubang di sana sini. Kunjungan pertama saya hari itu menuju sebuah proyek di atas bukit, saya lupa namanya, jaraknya sekitar 1 jam dari bandara. Matahari tepat berada di atas kepala ketika saya tiba di lokasi proyek, topi dan sun glass rasanya tidak cukup kuat melindungi saya dari teriknya.

Proyek yang saya kunjungi itu lokasinya di atas bukit, ketika saya naik ke posisi yang lebih tinggi, saya bisa melihat laut yang biru sekali. Menurut pemilik proyek itu, pemandangan matahari terbenam terlihat jelas dari situ. Jauh di antara laut biru yang saya melihat ada pulau kecil, katanya itu adalah pulau Rote. Saya pikir, enak sekali  setiap hari bisa lihat pemandangan seindah itu dan saya yakin view sunset pasti indah sekali jika dilihat dari tempat itu.

1390875996315291747
1390875996315291747

Selesai kunjungan di proyek itu, kami menuju rumah makan di kota Kupang karena sudah saatnya untuk makan siang. Menu khas dari Kupang adalah daging se’i, yaitu daging yang diiris tipis dan dimasak dengan asap. Biasanya digunakan daging babi, hanya karena di Kupang juga banyak pendatang beragama Islam, sehingga ada rumah makan yang menyajikan se’i dari daging sapi. Dan siang itu saya menyantap nasi dengan daging se’i sapi. Rasanya enak sekali!

Setelah makan, kami mengunjungi lokasi proyek kedua. Pemandangan di lokasi ini biasa saja, tapi terik matahari tidak berkurang. Energi saya rasanya cepat terkuras karena panasnya matahari, sehingga ingin segera istirahat di hotel. Untunglah kunjungan di proyek ini tidak terlalu lama, sehingga saya segera menuju hotel. Selama di Kupang saya menginap di Hotel On The Rock. Namanya tidak terlalu terkenal, karena memang katanya ini adalah hotel baru di kota Kupang. Saat check in, saya memilih kamar dengan beach view.

13908762681576790918
13908762681576790918

Tiba di kamar sudah pukul 5 sore, saya langsung terpukau dengan pemandangan yang tersaji di balik jendela kamar saya, matahari akan terbenam dalam cuaca yang sangat cerah. Saya lalu duduk di dekat jendela dan menikmati suguhan pemandangan indah yang tidak bisa setiap hari saya nikmati itu. Tak lupa saya mengabadikan pemandangan indah itu dengan kamera saya.

Begitu matahari terbenam, saya segera mandi dan keluar untuk makan malam. Malam itu saya makan di Kampung Solor, sebuah pasar malam yang menjual sea food segar. Di sana pengunjung bisa memilih ikan yang akan dimasak. Saya benar-benar puas makan di sana, rasanya enak dan ikannya segar!

Malam itu saya tidur nyenyak sekali, ditemani suara ombak di dekat hotel. Keesokan paginya saya bangun dengan segar, saya langsung membuka jendela kamar dan menikmati pemandangan pantai di pagi hari. Saya melihat beberapa anak kecil bermain-main di tepi pantai, seru sekali kelihatannya mereka berlari-lari dan lompat ke air laut. Tak lama saya pun bersiap-siap dan turun sarapan. Tempat sarapan di hotel itu juga berada di tepi pantai. Nikmat sekali rasanya bisa sarapan sambil menikmati indahnya laut biru dan langit cerah.

13908766082027387866
13908766082027387866

Hari kedua di Kupang saya banyak berputar-putar di dalam kota Kupang dan mengunjungi beberapa customer. Siangnya saya makan di Kit’s Resto yang lagi-lagi menyajikan daging se’i sapi. Setelah makan, saya menuju daerah Soe. Di perjalanan banyak pondok-pondok darurat di sisi kiri  jalan. Pondok-pondok tersebut didirikan di atas tanah rawa. Katanya yang menempati rumah darurat itu adalah orang Timor Leste yang pro Indonesia, sehingga tempat tinggal mereka seadanya di sana. Jika perjalanan dari Soe dilanjutkan, maka saya akan tiba di Atambua, kota yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste. Tapi perjalanan saya hanya sampai di Soe sore itu, setelah itu saya kembali ke kota Kupang.

Malam harinya saya bertemu dengan seorang adik kelas saya yang saat ini bekerja di Kupang. Saya diajak berputar-putar di kota Kupang dengan mengendarai sepeda motor. Ia membawa saya menuju toko souvenir. Di sana saya membeli minyak kayu putih, madu asli Timor, kaus dan pajangan khas Kupang. Tadinya saya ingin membeli kain tenun khas Timor, tapi ternyata harganya mahal sekali. Selesai belanja, kami menuju restoran Tanjung, di sana lagi-lagi saya makan daging se’i, tapi kali ini dagingnya adalah daging babi dengan menu sea food sebagai tambahan.

Hari ketiga adalah hari terakhir kunjungan saya di Kupang. Saya tidak ada rencana ke customer lagi hari itu. Sekitar pukul 7 pagi saya bangun dan iseng saya keluar dari hotel dan berjalan-jalan sendiri dengan menggunakan angkutan kota. Kendaraan yang dijadikan angkutan umum ini cukup menarik perhatian saya sejak awal saya tiba di Kupang. Angkot di Kupang berwarna-warni, dengan aksesori yang mencolok dan musik disco yang mengalun keras dari sound system di dalam angkot tersebut. Jadilah pagi itu saya keluar dari hotel dan menaiki angkot tepat di depan hotel. Di dalam angkot cukup nyaman, tempat duduk cukup tinggi dan empuk, ada sandarannya juga, interiornya juga bagus dan tidak ketinggalan sound system yang mengalunkan musik disco yang keras.

Sekembali ke hotel saya segera mengemasi koper saya dan sarapan, lalu berangkat ke bandara untuk kembali ke Jakarta. Dan siang itu terik matahari tetap menemani saya menuju bandara. Sungguh Mei 2013 adalah bulan yang indah buat saya, Kupang memang panas, tapi cantiknya tak akan terlupakan. Sejauh ini, Kupang adalah tempat paling timur dan paling selatan yang pernah saya datangi. Saya bersyukur medapatkan kesempatan mengunjungi Kupang, dan berharap bisa ke Kupang lagi agar bisa mengunjungi pantai-pantai cantik di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun