INT. KAMAR KOS ZICO - SORE
KETUKAN di pintu.
Jauh di sudut, ZICO duduk di lantai.
Kepalanya ber-headphones.
Matanya setengah terpejam.
KETUKAN terdengar lagi.
Ia menoleh ke pintu. Melepaskan headphones-nya.
Membuka pintunya SEDIKIT.
Berkebaya brokat dan kain batik, INDAH tersenyum berdiri di hadapannya.
                            ZICO
                 (mata membesar, berbisik)
                INDAHSARI?!
                           INDAH
                ZICO, aduh maaf. Sedang tidur, ya?
Yang ditanya menggeleng.
Dengan kedua tangannya yang terbuka INDAH menunjuk ke kiri.
                           INDAH
                Ini suamiku.
ZICO membuka pintunya lebar-lebar.
Seorang pria berpakain batik tersenyum menganggukkan kepala kepadanya.
                           RADEN
                 (mengulurkan tangannya)
                Raden...
                            ZICO
                      (menyambutnya)
                ZICO...
                           INDAH
                ZICO, besok pagi kami bulan
                madu ke Bali. Terus, boyongan
                ke Jakarta.
ZICO melirik mereka bergantian.
                           INDAH
                Kami berdua mau pamit. Kalau
                ada yang salah, mohon dimaafkan,
                ya. Salam juga untuk mama.
                (mengulurkan tangannya)
                ZICO, jaga diri baik-baik, ya.
ZICO mengangguk perlahan. Matanya melirik TANGAN wanita itu.
Menjabatnya.
                           RADEN
                 (mengangguk kepada ZICO)
                Mari...
Pengantin baru itu membalikkan badan.
Berjalan ke luar.
ZICO mematung di pintu.
Matanya BERAIR.
Menyeret kakinya ke dalam.
Duduk di lantai lagi.
Memasang headphones. Memejamkan mata.
LIMA DETIK KEMUDIAN
KETUKAN KERAS terdengar di pintu.
       KEN (O.S.)        YUKI (O.S.)
    ZICO!             ZICO!
Semakin KERAS dan BERTUBI-TUBI.
       KEN (O.S.)        YUKI (O.S.)
     ZICO...!!          ZICO...!!
Yang dipanggil TERSENTAK.
MEMBUKA matanya. Melirik ke pintu.
Melepaskan headphones-nya.
TERHUYUNG-HUYUNG ke pintu.
Ken dan Yuki, 23-an, berdiri MEMELOTOTINYA.
                            YUKI
                ZI! Lu kenapa?! Udah tiga hari
                lu nggak keluar kamar! Gua
                takut lu kenapa-napa--
                             KEN
                Mata lu kenapa?!
                   (menunjuk mata ZICO)
                            ZICO
                   (mengucek-uceknya)
                Sekarang hari apa?
Ken dan Yuki BERPANDANGAN. Kompak menatap ZICO lagi.
                            YUKI
                Sabtu--
                             KEN
                Dua puluh Desember, seribu
                sembilan ratus delapan puluh
                enam.
INT. ALTAR - SORE
SUARA HUJAN di luar.
INDAH dan Raden berbalut pakaian pengantin adat Jawa.
Seorang pria berjubah pendeta berdiri menghadap ke kedua mempelai.
                          PENDETA
                Janji pernikahan adalah sakral
               dan tidak dapat dibatalkan karena
               diucapkan di hadapan Allah. Yang Â
               yang telah merancang sendiri
               pernikahan ini. Satu laki-laki dan
               satu perempuan untuk selamanya.
Ia menganggukkan kepalanya kepada INDAH.
Mempelai wanita itu BERGEMING.
Berangsur menundukkan kepalanya.
Menyatukan kedua tangannya di bawah dagu. Memejamkan mata.
MEMATUNG seperti batu karang.
Semua mata MENATAPNYA. Semua dahi BERKERUT.
Diam MENGHANTUI seisi ruangan.
Sekonyong-konyong MENGGELEGAR petir menerobos pintu yang baru dibuka.
                   TAMU MISTERIUS (O.S.)
                Roro Jonggrang!!
SEMUA berpaling ke pintu.
SEPASANG SEPATU PUTIH berlogo puma di tumitnya berjalan masuk.
Air hujan BERTETESAN di lantai mengikuti langkahnya.
BASAH celana panjang biru lautnya.
BASAH seragam putih "SMAK ST. LOUIS SURABAYA" di dadanya.
BASAH wajah dan rambutnya.
                           INDAH
                    (setengah berbisik)
                ZICO!
Anak muda itu berjalan ke altar.
Menganggukkan kepalanya kepada sang pendeta.
                            ZICO
                Pak, saya mau melihat pengantin
                saya...
MENGGEMA desah terkejut segenap jemaat.
ZICO berpaling kepada mempelai wanita.
Mata mereka BERTEMU.
                            ZICO
                Aku baru sadar itu kamu!
                Yang sudah membuat aku
                melupakan semua penderitaan
                aku.
Bibir mempelai wanita BERGETAR. Matanya berkaca-kaca.
                            ZICO
                Setiap hari kamu beri aku hadiah.
                Dengan hadirmu. Untuk itu, aku
                berterima kasih.
Air mata mempelai wanita MENITIK.
                            ZICO
                Aku mau pamit...
Mempelai wanita MENUTUPI mulutnya.
                            ZICO
                Tapi, kalau kamu bersedia jalan
                sama-sama, jatuh bangun sama-
                sama, merajut cerita kita sama-
                sama, susul aku...
Ia memalingkan wajahnya ke luar. Jarinya menunjuk pintu.
                            ZICO
                Sebelum aku keluar dari sini.
Ia berpaling lagi kepada sang mempelai.
                            ZICO
                Kalau tidak...
                     (mencoba menelan)
                aku anggap itu sebagai
                ucapan selamat tinggal--
Ia tersendat.
                             ZICO
                Yang ndak sempat kamu ucapkan
                tiga tahun lalu.
SLOW MOTION:
ZICO menganggukkan kepalanya kepada sang pendeta.
Berpaling menuju pintu depan.
Semua kepala ikut BERPUTAR. Semua mata turut mengantar.
Air mata MEMBANJIRI wajah mempelai wanita.
MENGGETARKAN raganya. Mengguncangkan jiwanya.
Sebuah TANGAN memutar gagang pintu. MEMBUKANYA.
Dalam BURAM, sepasang KAKI melangkah ke luar menembus hujan.
END SLOW MOTION.
SUPER: TIGA TAHUN SILAM - 1983
INT. RUANG MAKAN - MALAM
ZICO melingkarkan kedua lengannya di pinggang INDAH.
Berbalut jas pengantin, ZICO tersenyum menatap matanya.
Berdansa dalam gelap yang bercahayakan layar TV.
EXT. TERAS DEPAN - MALAM NATAL
Basah kuyup, ZICO dan INDAH berdiri muka dengan muka.
Kedua tangan INDAH ada di pipi ZICO.
Kedua tangan ZICO mengusap-usap pipi dan rambut INDAH.
Ia menaruhnya di punggung kedua tangan INDAH.
MENATAP matanya. Perlahan MENDEKATKAN wajahnya.
Kedua insan itu MEMEJAMKAN mata.
Tepi kiri bibir ZICO menyentuh tepi kiri bibir INDAH.
Tepi kiri bibir INDAH membalas menyentuh tepi kiri bibir ZICO.
                           INDAH
                          (berbisik)
                ZICO, aku jatuh cinta sama
                kamu.
                            ZICO
                          (berbisik)
                INDAHSARI, aku jatuh cinta
                sama kamu kembali.
SUPER: DUA BELAS TAHUN SILAM - 1974
EXT. TERAS DEPAN - SUBUH
SEPASANG KAKI melangkah keluar dari pintu depan.
Tubuhnya mengenakan jaket kulit.
Tangannya menjinjing koper besar.
Pria itu membuka pintu pagar.
Menutupnya kembali. BERPALING pergi.
SUPER: TIGA TAHUN SILAM - NATAL 1983
EXT. TERAS DEPAN - SUBUH
SEPASANG KAKI melangkah keluar dari pintu depan.
Mengenakan blus putih dan kulot hitam.
Tangannya menjinjing tas duffel.
Membuka pagar.
MEMUTAR badan menutupnya kembali.
INDAH mengangkat wajahnya yang sendu.
MENGANGGUKKAN KEPALANYA ke arah pintu depan.
SUPER: MASA KINI - 22 DESEMBER, 1986
EXT. KOMPLEKS UNIVERSITAS GADJAH MADA - PAGI
Kampus.
Perpustakaan.
Lapangan Pancasila.
Balairung.
Gedung kantor Fakultas Filsafat.
INT. RUANG DEKAN - PAGI
"PROFESOR ENDANG DARUNI ASDI" tertulis di plakat nama meja.
Di belakangnya, duduk seorang wanita, 50-an, berjilbab dan berkaca mata.
                    PROFESOR ENDANG
                ZICO, saya menerima surat
                pengunduran diri kamu.
                            ZICO
                Terima kasih, Bu.
                     PROFESOR ENDANG
                ZICO, di manapun nanti kamu
                melanjutkan kuliah, jangan pernah
                melupakan almamatermu ini, ya...
                            ZICO
                Saya tidak akan pernah melupakan UGM,
                fakultas filsafat, dan Ibu Endang.
Sang profesor dan mantan mahasiswanya bangkit berdiri.
Tersenyum berjabat tangan.
Memberikan anggukan penghormatan dan perpisahan.
EXT. JALAN HUMANIORA
SEPASANG KAKI melangkah keluar gerbang kantor Fakultas Filsafat.
ZICO menengadah.
Memandangi awan-awan hujan.
Mencari-cari matahari.
MENENGOK lagi ke mantan gedung fakultasnya.
SUPER: SEBELAS TAHUN SILAM - 1975
EXT. TERAS DEPAN - PAGI
ZICO kecil dan mamanya berdiri di mulut pintu depan.
Mamanya tersenyum melihat yang di depannya.
Si kecil mematung menatap yang di hadapannya.
Bi Inah dan INDAH kecil berdiri di luar.
Mengenakan pakaian tradisional wanita Jawa.
TERSENYUM kepada yang membukakan pintu.
SUPER: TIGA TAHUN SILAM - 1983
INT. RUANG MAKAN - MALAM
INDAH melingkarkan kedua lengannya di leher ZICO.
Berbalut gaun pengantin, INDAH tersenyum menatap ZICO.
Berdansa dalam gelap yang bercahayakan layar TV.
EXT. PANTAI KENJERAN - SIANG
INDAH duduk agak menyamping DI BELAKANG Yuna.
Kedua tangannya MENGEPAL di pangkuan.
Keningnya BERPELUH. Matanya BERKEDIP-KEDIP melihat sekelilingnya. MELIRIK Yuna yang tersipu menundukkan kepala.
SENDU, berangsur INDAH menurunkan wajahnya.
DI SEBERANGNYA, tampak ZICO sedang membidik wajah INDAH bagai seorang petembak runduk.
MENGINCARNYA seperti pohon apel di tengah pepohonan di hutan.
ZICO
(tersenyum)
Itu dia!
(Finale atau Episode 15, akan kembali pada hari Jumat)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H