Mohon tunggu...
Sonta Frisca Manalu
Sonta Frisca Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - I'm falling in love

You are never fully dressed without a smile

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Yuk Sebarkan Wonderful Indonesia ke Seluruh Dunia!

9 Januari 2015   18:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:29 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berkunjung ke Bangkok, saya berkesempatan mengunjungi floating market Damnoen Saduak. Saya agak mengeryitkan kening dengan tempat wisata ini. Air sungainya tak jernih, baunya rada anyir, dan pemandangannya pun tak indah. Namun entah mengapa, tempat ini dapat menjadi magnet kedatangan para wisatawan luar negeri.

Pikiran saya pun langsung terbang ke tempat-tempat wisata Indonesia. Ada ratusan spot di Indonesia yang jauh lebih indah dan menarik daripada tempat ini. Namun nyatanya mengapa Indonesia yang cantik dan eksotis bisa kalah saing dengan tempat-tempat seperti ini. Mengapa?

Namun sebelum kita menjawabnya, saya akan memberi tahu dahulu bagaimana saya mendapatkan informasi mengenai tempat wisata yang mengecewakan ini. Jawabannya sudah pasti dari blog dan website. Merekalah yang membuat saya terdampar di tempat ini. Hal tersebut membuktikan kekuatan promosi dari internet memang memegang peranan penting bagi keberhasilan apa pun, termasuknya pariwisata suatu negara.

Saya senang ketika pada tanggal 23 Desember yang lalu Menteri Pariwisata, Arief Yahya, meluncurkan kembali umbrella campaign untuk memajukan pariwisata Indonesia, yaitu Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Pada kesempatan tersebut, Bapak Menteri juga meluncurkan program turunan dari campaign tersebut, yaitu tujuh layanan e-tourism.

Saya sangat optimis jika ketujuh layanan tersebut dimaksimalkan rasa target Bapak Jokowi untuk mendatangkan 10 juta wisatawan mancanegara dan per tahun ke Indonesia akan tercapai. Bahkan bisa lebih. Namun optisme saya berangsur sirna ketika saya mengunjungi salah satu layanan tersebut, yaitu www.hi-indonesia.com yang merupakan portal pariwisata yang terintegrasi. Sayang sekali, kontennya hanya berbahasa Indonesia, padahal target pembaca salah satunya adalah orang luar negeri yang sama sekali tidak mengerti bahasa Indonesia. Bagaimana informasi kecantikan tempat dan pesona sejarah Indonesia bisa memancing keinginan berkunjung orang asing?

Saya teringat dengan suatu website perusahaan ekspor ikan hias yang berada di daerah Jakarta Barat. Mereka tidak hanya menggunakan bahasa Inggris pada websitenya, tetapi juga menggunakan bahasa Tiongkok karena beberapa klien berasal dari sana. Selain itu, juga mereka menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan kabarnya mereka juga akan segera menerjemahkan kontennya ke bahasa Jepang. Saya rasa ini baik untuk dicontoh.

Saya pun mulai menyusuri bagian lain website ini. Mungkin karena baru di-launching beberapa hari sehingga kontennya pun tak begitu banyak dan tidak merepresentasi keragaman budaya dan pariwisata Indonesia. Saya pun mulai mengaduk-aduk menu “Pesan”. Di sana sudah terpampang partner maskapai penerbangan dan hotel. Sayangnya partner hotel hanya beberapa dan tidak mencakup seluruh bagian seluruh Indonesia.

Iseng-iseng saya membuka kotak untuk berbicara dengan customer service. Saya pun menanyakan mengapa kotak pemesanan hotel tak bisa diakses. Dengan mantap dia menjawab bahwa memang menu tersebut belum aktif. “Sayang sekali.” Gumam saya dalam hati. Semakin penasaran, saya pun membuka produk e-tourism lainnya. Kali ini saya membuka Wonderful TV (WOI TV) yang terintegrasi dengan UseeTV. Saya mau memastikan bahasa apa yang dipakai dalam konten film pendek tersebut. Sayang seribu sayang, videonya tidak bisa dibuka.

Jika dilihat dari judulnya, ada banyak video berbahasa Inggris, beberapa berbahasa Indonesia. “Bagus...bagus....” Kata saya dalam hati. Namun, setelah saya pelototi dengan saksama, website menggunakan kata sinopsis, bukan synopsis. Sampai tulisan ini diterbitkan, bahasa apa yang digunakan dalam video itu masih merupakan teka-teki yang belum terjawab. Selain hal-hal tersebut di atas, masih ada beberapa hal yang bisa menjadi perhatian Kementerian Pariwisata untuk segera mengoptamilkan e-tourism. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.

·Pemerintah harus lebih banyak menggandeng partner, khususnya jaringan hotel, hotel, dan maskapai penerbangan. Saat ini tercatat hanya 7 jaringan hotel atau hotel yang menjadi partner bisnis Kemenpar, mulai dari Crowne Plaza, Aston Plaza, Fave Hotel, Ibis, Mercure, Grand Zuri, dan Hotel Santika, sedangkan untuk maskapai penerbangan baru 12, yaitu Air Asia, Batik Air, Xpressair, Garuda Indonesia, Kalstar, Lion Air, Mallindo Air, NAM Air, Sriwijaya Air, dan Trigana Air.

·Kecepatan mengakses adalah hal yang perlu diperhatikan. Pengguna internet biasanya buru-buru meninggalkan suatu website jika tidak mudah diakses.

·Setiap hari konten www.hi-indonesia.com harus selalu di-update dengan keindahan 34 provinsi yang kita miliki. Perbanyak kontennya sehingga para traveller mempunyai banyak pilihan sebelum memutuskan akan berlibur ke mana.

·Jalin hubungan baik dengan para penulis atau blogger. Kemenpar sudah menetapkan untuk mengadakan Malam Penganugerah Travel Bloger 2015. Hal ini sangat baik untuk merangsang para blogger menulis tempat wisata yang dikunjunginya.

·Gunakan bahasa Inggris juga bahasa Indonesia dalam produk e-tourism.

·Buat penyuluhan pada penduduk mengenai pelayanan terhadap wisatawan. Saya punya cerita kurang mengenakkan saat naik taksi menuju ke bandara dari Kinabalu. Supir taksi menyebutkan angka yang besar dengan alasan bandara letaknya amat jauh.Namun ternyata, tak sampai 10 menit kami sudah sampai. Hal ini juga patut diperhatikan. Jangan buat wisatawan kapok berkunjung dan menceritakan hal-hal yang buruk kepada orang lain.

Integrasi dan Kerja

Peluncuran slogan Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia adalah sebuah langkah yang baik. Namun jika eksekusinya hanya sekadar menempelkan logo pada setiap brand, saya rasa efeknya tak akan masif dan efektif. Apalagi, slogan itu bukanlah sesuatu yang baru. Merry Elka Pangestu sudah menggunakannya saat dia menjabat sebagai Kemenparekraf. Namun, jangan jadikan ini sekadar program lanjutan, tanpa ada evaluasi, dan hanya sekadar mengganti angka dan presentase.

Apalagi mengingat pesaing kita terbesar, Malaysia dan Thailand, sudah lebih bagus infrastrukturnya, dari bandara, jalan raya, hingga moda transportasi. Bandara Soekarno Hatta tak bisa dibandingkan dengan bandara Shuvarnabumi di Bangkok, begitu juga MRT dengan busway. Indonesia bak gadis cantik yang belum terpancarkan keindahannya.

Untuk menyainginya, kita perlu berhias. Caranya bangun bandara baru, buat jalan-jalan yang mulus dan besar beserta jalan untuk pejalan kaki, dan sediakan moda transportasi yang aman dan nyaman. Perhatikan juga mengenai kemacetan dan keamanan. Kerja keras banyak pihak terkait secara terintegrasi diperlukan, dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, kementerian-kementerian, pihak swasta, LSM, hingga warga negara Indonesia.

Ini adalah pekerjaan besar yang membutuhkan keterlibatan dan keterpaduan banyak pihak. Sudah saatnya untuk kerja, integrasi, kerja, integrasi, kerja, integrasi untuk Indonesia yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun