Perjalanan Panjang Pembangunan Tol Cipali
Para pemudik membutuhkan jalan raya dengan daya tampung super untuk mengakomodasi spirit silaturahmi. Selama ini kebutuhan tersebut belum juga terpenuhi. Namun jika kita mau melihat jauh ke belakang, sebenarnya pemerintah Indonesia sudah berusaha untuk membangun jalan alternatif untuk mengurangi kemacetan mudik yang terparah, yaitu jalur Pantai Utara (Pantura).
Usaha pembangunan Tol Cipali sudah dimulai sejak zaman pemerintahan Soeharto. Kemudian pada zaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono diteruskan. Namun karena terganjal masalah biaya, pembangunan tol tersebut kembali terbengkalai dan ditinggalkan. Pada zaman pemerintahan Joko Widodo, mega proyek dengan biaya 12 triliunan rupiah ini pun kembali dibangun.
Awalnya pembangunan Tol Cikopo Palimanan ini ditargetkan akan kelar pada bulan Agustus 2015. Namun karena mengejar untuk pemakaian mudik, Joko Widodo menginstruksikan agar pembangunan dipercepat. Pada tanggal 13 Juni 2015, Presiden RI ketujuh itu meresemikan penggunaan jalan tol tersebut. Sehari kemudian, jalan tol Cikopo-Palimanan kemudian dibuka untuk umum dan di gratiskan penggunaannya selama tujuh hari.
Pembukaan tol terpanjang di Indonesia ini merupakan sebuah prestasi besar bagi bangsa Indonesia yang perlu di-applause. Bayangkan untuk merealisasikan jalan tol ini Indonesia membutuhkan waktu selama 35 tahun. Dengan kerja sama yang solid antara Kementrian PUPR dan pihak swasta, yaitu PT Lintas Marga Sedaya, akhirnya jalan alternatif bagi para pemudik dapat terlaksana dengan baik. Ini merupakan hasil karya anak bangsa yang sangat dibanggakan
Adanya jalan alternatif membawa angin segar bagi para pemudik. Beberapa pemudik merasa puas dengan adanya Tol Cipali. Salah satunya adalah Lia Hanif, warga Bekasi yang mudik ke Subang. Biasanya untuk menuju kampung halamannya, dia membutuhkan waktu sekitar lima jam. Namun H-4 kemarin dia hanya membutuhkan waktu hanya dua jam.
Nila yang mudik ke Nganjuk memiliki cerita yang hampir sama ketika melewati Tol Cipali. Jalan tol Cipali lancar jaya. Namun sayangnya, setelah turun masih terlalu banyak titik macet yang perlu dilewati. Namun begitu, jika dibandingkan mudik tahun lalu, Nila tetap lebih hemat waktu sekitar enam jam untuk sampai ke kampung halaman. Kisah-kisah serupa banyak terjadi pada pemudik lain.
Sayangnya, menurut beberapa pemudik masih ada beberapa hal yang perlu perhatikan oleh pengelola Tol Cipali. Salah satunya dari Fajri, pengguna tol Cipali dari Jakarta menuju Cirebon pada malam hari. Penerangannya yang masih sangat minim. Oleh karena itu, dia meminta pihak pengelola Tol Cipali segera berkoordinasi dengan PLN untuk memasang instalasi listrik sepanjang tol.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah fasilitas dan jumlah rest area yang kurang memadai. Saat ini hanya ada 6 rest area yang beroperasi di dua jalur. Akan sangat lebih baik jika jumlahnya diperbanyak lagi sehingga dapat mengurangi kemungkinan kecelakaan di Tol Cipali. Namun demikian, pegawai negri sipil di Kementrian Kesehatan ini merasa sangat terbantu dengan adanya tol baru ini. “Perjalanan menjadi lebih singkat.” Katanya tersenyum.