Aswaja (Fikrah Nahdliyyah) memiliki beberapa ciri penting. Antara lain: fikrah tawassuthiyyah (pola pikir moderat), tawazun (seimbang), i’tidal (moderat), fikrah tasamuhiyyah (pola pikir toleran), fikrah ishlahiyyah (pola pikir reformatif). Kemudian fikrah tathawwuriyyah (pola pikir dinamis), fikrah manhajiyyah (pola pikir metodologis).
“NU adalah jam’iyyah diniyyah ijtima’iyyah (organisasi sosial keagamaan), bukan hizbun siyasiyyun (partai politik).” Oleh karena itu, keterlibatan NU pasca-khittah 1926, tidak lagi pada tataran politik praktis dan kekuasaan. Melainkan pada tataran politik kebangsaan dan kerakyatan, high politics/politik luhur. (Diolah dari berbagai sumber - Foto: Ilustrasi Istimewa- gubrakindonesia.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H