Yang terheboh adalah ketika KMA bercipika-cipiki dengan seorang perempuan. Setelah dikonfirmasi perempuan tersebut tak lain adalah istri KMA. Adalagi sebutan KMA sebagai ulama yang berambisi (ambisius) lantaran KMA berani menerima tantangan Jokowi sebagai cawapres. Ironisnya, hal ini disandingkan dengan Ustad Abdul Somad yang menolak menjadi cawapres Prabowo sebagaimana hasil ijtima.Â
Masalah menolak atau menerima ini soal kesiapan seseorang terhadap tanggungjawab yang lebih besar dari yang selama ini diembannya. Saya yakin, Ustad Abdul Somad merasa belum siap menerima tugas begitu berat, memimpin sebuah bangsa, sebuah negara, bukan saya katakan Ustad Abdul Somad tidak mampu. Tapi ini soal pilihan sikap saja, tak lebih.
Setiap ada hal yang mengganggu kalian, kalian malah berbalik menuduh. Ada konspirasi intelijen lah, inilah itulah, bahkan survei LSI Denny JA pun dianggap ngawur. Meski kalian membantahnya tidak melalui survei. Sementara survei merupakan instrumen keilmiahan. Entahlah siapa yang memainkan kontra-propaganda isu ini.
Saya mengelus dada, ketika kalian mengaku cinta ulama, di lain sisi justru kalian menghina ulama. Terlebih kepada ulama yang kalian tuduh "tunduk dengan umara." Padahal agama Islam mengajarkan, bahwa ulama dan umara harus bersinergi dalam mengurusi soal-soal kebangsaan, kenegaraan, serta hal lainnya. Mengacu dari rekam jejak ini, saya bertambah yakin, bahwa yang kalian bela bukan tentang kecintaan terhadap agama (Islam), ulama, tapi ini murni kepentingan politik.Â
Upaya degradasi ini tak lain untuk menurunkan posisi tawar KMA di hadapan Jokowi.