"Pikiran yang besar membicarakan ide; pikiran yang tanggung membicarakan peristiwa; pikiran yang kecil membicarakan orang." (Eleanor Roosevelt)
Oleh karena itu, fokus sumber daya dan upaya saya hanya pada 'ide-ide' cerita naskah film. Namun, belakangan ini ada satu peristiwa yang mengusik dan meresahkan nurani, hingga membuat saya memburu FAKTA (seperti TGPF saja, ya):
KONFLIK ISRAEL DAN PALESTINA BUKAN SOAL TANAH
Sejarah mencatat bahwa orang-orang Arab, yang akhirnya menamai mereka sebagai bangsa 'Palestina', telah menolak tawaran damai (solusi dua-negara) setidaknya 5 (lima) kali.
Penolakan Pertama
Setelah kejatuhan Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1918, pemerintah Inggris mengambil alih kekuasaan di Timur Tengah. Di tahun 1936, meletus pemberontakan Arab terhadap pemerintah mandat Inggris dan berbagai kekerasan terhadap orang Yahudi. Sebagai respons, Inggris membentuk Komisi Peel untuk mengusut penyebabnya.
Setahun kemudian pada Juli 1937, komisi itu merekomendasikan sebuah partisi menjadi dua negara yang merdeka, yakni negara Yahudi dan negara Arab. Pihak Yahudi menerima solusi itu, namun Arab menolak dan meneruskan pemberontakan mereka.
Penolakan Kedua
Satu dekade kemudian, Inggris meminta PBB menyelesaikan ketegangan itu. Seperti Komisi Peel, PBB juga memutuskan bahwa solusi terbaik adalah dengan membagi tanah. Pada 7 November 1947, PBB sepakat untuk membentuk dua negara. Pihak Yahudi kembali menerima tawaran itu. Pihak Arab tetap menolaknya dan bersama Yordania, Mesir, Irak, Libanon, dan Siria menyerang Israel.
Setelah memenangkan peperangan, Israel mulai membangun sebuah bangsa yang baru. Sementara itu sebagian besar tanah yang disisihkan PBB untuk negara Arab di atas, yakni Tepi Barat dan Yerusalem Timur, diduduki Yordania (1948-1967), bukan Israel.