Hal itu juga dibenarkan Pastor Remiygius Ukat yang selama ini mendampingi Dayak Wehea untuk memberikan pemahaman ajaran Katolik. “Mekanisme adat itu untuk menghindari politisasi agama,” katanya. Akar budaya dengan pondasi harmoni dan kepedulian terhadap lingkungan menjadi keyakinan adat Dayak Wehea.
Nilai-nilai harmoni inilah yang memudahkan warga pendatang masuk dan berinteraksi. Akibatnya, nilai-nilai itu mengalir sampai ke kehidupan sosial antara Dayak Wehea dengan pendatang. Budaya yang dilestarikan dimanfaatkan sebagai alat koreksi terhadap sesuatu yang salah. Nilai-nilai ini juga dimanfaatkan sebagai pintu masuk untuk mengajarkan agama. “Ini menjadi tanggung jawab bersama. Meski dibebankan kepada ketua adat,” tutur Remiygius.
Upaya menjaga nilai-nilai budaya seharusnya juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Ibarat segi tiga emas, kekuatan pemerintah, agama, dan adat harus dipadukan sebagai landasan ikatan sosial dalam menjalankan kehidupan. Wadah forum lintas agama diharapkan mampu melibatkan unsur tokoh adat. Ini penting, karena selama ini, forum lintas agama hanya menyentuh elit, tidak sampai di akar rumput. “Kerangkanya harus jelas. Agar tidak membunuh identitas budaya masyarakat lokal.” ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H