Mohon tunggu...
sono rumungso
sono rumungso Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bukan Mega, Tetapi SBY yang Menolong Jokowi

28 Agustus 2015   16:10 Diperbarui: 28 Agustus 2015   16:22 1622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan rahasia umum kalau SBY dan Jokowi sering adu sindir lewat media. Inisator "permusuhan" ini adalah SBY ketika masih menjabat sebagai Presiden. Entah disengaja atau tidak, menjawab keluhan tamu negara tentang kemacetan yang parah di Jakarta, SBY mengatakan kemacetan di Jakarta bukanlah tanggung jawabnya sebagai Presiden, namun tanggung jawab Gubernur DKI Jakarta yang waktu itu dijabat oleh Joko Widodo. SBY merasa malu saat dikomplain oleh tamu negara dan merasa tidak bisa berbuat apa-apa karena itu bukan wewenangnya.

Mendapat serangan mendadak dari SBY, Jokowi tidak tinggal diam. Jokowi merespon dengan pernyataan yang tak kalah sengit menyangkut kewenangan seorang Presiden yang lebih besar dari sekedar Gubernur. "Perseteruan' terus berlanjut baik ketika masa kampanye Presiden maupun pada awal masa pemerintahan Jokowi. SBY pernah mengungkapkan kekesalannya karena merasa terus dipersalahkan oleh pemerintahan Jokowi. SBY merasa difitnah dan menjadi kambing hitam untuk setiap persoalan dan seolah tidak ada hal yang baik yang dilakukan oleh pemerintahannya.

Bersyukur, perseteruan itu menjadi lunak dan berkembang menjadi persahabatan yang baik. Dalam menghadapi krisis seperti yang terjadi sekarang ini, beberapa kali SBY memberikan saran dan pertimbangan kepada Jokowi baik melalui utusan khusus Jokowi atau bertelpon langsung. SBY mengharapkan agar Jokowi tidak berkecil hati atau merasa bersalah untuk krisis yang dihadapi pemerintahannya saat ini (Kompas, 28 Agustus 2015). Dibalik berbagi pengalaman dan memberikan beberapa poin pertimbangan, SBY ternyata juga secara eksplisit mengungkapkan keberhasilan Pemerintahannya menghadapi krisis tahun 2008 walauan sebenarnya situasnya sangat berbeda. Tahun 2008 adalah krisis yang terjadi di Amerika yang tidak mengarah pada krisis global, sementara krisis tahun ini adalah krisis yang lebih luas dari krisis tahun 2008. Apapun itu, apa yang dilakukan SBY patut dihargai sebagai masukan konstruktif untuk perbaikan ke depan.

Megawati, Presiden sebelum era SBY, sepengetahuan saya, tidak melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh SBY yang secara terbuka bicara tentang krisis dan apa yang perlu dilakukan oleh Pemerintah. Di mana peran Megawati di kala Jokowi sibuk menghadapi persoalan bangsa? Sebagai ketua umum partai, tentu dia mempunyai kepentingan yang besar untuk 'menyelamatkan' Presiden yang sekaligus kader dari partai yang dipimpinnya. Keberhasilan Jokowi keluar dari krisis akan menjadi nilai tambah dan amunisi untuk menghadapi Pilkada serentak di tahun 2015.

Peran Megawati sangat besar tidak hanya sebagai orang yang pernah menjadi  nomor 1 yang memimpin negeri ini, tetapi juga sebagai ketua umum partai besar di mana banyak kadernya yang menjadi Pemimpin. Sayang, peran sebagai orang yang berilmu dan berpengalaman tidak dimainkannya, setidaknya tidak kelihatan kecuali hanya urusan partai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun