Mohon tunggu...
Sonny Zulhuda
Sonny Zulhuda Mohon Tunggu... -

vamos

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pantaskah Bima Arya?

28 Agustus 2013   16:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:41 2461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lima pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Bogor telah mendapatkan nomor urut yang akan digunakan dalam pilkada 14 September mendatang. Pasangan calon dari jalur independen Firman Halim-Gastono mendapat nomor urut 1, pasangan Bima Arya-Usmar Hariman nomor urut 2, pasangan Achmad Ru`yat-Aim Halim Hermana mendapat nomor urut 3, pasangan Dody Rosadi-Untung W Maryono mendapat nomor urut 4 dan pasangan independen Syaeful Anwar-Muztahidin Al Ayubi nomor urut 5.

Menarik mencermati pencalonan seorang akademisi yang juga politisi lulusan luar negeri mencalonkan diri sebagai Walikota. Adalah Bima Arya Soegiarto, lahir di Paledang Bogor 17 Desember 1972. Ia anak sulung dari tiga bersaudara. Seluruh keluarga besarnya berasal dari Bogor. Pendidikan dasar hingga SMAditamatkan di Bogor. Sekolah Dasar di SDN Polisi IV kemudian lulus dari SMPN 1, dan SMAN I Bogor. Bima adalah putra dariToni Sugiarto, seorang perwira polisi. Ketika Bima dilahirkan,ayahnya berpangkat Kapten. Bima menikah dengan Yane Ardian, seorang gadis Bogor pada 28 Desember 2002. Yanelahir di Panaragan Bogor dan keluarga Yane tinggal di Gang Aut Bogor.

Ketua DPP PAN Bidang Komunikasi Politik ini rela ‘turun’ pangkat mencalonkan diri. Hemat saya, semestinya dia tidak usah mencalonkan diri karena dia adalah sosok yang sebenarnya pantas berkiprah di level yang lebih tinggi lagi. Kalau pun mau mencalonkan diri sebagai kepala daerah seharusnya Bima tidak mengincar Kota Bogor yang jumlah penduduknya dan tantangannya tidak seberapa. Ukuran dia semestinya mencalonkan diri sebagai Gubernur dengan tingkat penduduk yang padat dan tantangan yang lebih. Contohnya, jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Sumatera Utara.

Namun demikian itulah kekuasaan, yang membuat Bima mabuk akan hal itu. Bukan tanpa sebab seorang Bima Arya mencalonkan diri sebagai Walikota Bogor. Sebagai lulusan sebuah kampus di Australia dan kini mengajar di Universitas Paramadina, Bima punya alas an sendiri untuk mencalonkan diri. Tapi saya melihat banyak kejanggalan kenapa dia ngotot maju. Bima Arya bagaimana pun tidak bisa dilepaskan dari pengaruh barat yang sudah menghinggapinya selama ini. Jadi, ada dorongan dari dunia barat kepada Bima agar bisa menjadi pemimpin di Bogor.

Sudah tentu Bima tidak dengan amunisi kosong mau mencalonkan diri saat ini. Miliaran rupiah telah digelontorkan asing atau barat kepada Bima dalam rangka suksesinya itu. Di politik tidak ada makan siang yang gratis. Barat pun ketika membantu Bima Arya juga memiliki agenda tertentu. Diantara agenda itu adalah melanggengkan pembuatan rumah ibadah agama non muslim di Kota Bogor. Tidak hanya itu, ingat kasus Gereja Yasmin? Barat merasa pemimpin Bogor sekarang tidak mengakomodir jemaat gereja itu dan terkesan ditelantarkan pembanguna rumah ibadahnya.

Bima Arya adalah jawaban untuk merealisasikan kepentingan barat pada kelanggengan masalah agama di Bogor. Kabarnya Barat mengajukan syarat kalau Bima terpilih dia akan memfasilitasi Jemaat gereja Yasmin dan membantu pembangunan rumah ibdaha untuk jemaat itu. Kalau itu dilakukan berarti benar apa yang selama ini kita khawatirkan bahwa Bima akan lebih banyak berpihak pada agama tertentu di Kota Bogor. Bukan hanya itu, dalam ‘perjanjian’ dengan donaturnya dari dunia barat itu, Bima menjanjikan akan memberi izin lebih banyak lagi pembangunan rumah ibadah agama selain Islam.

Itu baru soal komitmen barat kepada Bima Arya, belum lagi soal cerita masa lalu Bima yang pernah affair dengan salah seorang wanita presenter sebuah televisi swasta yang bukan mahromnya. Rasanya sangat basi kalau saya ungkapkan disini. Saya yakin pembaca sudah mendengar dan membaca kisah itu. Ceritanya berawal saat Kongres partai politik tempat Bima Arya sekarang bernaung di Batam, Kepulauan Riau. Perempuan itu adalah wartawan televisi swasta yang ditugaskan meliput acara tersebut. Dikabarkan Bima sleingkuh dan berbuat sesuatu yang menurut saya sudah tidak pantas lagi ditunjukkan oleh seorang pemimpin rumah tangga. Kabarnya perselingkuhan itu membuat si perempuan diceraikan oleh suami sahnya. Beruntung bagi Bima Arya yang tidak diceraikna oleh istrinya.

Saat kabar selingkuhnya Bima Arya dengan wartawan TV terbongkar musnahlah cita-cita Bima di dunia politik. Dikabarkan tinggal selangkah lagi Bima Arya akan menduduki jabatan Juru Bicara Kepresidenan di era SBY-Boediono tahun 2009 lalu. Itu bagian dari ‘hadiah’ atas kontribusinya dalam tim sukses SBY-Boediono lalu. Kabar pereslingkuhan itu terdengar sampai ke telinga Ani Yudhoyono, mantan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat yang sangat alergi terhadap laki-laki yang tidak bermoral.

Oleh karena itu, saya berpesan kepada masyarakat Bogor untuk cermat, hati-hati, dan teliti dalam menentukan pilihannya nanti pada peretengahan September mendatang. Anda jangan sampai salah memilih untuk kemajuan kota yang Anda tempati. Saran saya, pasangan yang diusung PAN dan Partai Demokrat itu sepertinya tidak laik menjadi harapan untuk Bogor kedepan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun