Mohon tunggu...
Sonta Frisca Manalu
Sonta Frisca Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - I'm falling in love

You are never fully dressed without a smile

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mudik Lebih Cepat dengan Tol Cipali

31 Juli 2015   15:53 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:11 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini sepetik percakapan dua orang setelah mudik lebaran.

“Bagaimana lebaran di kampung halaman. Menyenangkan tidak?”

“Wah.... bagaimana bisa asyik, wong aku Lebarannya di jalanan.”

“Lho kok bisa?”

“Jalannya macet total. Pantat sampai panas. Kampung nga kelihatan-kelihatan. Kapok aku.”

“Jadi, tahun depan sampeyan nga pulang kampung lagi gitu?”

Orang tersebut terdiam, bingung mau jawab apa. Dia memang kapok, tetapi dia tidak pernah jera untuk kembali ikut serta dalam mobilisasi massal ke udik bersama jutaan orang lainnya. Buktinya, menurut survei, meskipun banyak orang kapok mudik, pada kenyataannnya jumlah pemudik dari tahun ke tahun terus meningkat.

Siap Mudik = Siap Macet

Tradisi mudik yang sudah dilakukan sejak zaman kerajaan Majapahit ini tidak bisa dilepaskan dari tradisi macet dari tahun ke tahun. Jika siap mudik, berarti siap menerima kemacetan. Ini merupakan dua kondisi yang tidak dapat dipisahkan.

Ini berlaku khusus untuk para pemudik yang menggunakan alat transportasi darat, bus dan mobil pribadi. Bagaimana tidak? Jalan yang cuma segitu-gitunya dipenuhi mobil yang melebihi kapasitas daya tampung. Kemacetan semakin diperparah dengan adanya titik-titik pasar tumpah di banyak tempat.

Namun dengan kepasrahan tingkat tinggi para pemudik setiap tahunnya masih saja memenuhi jalan untuk menjalin tali silaturahmi. Bertemu serta melepas rindu dengan orang-orang tercinta di suatu hari yang fitri. Mestki kapok, tapi tak pernah jera untuk selalu bertemu dengan orang-orang terkasih.

Perjalanan Panjang Pembangunan Tol Cipali

Para pemudik membutuhkan jalan raya dengan daya tampung super untuk mengakomodasi spirit silaturahmi. Selama ini kebutuhan tersebut belum juga terpenuhi. Namun jika kita mau melihat jauh ke belakang, sebenarnya pemerintah Indonesia sudah berusaha untuk membangun jalan alternatif untuk mengurangi kemacetan mudik yang terparah, yaitu jalur Pantai Utara (Pantura).

Usaha pembangunan Tol Cipali sudah dimulai sejak zaman pemerintahan Soeharto. Kemudian pada zaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono diteruskan. Namun karena terganjal masalah biaya, pembangunan tol tersebut kembali terbengkalai dan ditinggalkan. Pada zaman pemerintahan Joko Widodo, mega proyek dengan biaya 12 triliunan rupiah ini pun kembali dibangun.

Awalnya pembangunan Tol Cikopo Palimanan ini ditargetkan akan kelar pada bulan Agustus 2015. Namun karena mengejar untuk pemakaian mudik, Joko Widodo menginstruksikan agar pembangunan dipercepat. Pada tanggal 13 Juni 2015, Presiden RI ketujuh itu meresemikan penggunaan jalan tol tersebut. Sehari kemudian, jalan tol Cikopo-Palimanan kemudian dibuka untuk umum dan di gratiskan penggunaannya selama tujuh hari.

Pembukaan tol terpanjang di Indonesia ini merupakan sebuah prestasi besar bagi bangsa Indonesia yang perlu di-applause. Bayangkan untuk merealisasikan jalan tol ini Indonesia membutuhkan waktu selama 35 tahun. Dengan kerja sama yang solid antara Kementrian PUPR dan pihak swasta, yaitu PT Lintas Marga Sedaya, akhirnya jalan alternatif bagi para pemudik dapat terlaksana dengan baik. Ini merupakan hasil karya anak bangsa yang sangat dibanggakan

Angin Segar dari Tol Cipali

Adanya jalan alternatif membawa angin segar bagi para pemudik. Beberapa pemudik merasa puas dengan adanya Tol Cipali. Salah satunya adalah Lia Hanif, warga Bekasi yang mudik ke Subang. Biasanya untuk menuju kampung halamannya, dia membutuhkan waktu sekitar lima jam. Namun H-4 kemarin dia hanya membutuhkan waktu hanya dua jam.

Nila yang mudik ke Nganjuk memiliki cerita yang hampir sama ketika melewati Tol Cipali. Jalan tol Cipali lancar jaya. Namun sayangnya, setelah turun masih terlalu banyak titik macet yang perlu dilewati. Namun begitu, jika dibandingkan mudik tahun lalu, Nila tetap lebih hemat waktu sekitar enam jam untuk sampai ke kampung halaman. Kisah-kisah serupa banyak terjadi pada pemudik lain.

Sayangnya, menurut beberapa pemudik masih ada beberapa hal yang perlu perhatikan oleh pengelola Tol Cipali. Salah satunya dari Fajri, pengguna tol Cipali dari Jakarta menuju Cirebon pada malam hari. Penerangannya yang masih sangat minim. Oleh karena itu, dia meminta pihak pengelola Tol Cipali segera berkoordinasi dengan PLN untuk memasang instalasi listrik sepanjang tol.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah fasilitas dan jumlah rest area yang kurang memadai. Saat ini hanya ada 6 rest area yang beroperasi di dua jalur. Akan sangat lebih baik jika jumlahnya diperbanyak lagi sehingga dapat mengurangi kemungkinan kecelakaan di Tol Cipali. Namun demikian, pegawai negri sipil di Kementrian Kesehatan ini merasa sangat terbantu dengan adanya tol baru ini. “Perjalanan menjadi lebih singkat.” Katanya tersenyum.

Yang Tersisa dari Tol Cipali

Tol Cipali memberikan banyak kontribusi positif bagi pemudik dan juga pembangunan di daerah-daerah sekitar. Semuanya menjadi lebih bergairah dengan jalan tol yang mulus dan lancar ini. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi para pedagang kecil di sepanjang jalan Pantura. Bagi mereka ini adalah mimpi buruk. Mereka kehilangan mata pencahariannya.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Joko Widodo meminta pengelola Tol Cipali untuk mengakomodasi para pedagang kecil di rest area bersama dengan tenant-tenant besar. Namun demikian, para pedagang harus memenuhi standardisasi bidang higienitas makanan, pelayanan, dan kebersihan tempat berjualan.

Duka lain yang masih tersisa adalah masih ada warga yang belum menerima uang ganti rugi atas penggusuran tanah dan rumah miliknya. Semoga sengketa ini dapat segera diselesaikan sehingga semua warga negara mendapattkan manfaat dari pembangunan tol ini.

Build Infrastructure, Build The Nation

Pembangunan Tol Cikopo dan Palimanan merupakan sesuatu yang sangat baik. Namun yang perlu dicatat bukan hanya Pantura yang membutuhkan jalan tol yang asyik untuk mudik Lebaran.

Panji, pemudik Jakarta menuju Tasik, merasa iri dengan fasilitas baru pemudik yang melalui Tol Cipali. Kapan saya mendapatkan fasilitas yang sama? Pertanyaan tersebut tampaknya juga dipertanyakan oleh banyak pemudik lainnya.Pemerintah juga perlu membangun jalan-jalan tol serupa di banyak daerah sehingga ada perbaikan yang signifikan ketika Lebaran tersebut datang.

Menurut Velix Wanggai, Kepala Biro Komunikasi Publik Kementrian PUPR, pemerintah sudah mencanangkan pembangunan 1.000 km jalan tol, baik itu di Pulau Jawa, Sumatera, hingga Kalimantan dalam jangka waktu lima tahun mendatang. Pemerintah amat menyadari bahwa membangun infrastruktur berarti membangun bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, Kementrian PUPR masih menyisakan banyak PR yang perlu dikerjakan untuk kepentingan bangsa. Selamat bekerja Kementrian PUPR. Build infrastructure, buid the nation!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun