Berita tentang RJ Lino belakangan ini sangat santer. Nama RJ Lino mengemuka diawali dengan perbedaan pendapat yang tajam dengan Ignatius Jonan, Menteri Perhubungan. Syukurlah kalau akhirnya 'keributan' tersebut bisa diselesaikan meskipun dengan catatan. Usai kejadian tersebut, kembali RJ Lino menjadi sorotan ketika kantornya digeledah oleh Polri yang dipimpin langsung oleh Kabareskrim. Ada pro kontra dan silang pendapat tentang kejadian ini. Ada yang menyayangkan dan ada juga yang mendukung tentang penggeledahan.
Tidak terima dengan apa yang dialaminya, RJ Lino mencak-mencak. Tidak sepantasnya orang yang banyak berkontribusi buat negara dan berhasil memperkaya PT. Pelindo II diperlakukan dengan tidak adil. Dia merasa apa yang dilakukan Polri tidak pantas, apalagi dia tidak mendapatkan surat atau pemanggilan sebelumnya. Tidak mengherankan jika respon yang dilakukan Lino terkesan defensif dan mengancam mengundurkan diri dari Pelindo II. Kritik terhadap RJ Linopun mengalir deras, termasuk dari Menteri Sofyan Djalil yang menganggap tidak etis percakapan telopon dengannya dibuka ke publik.
Richard Joost Lino sangat dikagumi dan diakui sebagai salah satu pucuk Pimpinan BUMN yang berhasil. Rhenald Kasali sedikit mengulas sosok Lino dalam bukunya Self Driving (2015) sebagai sosok Driver yang membawa perubahan yang fundamental di perusahaan yang dia pimpin. Majalah SWA juga pernah menurunkan berita tentang RJ Lino, sosok Pemimpin yang fokus untuk memberdayakan sumber daya manusia. Baginya, perusahaan tidak bisa maju jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang handal. Langkah yang diambilnya saat menjabat sebagai pimpinan Pelindo II adalah dengan mengirimkan banyak karyawan untuk mengambil sekolah master di luar negeri.
Persolan membelit Pelindo II ketika Presiden Jokowi marah besar mengetahui waktu tunggu bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok memakan waktu yang lama dan sangat tidak kompetitif. Langkah demi langkah perbaikan dilakukan Pemerintah dan ditindaklanjuti oleh Polri. Beberapa pejabat di Kementerian Perdagangan diperiksa dan puncaknya, diberhentikannya Rachmat Gobel dari jabatan menteri, meskipun, tentu ada alasan-alasan lainnya selain masalah dwelling time di Tanjung Priok.
Di bawah Lino, indeks integritas Pelindo termasuk lima besar yang terbaik. Indeks integritas ini disurvey oleh KPK. Alasan inilah yang membuat Lino mencak-mencak dan merasa terhina ketika kantornya digeledah Polri, padahal dia dan seluruh karyawannya merasa mempunyai integritas yang tinggi dan tidak mungkin ada penyalahgunaan wewenang.
Kita tunggu saja, apakah crane yang dipersoalkan akan menjerat RJ Lino, salah satu Pimpinan terbaik BUMN di Indonesia. Kesalahan kecil Lino, menganggap 10 crane yang rusak tidak berarti dibandingkan dengan kekayaan yang didatangkan Lino yang masuk ke Pelindo.
Lino yang malang....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H